Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika
1. Pengertian Berfikir Kreatif Matematika
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Evans men jelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosasi ide-ide membentuk ide-ide baru. Pendapat ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
Berpikir kreatif matematika merupakan suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif sebagai lawan dari berpikir destruktif, melibatkan pencarian kesempatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas mengorganisasikan proses, seperti berpikir kritis. Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan. Adapun menurut Ahmad berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat, yaitu: Pertama, kretivitas melibatkan respon atau gagasan yang baru atau yang secara statistic sangat jarang terjadi. Kedua, kreativitas adalah dapat memecahkan persoalan secara realita. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan instinght yang orisional, menilai dan mengembangkan sebaik mungkin. Goble membedakan antara berpikir kreatif dan tidak kreatif dengan konsep berpikir kovergen. Goble mengungkapkan orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah divergen dengan kreativitas.
Baca juga: Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Berpikir divergen dapat diukur dengan kefasihan (fiuncy), fleksibilitas (flexibility), dan kebaharuan (originality). Hal ini sesuai dengan pendapat Sisver bahwa untuk menilai kreativitas dapat dilakukan dengan tiga kriteria, yaitu:
- Kefasihan (fluency), diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan banyak soal yang berbeda.
- Fleksibelitas ((flexibility), diartikan sebagai kemampuan sesorang untuk menghasilkan soal yang dapat dikerjakan dengan banyak cara.
- Kebaharuan (originality), diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan soal yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam konsep ataupun konteksnya.
Dapat disimpulkan bahwa berfikir kreatif matematika sebagai suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan dalam menyelesaikan sejumlah persoalan-persoalan dalam matematika untuk menemukan jawaban yang benar.
2. Indikator Kemampuan Berfikir Kreatif
Kemampuan berfikir kreatif sebagai suatu kemampuan untuk menghasilkan ide- ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan ide- ide yang telah ada. Kemampuan berfikir kreatif dapat diukur dengan beberapa indikator, menurut Guilford menyebutkan ada 5 indikator dalam berfikir kreatif yaitu:
- Kepekaan (problem sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi , mengenali dan memahami serta menanggapi suatu masalah.
- Kelancaran (fluency) adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
- Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan mengemukakan bermacam- macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
- Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara- cara yang asli dan jarang diberikan kebanyakan orang.
- Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap dan merinci secara detail.
Dari indikator kemampuan berpikir kreatif diatas dapat disimpulkan bahwa dalam berfikir kreatif secara umumnya siswa beraktivitas sebagai proses dalam memahami sebuah masalah, mencari solusi yang berbeda, menarik, memecahkan permasalahan, menguji dan mengevaluasikan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Dari indikator tersebut dapat membuat kreativitas pada siswa, baik kreativitas sebagai proses maupun sebagai sikap. Kreatifitas sebagai proses adalah sesuatu kegiatan terus temurus memperbaiki ide dan solusi- solusi dengan membuat perubahan yang bertahap dan memperbaiki karya- karya sebelumnya. Sedangkan kreatifitas sebagai sikap adalah kemampuan diri untuk melihat perubahan dan kebaruan suatu keinginan untuk bermain dengan ide- ide, sifat menikmati sambil mencari cara- cara untuk memperbaiki.
3. Berfikir Kreatif Dalam Matematika
Tall mengatakan bahwa berfikir kreatif matematika adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan perkembangan berfikir pada struktur-struktur dengan memperhatikan aturan penalaran deduktif, dan hubungan dari konsep-konsep dihasilkan untuk menginteraksikan pokok penting dalam matematika.
Heylock menyatakan bahwa kemampuan berfikir kreatif matematika dapat menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah dengan memperhatikan jawaban siswa dalam memecahkan masalah yang proses kognitifnya dianggap sebagai proses berfikir kreatif. Pendekatan kedua adalah menentukan kriteria bagi sebuah produk yang diindikasikan sebagai hasil dari berfikir kreatif atau produk-produk divergen. Selanjutnya Haylock juga mencatat bahwa banyak usaha untuk menggambarkan kreatif matematika. Pertama memperhatikan kemampuan untuk melihat hubungan baru antara tehnik-tehnik dan bidang-bidang dari aplikasi dan untuk membuat asosiasi-asosiasi antara yang tidak berkaitan dengan ide.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berfikir kreatif matematika sebagai kemampuan menemukan dan menyelesaikan masalah matematika yang meliputi komponen-komponen: kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan keaslian. Penelitian terhadap kemampuan kreatif siswa dalam matematika penting untuk dilakukan. Pengajuan masalah yang dihadapkan dengan siswa untuk pemecahannya digunakan peneliti untuk mengidentifikasi individu-individu yang kreatif.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa matematika dan kreativitas tidak ada kaitannya satu sama lain. Padahal jika kita melihat seseorang matematikawan yang dihasilkan formulas/hasil baru dalam bidang matematika, maka tidak dapat diabaikan potensi kreatifnya. Kreatif bukanlah sebuah cirri yang hanya ditemukan pada seorang seniman atau ilmuan,tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari. Matematika sebenarnya merupakan pengetahuan yang tumbuh, berubah, diciptakan atupun ditemukan oleh seseorang.
