Faktor yang mempengaruhi minat belajar Peserta Didik
Menurut pendapat para ahli ada beberapa faktor yang mempengaruhi minimnya minat belajar dari peserta didik (Ma’ruf, 2018), diantaranya :
1. Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari pribadi peserta didik itu sendiri seperti :
Belajar atau tidaknya seorang peserta didik itu, daya belajar seorang peserta didik, belajar jika ada ulangan saja, tidak memiliki kelengkapan catatan pelajaran, tidak terbiasa membuat ringkasan pelajaran, tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam memperkaya materi, sering terlambat datang ke sekolah, dan sering melakukan tindakan-tindakan yang yang merugikan peserta didik itu sendiri
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang timbul dari luar pribadi peserta didik, diantaranya:
Guru yang kurang kreatif dalam menyiapkan dan mengelola proses pembelajaran, metode pembelajaran yang konvensional dan monoton, lingkungan sosial yang kurang mendukung proses pembelajaran, kurikulum sekolah bahkan sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Selain itu ada ada juga faktor lain yang dapat mempengaruhi minat belajar dari peserta didik yaitu peran dan dukungan orang tua serta keluarga yang menjamin terbentuknya minat belajar dari peserta didik. Keluarga yang peduli terhadap perkembangan anak akan selalu memberikan dukungan moril maupun sprituil terhadap pefkembangan pengetahuan, watak dan sikap anak. Hal tersebut dapat membantu menumbuh kembangkan minat belajar dari anak itu sendiri.
Pengaruh minat belajar dalam keberhasilan pembelajaran
Sejumlah penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh minat belajar terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik diantaranya (Nurhasanah & Sobandi, 2016) yang menyatakan bahwasanya minat memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap keberhasilan pembelajaran, dengan begitu hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan meningkatkan minat peserta didik. Senada dengan Nurhasanah dan Sobandi, Ricki Darmawan juga menemukan bahwa peningkatan minat belajar peserta didik dapat memicu tingkat keberhasilan pembelajaran (Darmawan, 2015). Dermawan menambahkan bahwa selain dari faktor minat belajar, peran orang tua dan keluarga juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi peserta didik dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
Discovery Learning
Model pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery Learning) dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk membentuk dan mengorganisasikan informasi secara mandiri dengan didahului rangsangan atau stimulan sebagai bahan dasar dari informasi yang akan dibentuk. Artinya, peserta didik tidak mendapatkan informasi lengkap darisejak awal proses pembelajaran. Dengan demikian, peran aktif peserta didik dalam membangun dan mengorganisasikan informasi sangat mempengaruhi hasil akhir dari pembelajaran. Dengan metode ini peserta didik diajak untuk menjadi pelaku dari pengetahuan bukan hanya sebagai penikmat dan konsumen pengetahuan.
Secara umum, ada beberapa pendapat yang menggambarkan dan memerikan deskripsi terhadap metode pembelajaran ini. Sebut saja kurniasih dkk, mengartikan Discovery Learning sebagai proses pembelajaran yang terjadi jika pelajaran tidak disajikan dalam bentuk pelajaran yang bentuk finalnya, akan tetapi peserta didik diajak untuk mengorganisasikan dan membentuk informasi melalui pengamatan dan percobaan (Kurniasih, Imas, & Sani, 2014). Sedangkan menurut Hosnan, Discovery Learning adalah suatu model yang mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan hasil yang diperolehpun akan tahan lama dalam ingatan peserta didik (Hosnan, 2014)
Jenis dan Bentuk Discovery Learning
Ada 2 cara dalam metode Discovery Learning yaitu : pembelajaran penemuan bebas(Free Discovery Learning) dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) (Suprihatiningrum & Jamil, 2014)
Bentuk pembelajaran Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah maupun dua arah, tergantung pada besarnya kelas, yaitu:
Metode pembelajaran Discovery Learning memiliki ciri dan karakteristik tersendiri, diantaranya yang disebutkan oleh Hosnan, yaitu:
Metode ini juga memandu peserta didik untuk membentuk cara kerja sama yang efektif, mau berbagi informasi dan menggunakan ide-ide orang lain yang bersifat konstruktif sehingga lebih mudah dalam mengorganisasikan info dan mengaplikasikannya dalam situasi belajar yang baru.
Sejumlah penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh minat belajar terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik diantaranya (Nurhasanah & Sobandi, 2016) yang menyatakan bahwasanya minat memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap keberhasilan pembelajaran, dengan begitu hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan meningkatkan minat peserta didik. Senada dengan Nurhasanah dan Sobandi, Ricki Darmawan juga menemukan bahwa peningkatan minat belajar peserta didik dapat memicu tingkat keberhasilan pembelajaran (Darmawan, 2015). Dermawan menambahkan bahwa selain dari faktor minat belajar, peran orang tua dan keluarga juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi peserta didik dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah salah satu terobosan baru dalam dunia pendidikan, dimana yang dulunya proses belajar mengajar menggunakan model dan metode konvensional sekarang telah dikembangkan dengan berbagai macam model dan metode pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi ajar dengan lebih mudah dan menyenangkan.
