Model Pembelajaran Problem Solving
Fenomena yang terjadi di lapangan yaitu terdapat beberapa masalah antara lain masih kurangnya hasil belajar dikarenakan penyampaian materi hanya didominasi dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung pasif dan cepat merasa jenuh pada materi yang diajarkan. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa masih banyak yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran, para pendidik harus menguasai bahan atau materi ajar. Tetapi perlu dipahami kegagalan seorang pendidik dalam menyampaikan materi ajar terjadi bukan karena tidak menguasai materi ajar tersebut, tetapi karena tidak mengerti cara menyampaikan materi dengan baik dan tepat sehingga peserta didik dapat belajar dengan menyenangkan.
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima setiap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru, oleh karena itu guru perlu memotivasi siswa supaya siswa dapat melatih dan mengembangkan kemampuannya. Dari perkembangan kognitif, siswa sekolah dasar masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Kegiatan belajar mengajar di kelas pada pembelajaran IPA siswa memberikan respon yang kurang baik, seperti, beberapa siswa mengobrol di belakang kelas tanpa memperhatikan mata pelajaran yang disampaikan, siswa jenuh karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan memberi soal-soal yang harus dikerjakan.
Kondisi tersebut menyebabkan suasana kelas menjadi tidak nyaman dan kurang kondusif karena suasana gaduh oleh beberapa siswa dibelakang, dan tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi yang diajarkan masih kurang, untuk mengatasi masalah tersebut guru harus memberikan rangsangan yang berbeda dari metode sebelumnya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dapat belajar dengan menyenangkan dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal, maka pendidik perlu memiliki pengetahuan tentang model yang tepat dalam menyampaikan materi ajar tersebut
Berbicara mengenai model pembelajaran, maka tidak terlepas dari peranan guru. Dalam hal ini Daryanto, juga menyebutkan bahwa “guru adalah pendidik, pengajar, pembimbing”. Guru sebagai pendidik dituntut harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dikalangan anak didik dengan membangkitkan minat, motivasi serta semangat belajar. Terutama yang menyangkut dengan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, dan penggunaan media pembelajaran serta sistem evaluasi.
Ketepatan seorang guru dalam memilih model pembelajaran yang cocok akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran, maka akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai pembelajaran yang efektif yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Hal utama yang perlu diperhatikan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah guru harus mengetahui karakter anak didik yang akan diajarnya. Perlu kita ketahui bahwa kemampuan antara siswa satu dengan yang lainya itu berbeda-beda. Terlebih ketika menyampaikan materi pembelajaran yang membutuhkan pengamatan dan praktik langsung, sepertihalnya materi- materi dalam mata pelajaran IPA. Meskipun mata pelajaran IPA termasuk pembelajran kontekstual, dalam artian pembelajarannya berhubungan dengan peristiwa atau kejadian sehari- hari. Siswa tetap memerlukan alat bantu berupa media atau alat peraga yang dapat memperjelaskan apa yang disampaikan oleh pendidik (guru) atau pun melakukannya secara langsung. Sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa, demikaian halnya pada mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah.
Rendahnya hasil belajar siswa merupakan salah satu masalah dalam pembelajaran disekolah. Hasil belajar ini dipengaruhi berbagai faktor, yaitu faktor internal maupun eksternal. Model pembelajaran problem solving dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut karena model pembelajaran ini tidak menitik beratkan pada metode konvensional dengan anggapan seperti itu siswa diharapkan lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran karena menggunakan model penyampaian yang lebih menarik dan lain dari biasanya.
Berdasarkan permasalahan tersebut diharapkan model pembelajaran problem solving dapat membuat rasa kepercayaan diri siswa semakin terlatih serta rasa tanggung jawab terhadap persoalan yang diberikan guru akan menjadi pengalaman dan menambah wawasan siswa, karena model pembelajaran ini mencari solusi siswa ikut serta langsung pada permasalahan tersebut. Model pembelajaran problem solving merupakan sebuah srategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa, siswa diikutsertakan dalam pembelajaran dengan bersifat kreatif.
Peneliti merasa yakin bahwa model pembelajaran problem solving ini sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Tingkat Dasar (SD/MI). Lingkungan yang mendukung dan proses pembelajaran IPA di Sekolah Tingkat Dasar (SD/MI) yang menyenangkan dapat menciptakan motivasi belajar sehingga hasil yang didapat pun memuaskan, sehingga keluhan seperti bosan, jenuh, kurang bergairah dan tidak menarik yang selama ini sering dialami oleh peserta didik dalam proses pembelajaran IPA dapat teratasi melalui model Pembelajaran problem solving ini.