Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan akan dapat menciptakan manusia yang berpotensi, kreatif dan memiliki ide yang cemerlang sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas untuk menemukan serta menjalankan teknologi. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tantangan besar dalam menyongsong era globalisasi. Salah satu tantangannya adalah meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu pemerintah memberi perhatian pada peningkatan mutu pendidikan sehingga diharapkan lahirnya tenaga-tenaga yang memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan menciptakan teknologi yang lebih maju. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Oleh karena itu matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting dalam bidang pendidikan.
Baca juga: Komunikasi Matematika
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya. Kehidupan di dunia ini akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu siswa harus memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif atau kemauan bekerja sama yang efektif. Dengan demikian, maka seorang guru harus terus mengikuti perkembangan matematika dan selalu berusaha kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa siswa kearah yang diinginkan.
Matematika bukan sekedar alat untuk berfikir, melainkan ia merupakan alat utuk meyempaikan ide yang jelas dan tepat. Oleh karena itu, matematika harus disampaikan sebagai satu bahasa yang bermakna. Matematika merupakan aktivitas sosial yang melibatkan proses interaksi yang aktif, dimana pelajar harus menerima ide-ide matematika melalui mendengar, membaca dan membuat visualisasi mengungkapkan serta mampu mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide-ide yag terdapat dalam matematika. Karena komunikasi membuka ruang kepada siswa untuk berdiskusi membahas tentang matematika dalam memecahkan masalah.
Namun pada kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, pelajaran matematika pada umumnya kurang disukai oleh siswa. Kemampuan mengekspresikan, menafsirkan ide-ide matematika melalui lisan dan tertulis, serta kemampuan untuk menuangkan dalam bentuk visual dan gambar masih jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan di dalam matematika terdapat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sukar dipelajari dan dipahami oleh siswa. Dalam hal ini siswa masih sulit membedakan masing-masing konsep, siswa juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kembali konsep matematika yang telah dipelajari dengan bahasanya sendiri. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menafsirkan ide-ide dan menyelesaikan masalah dalam matematika. Selain itu kurangnya kesadaran siswa bahwa aturan yang ada pada matematika mengajarkan untuk` berfikir logis, rasional, dan kritis, serta mampu mengkomunikasikannya. Dengan adanya permasalahan di atas akan mengakibatkan terhambatnya kemampuan komunikasi matematika siswa.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Mei 2012 terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 berupa pemberian tes kemampuan komunikasi matematika menunjukkan bahwa kemampuan siswa terhadap komunikasi masih tergolong rendah, sebagaimana data yang diperoleh dari 28 siswa yang diberi masalah hanya 5 siswa yang menjawab dengan benar, 10 siswa menjawab kurang tepat dan 13 siswa menjawab salah. Adapun soal tentang materi balok dan kubus dengan indikator komukasi matematika yang diuji meliputi; a) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram. Soal yang diberikan sebagai berikut:
Sebuah tangga yang panjang 10 meter bersandar pada dinding. Jarak kaki tangga dengan dinding 6 m.
a. Ilustrasikan permasalahan tersebut ke dalam bentuk gambar.
b. Dari gambar tersebut, buatlah suatu model matematika kemudian
selesaikanlah model yang kamu buat !
Baca juga: Model Pembelajaran Cooperative
Jawaban tersebut salah, hal ini disebabkan karena siswa tidak mampu menafsirkan soal matematika secara lisan, tertulis, dan gambar sehingga penyelesaiannya pun salah ini terlihat dari salahnya siswa dalam menentukan rumus phytagoras.
Berdasarkan hasil observasi penulis selama PPL di SMP Negeri 1, penulis mewawancara beberapa siswa kelas VIII, mereka merasa jenuh dan bosan karena guru masih menggunakan metode konvensional sehingga membuat kemampuan komunikasi matematika siswa terhambat. Penyebab rendahnya kemampuan komunikasi siswa khususnya pada materi volume kubus dan balok karena pembelajaran yang berlangsung masih lebih didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya pasif menerima pelajaran. Guru hanya menjelaskan kepada siswa dan memberikan contoh atau gambar yang di paparkan dipapan tulis dan kemudian guru menjelaskan cara penyelesaiannya. Tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali sendiri permasalahan dari masalah yang diberikan, sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut. Dan sangat sedikit siswa yang memiliki kecakapan berpartipasi dalam tim, mengingat dan menempatkan imformasinya dengan baik, karena kurangnya daya ingat terhadap materi yang diajarkan khususnya pada materi volume kubus dan balok.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat terlihat bahwa sampai saat ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Salah satu kesulitan tersebut adalah kesulitan siswa dalam kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini terjadi dikarenakan pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional.
Kemampuan menafsirkan gagasan matematika siswa secara lisan, tertulis, gambar dan diagram sangat perlu ditumbuh kembangkan dikalangan siswa dalam rangka meningkatkan kemampuan memahami matematika dengan baik dan jelas. Karena matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan ide secara jelas. Karena pada kenyataannya siswa yang telah memahami konsep suatu materipun, masih belum mampu mengkomuikasikannya kepada orang lain dan kurang mampu merangkai ide dan pendapat yang berhubungan dengan matematika. Matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, sebagai wahana untuk berinteraksi antar guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman matematika siswa.
Untuk menjadikan matematika sebagai salah satu pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dibutuhkan suatu usaha yang optimal. Hal tersebut harus dilakukan, karena selama ini siswa hanya mengenal matematika sebagai suatu ilmu yang membosankan, teoritis, penuh dengan rumus-rumus, dan tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pembelajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran yang bersifat konvensional atau mekanistik, yakni seorang guru secara aktif mengajarkan matematika, kemudian memberi contoh dan latihan.
Di sisi lain siswa berfungsi seperti mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. Hal ini dapat menjadikan siswa tidak bebas beraktifitas dalam penyelesaian masalah matematika, timbul persepsi siswa bahwa matematika itu sulit dan membosankan, akibatnya terjadilah gejala matematika/phobia (ketakutan anak terhadap matematika) yang melanda sebagian besar siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, sekarang ini telah dikembangkan beberapa metode, model dan pendekatan pembelajaran. Salah satunya yaitu Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau sering disebut juga Problem Based Learning (PBL).
Menurut Tan (dalam Rusman) Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasahkan, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Dan guru juga harus mampu merancang pembelajaran yang memungkinkan terjadi komunikasi antar siswa, untuk terciptanya kreativitas siswa sehingga siswa mampu mengemukakan gagasan-gasan matematika dengan bahasa siswa sendiri.
Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual. Menurut Boud dan Feletti (dalam Rusman) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson (dalam Rusman) juga mengungkapkan bahwa kurikulum PBM memebantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM menfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik pendekatan yang lain.