Model pembelajaran adalah adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembelajaran (Istarani, 2012)
Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi yang akan diajarkan kepada para peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya (Harris, 2012)
Model pembelajaran adalah salah satu terobosan baru dalam dunia pendidikan, dimana yang dulunya proses belajar mengajar menggunakan model dan metode konvensional sekarang telah dikembangkan dengan berbagai macam model dan metode pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi ajar dengan lebih mudah dan menyenangkan.
Model pembelajaran adalah adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembelajaran (Istarani, 2012)
Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi yang akan diajarkan kepada para peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya (Harris, 2012)
Manfaat model pembelajaran
Karena model pembelajaran merupakan pola dalam pembelajaran maka manfaat model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi guru dan tenaga pengajar untuk melakasanakan proses pembelajaran agar menjadi mudah dan menyenangkan di dalam maupun di luar kelas, sehingga peserta didik memahami materi ajar dengan lebih mudah dan menyenagkan.
Dengan adanya model pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti rangkaian pembelajaran.
Karena model pembelajaran merupakan pola dalam pembelajaran maka manfaat model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi guru dan tenaga pengajar untuk melakasanakan proses pembelajaran agar menjadi mudah dan menyenangkan di dalam maupun di luar kelas, sehingga peserta didik memahami materi ajar dengan lebih mudah dan menyenagkan.
Dengan adanya model pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti rangkaian pembelajaran.
Discovery Learning
Model pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery Learning) dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk membentuk dan mengorganisasikan informasi secara mandiri dengan didahului rangsangan atau stimulan sebagai bahan dasar dari informasi yang akan dibentuk. Artinya, peserta didik tidak mendapatkan informasi lengkap darisejak awal proses pembelajaran. Dengan demikian, peran aktif peserta didik dalam membangun dan mengorganisasikan informasi sangat mempengaruhi hasil akhir dari pembelajaran. Dengan metode ini peserta didik diajak untuk menjadi pelaku dari pengetahuan bukan hanya sebagai penikmat dan konsumen pengetahuan.
Secara umum, ada beberapa pendapat yang menggambarkan dan memerikan deskripsi terhadap metode pembelajaran ini. Sebut saja kurniasih dkk, mengartikan Discovery Learning sebagai proses pembelajaran yang terjadi jika pelajaran tidak disajikan dalam bentuk pelajaran yang bentuk finalnya, akan tetapi peserta didik diajak untuk mengorganisasikan dan membentuk informasi melalui pengamatan dan percobaan (Kurniasih, Imas, & Sani, 2014). Sedangkan menurut Hosnan, Discovery Learning adalah suatu model yang mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan hasil yang diperolehpun akan tahan lama dalam ingatan peserta didik (Hosnan, 2014)
Jenis dan Bentuk Discovery Learning
Ada 2 cara dalam metode Discovery Learning yaitu : pembelajaran penemuan bebas(Free Discovery Learning) dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) (Suprihatiningrum & Jamil, 2014)
Bentuk pembelajaran Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah maupun dua arah, tergantung pada besarnya kelas, yaitu:
- Sistem komunikasi satu arah dapat dilakukan dengan cara memberikan stimulan bagi peserta didik untuk mengumpulkan informasi,atau guru menyampaikan masalah di depan kelas kemudian memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan langkah-langkah pebelajaran discovery learning.
- System komunikasi dua arah dapat dilaksanakan dengan cara guru menyampaikan masalah dan melibatkan peserta didik untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru selanjutnya guru membimbing peserta didik melakukan penemuan (Discovery)
Metode pembelajaran Discovery Learning memiliki ciri dan karakteristik tersendiri, diantaranya yang disebutkan oleh Hosnan, yaitu:
- Mengexplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan
- Berpusat pada peserta didik
- Kegiatan menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada.
Sedangkan tujuan dari Discovery Learning menurut Bell adalah untuk melatih peserta didik untuk madiri dan kreatif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode ini menuntut peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, siswa belajar menemukan pola dalam situasi yan kongkrit dan abstrak ditambah dengan peserta didik meramalkan informasi tambahan yang diberikan, siswa berperan aktif untuk menemukan jawaban dari tanya jawab yang tidak rancu.
Metode ini juga memandu peserta didik untuk membentuk cara kerja sama yang efektif, mau berbagi informasi dan menggunakan ide-ide orang lain yang bersifat konstruktif sehingga lebih mudah dalam mengorganisasikan info dan mengaplikasikannya dalam situasi belajar yang baru.
Kelebihan dan Kekurangan metode Discovery Learning
Menurut (Suherman & dkk, 2001) metode penemuan (Discovery Learning) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain, diantaranya:
Menurut (Suherman & dkk, 2001) metode penemuan (Discovery Learning) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain, diantaranya:
- Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran
- Peserta didik lebih memahami hasil dari pembelajaran dengan keaktifan
- Dapat memberikan rasa puas bagi peserta didik ketika menemukan cara pemecahan masalah.
- Melatih peserta didik untuk lebih mengandalkan kemampuan menganalisis permasalahan sehingga mampu memenemukan konsep pembelajaran.Walaupun demikian, metode ini bukan tanpa kekurangan dan kelemahan.