Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Jalur pendidikan pun dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal maupun jalur non formal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan seoptimal mungkin sehingga dapat mencetak generasi muda bangsa yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Proses pembelajaran membantu siswa untuk mengembangkan potensi intelektual yang dimilikinya, sehingga tujuan utama pembelajaran adalah usaha yag dilakukan agar intelektual setiap pelajar dapat berkembang. Salah satu pembelajaran yang dikembangkan disekolah adalah pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran tentang ilmu logika, pola dan hubungan mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep. Dengan pembelajaran matematika siswa mampu berpikir kritis logis, sistematis, objektif, jujur, dan disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah. Hal ini tidak jauh berbeda dengan matematika itu sendiri, dimana matematika adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk melatih manusia berfikir logis, kritis, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan aksioma-aksioma dan hukum logika. Disamping itu matematika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang bersifat kontinu, yaitu untuk memahami suatu materi yang baru maka ada beberapa materi yang berkaitan sebelumnya yang harus lebih dulu dikuasai siswa. Jadi belajar matematika adalah suatu proses untuk membentuk pertumbuhan atau perkembangan suatu materi sebagai kelanjutan dari materi sebelumnya untuk dapat mudah dalam mempelajari materi berikutnya. Matematika juga bukan alat untuk sekedar berfikir, melainkan ia merupakan alat untuk menyampaikan ide yang jelas dan tepat. Oleh karena itu, matematika harus disampaikan sebagai satu bahasa yang bermakna. Matematika merupakan aktivitas sosial yang melibatkan proses interaksi yang aktif, dimana pelajar harus menerima ide-ide matematika melalui mendengar, membaca dan membuat visualisasi serta mampu mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide-ide yang terdapat dalam matematika. Karena komunikasi membuka ruang kepada siswa untuk berdiskusi membahas tentang matematika dalam memecahkan masalah.
Baca juga: Kajian Aspek Pendidikan
Namun pada kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar disekolah, pelajaran matematika pada umumnya kurang disukai oleh siswa. Kemampuan mengekspresikan, menafsirkan ide-ide matematika melalui lisan dan tertulis, serta kemampuan untuk menuangkan dalam bentuk visual dan gambar masih jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan didalam matematika terdapat konsep-konsep yang sukar dipelajari dan dipahami oleh siswa. Dalam hal ini siswa masih sulit untuk membedakan masing-masing konsep, siswa juga mengalami kesulitan untuk mengungkapan kembali konsep matematika yang telah dipelajari dengan bahasanya sendiri. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menafsirkan ide-ide dan menyelesaikan masalah dalam matematika. Kemampuan menafsirkan gagasan matematika siswa secara lisan, tertulis, gambar dan diagram sangat perlu ditumbuh kembangkan dikalangan siswa dalam rangka meningkatkan kemampuan memahami matematika dengan baik dan jelas. Karena pada kenyataanya siswa yang telah memahami konsep suatu materipun masih belum mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain dan kurang mampu merangkai ide dan pendapat yang berhubungan dengan matematika.
Observasi awal peneliti di SMAN 5 terdapat beberapa masalah yang bersumber dari siswa dan guru. Penyebab dari siswa yaitu: (1) siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. (2) siswa cenderung belajar individual dan kompetitif akibatnya terjadi persaingan pada siswa yang berkemampuan tinggi sementara yang kemampuannya rendah semakin tertinggal. (3) siswa menganggap bahwa guru sebagai satu-satunya pusat dan sumber belajar, tetapi pada kenyatannya jika ada permasalahan atau hal yang tidak jelas, siswa jarang bertanya kepada guru dan lebih senang bertanya kepada temannya. Kemudian penyebab dari guru yaitu: (1) guru belum memanfaatkan potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. (2) pembelajaran yang diajarkan masih bersifat konvensional.
Baca juga: Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa SMA Negeri 5 pada hari sabtu 04 Mei 2013 ketika mengadakan observasi tersebut peneliti memperoleh informasi bahwa permasalahan yang terjadi adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep dasar materi trigonometri dengan baik sehingga sulit untuk memperdalam materi selanjutnya. Kesulitan siswa dalam memahami trigonometri karena kurangnya pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal yang berbentuk simbol, kurangnya kemampuan mengekspresikan, menafsirkan ide-ide matematika melalui lisan dan tertulis, serta kurangnya kemampuan siswa untuk menuangkan ide tersebut dalam bentuk visual atau gambar. Hal ini peneliti pahami berdasarkan soal yang diajukan kepada siswa.
Berikut adalah salah satu contoh soal komunikasi yang telah diselesaikan oleh salah seorang siswa SMAN 5 kelas X sebagai berikut:
Dalam sebuah segitiga ABC diketahui panjang sisi a = 6 cm, panjang sisi b = 4 cm. Jika C = 120 maka panjang sisi c adalah
Dari jawaban siswa diatas terlihat jelas bahwa kemampuan siswa dalam menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan masih sangat kurang, dengan kata lain kemampuan komunikasi siswa untuk memahami matematika masih rendah, dimana dari 30 siswa hanya 5 siswa yang menjawab soal dengan benar.
Kemampuan komunikasi matematika siswa mengacu pada beberapa indikator, yaitu (a)menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata kedalam bahasa, simbol, ide atau model matematika, (b)menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan. Untuk mencapai indikator tersebut perlu diupayakan suatu metode untuk menekankan aspek komunikasi matematika siswa dalam suatu pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk komunikasi matematika. Salah satu metode pembelajaran matematika yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Alasan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, karena pada model ini siswa akan lebih bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain hal ini dikarenakan siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, akan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Sementara itu, metode pembelajaran jigsaw memberi pengalaman menarik bagi siswa karena didalam jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4 atau 5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakangnya kemudian pada kelompok asal guru membagikan materi yang berupa teks dengan judul yang berbeda-beda, siswa dengan materi yang sama membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli, dalam hal ini siswa menemukan sendiri setiap permasalahan dengan menggabungkan ilmu yang dimiliki setiap siswa dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok belajarnya. Karena diskusi merupakan salah satu aspek komunikasi matematika sehingga dengan begitu siswa akan lebih terlatih dalam mengolah informasi.