R. J. Marzano dalam Zaleha Ihzab Hassaubah mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif sesorang harus:
1. Bekerja di ujung kompetensi bukan di tengahnya
Secara psikologis kalau mengerjakan sesuatu yang sudah dikuasai, pada awalnya pekerjaan kita cukup efisien, sempurna. Namun lama kelamaan akan terasa mekanis dan hanya menjadi suatu kebiasaan. Lama-lama akan menjadi menonton dan tidak lagi menentang sehingga tidak berfikir lebih jauh. Sebaliknya, jika kita melakukan pekerjaan dengan kompetensi tinggi tetapi kita belum menguasainya, keadaan ini akan menantang untuk menyelesaikan suatu permasalahan meskipun kita belum memiliki kompetensi dalam bidang itu, situasi ini mendorong kita untuk berfikir secara kreatif.
2. Tinjau ulang ide
Ide yang ada dalam pikiran kita perlu ditinjau dari sudut yang lain. Usaha meninjau ulang dan memikirkan ide ini bisa memerlukan ide yang lebih baik untuk dikembangkan.
3. Melakukan sesuatu karena dorongan internal dan bukan dorongan eksternal
Orang yang bergantung kepada dorongan dari luar dalam mencipta adalah orang kreatif. Hal ini berarti tidak ada kreativitas tanpa dorongan dari luar. Sebaliknya, orang yang proaktif tidak akan menunggu dorongan untuk bereaksi, sehingga pikirannya bebas berkelana atau menembus batas. Banyak kajian berdasarkan asumsi bahwa kelancaran, variasi, dan keragaman ide yang dimiliki seseorang merupakan sikap kreatif yang sangat potensial.
4. Pola pikir divergen (menyebar)
Pola pikir divergen atau menyebar dalam artian memikirkan suatu hal dari aspek yang berbeda atau memberikan jawaban sebanyak mungkin untuk satu pertanyaan. Dalam berfikir seperti ini pikiran harus terbuka, fleksibel, dan mempunyai kemampuan untuk melihat situasi dari berbagi aspek.
5. Pola pikir lateral (imajinatif)
Edward De Bono dalam Zuleha Ihzab Hassaubah mengartikan pola pikir lateral sebagai mengubah pola pikir dalam suatu sistem pola pikir. Maksudnya mengembangkan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Berpikir tidak hanya pada bagian yang nampak dan kasat mata, tetapi juga pada bagian yang tidak terbayangkan.
Agar kemampuan berpikir kreatif matematika dapat dioptimalkan, maka pikiran harus dioptimalkan pada setiap tahap yang dilalui. Adapun tahap-tahap tersebut antara lain adalah:
a. Tahap orientasi masalah
Si pemikir merumuskan masalah dengan mengidentifikasi aspek-aspek masalah tersebut. Dalam prosesnya, si pemikir mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang tengah dipikirkan.
b. Tahap preparasi
Pada tahap ini pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses secara analogis untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi. Si pemikir harus benar-benar mengoptimalkan pikirannya untuk mencari pemecahan masalah melalui hubungan antara inti permasalahan, aspek masalah, serta informasi yang dimiliki.
c. Tahap inkubasi
Ketika proses pemecahan masalah menemui jalan buntu, biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan terus bekerja secara otomatis mencari pemecahan masalah. Proses inkubasi yang tengah berlangsung itu akan sangat tergantung pada informasi yang disergap oleh pikiran. Semakin banyak informasi, akan semakin banyak bahan yang dapat dimanfaatkan dalam proses inkubasi.
d. Tahap iluminasi
Proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan ilham serta serangkaian pengertian yang dianggap dapat memecahkan masalah.Pada tahap ini sebaiknya diupayakan untuk memperjelaskan pengertian yang muncul. Di sini daya imajinasi si pemikir akan memudahkan upaya itu.
e. Tahap verifikasi
Si pemikir harus menguji dan menilai secara kritis solusi yang diajukan pada tahap iluminasi. Bila ternyata yang diajukan tidak dapat memecahkan masalah, si pemikir sebaiknya kembali menjalani kelima tahap itu untuk mencari ilham baru yang lebih cepat.