Sintaks Pembelajaran Model Treffinger
1. Sintaks Pembelajaran Model Treffinger
Kegiatan pembelajaran model Treffinger dilakukan secara bertahap dimulai dari tingkat I, kemudian tingkat II, dan tingkat III. Model Treffinger mempunyai sintaks sebagai berikut:
- Keterbukaan- urun ide- penguatan
- Penggunaan ide kreatif- konflik internal- skill
- Proses rasa- pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan- minat- kuriositi- tanya
- Kelompok- kerjasama
- Kebebasan- terbuka
- Reward
Sintaks tersebut menurut Herdian hanya pokok-pokoknya saja dan pengembangannya dilakukan sendiri oleh guru sesuai kreasinya.
2. Langkah-langkah Model pembelajaran Treffinger
Model Treffinger tingkat I dinamakan fungsi divergen karena menekankan keterbukaan dan kemungkinan-kemungkinan. Pada segi kognitif, fungsi-fungsi divergen meliputi perkembangan dari kelancaran/kefasihan (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), keterincian (elaboration) dalam berpikir. Pada segi afektif meliputi kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, kesediaan menerima kesamaran (ambiguity), kepekaan terhadap masalah dan tantangan, rasa ingin tahu, keberanian mengambil resiko, kesadaran, dan kepercayaan pada diri sendiri. Model Treffinger tingkat I mempunyai ciri umum yaitu (1) pengakhiran terbuka (open endedness), kegiatan ini tidak mengarah pada satu jawaban yang benar, tetapi ada sejumlah kemungkinan jawaban, (2) penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda, sehingga memungkinan banyak gagasan yang tak lazim, (3) gagasan-gagasan di tingkat I meminta kita untuk menerima pandangan-pandangan baru dan melihat melebihi pikiran-pikiran biasa dan pikiran yang terikat dengan kebiasaan kita, (4) menangkap sebanyak mungkin dalam setiap situasi. Bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya atau jawaban dalan memecahkan masalah.
Teknik-teknik yang digunakan dalam Treffinger tingkat I meliputi:
- Pemanasan, guru dituntut untuk melepaskan pikiran dengan cara berusaha membebaskan diri peraturan-peraturan dan hukum berpikir yang berlaku, serta dari jawaban yang tepat dan dari batas waktu, sehingga menghasilkan banyak gagasan. Untuk kegiatan pemanasan ini digunakan pertanyaan yang menarik dan menantang.
- Pemikiran dan perasaan berakhir terbuka, adalah metode sederhana untuk mendorong perilaku divergen dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban, yang merupakan ungkapan, pikiran dan perasaan.
- Sumbang saran, yaitu suatu sikap terbuka untuk menjadi lebih lebih peka terhadap lingkungan. Dalam sumbang saran guru tidak diperkenankan memberikan kritik atas jawaban siswa pada saat penyampaian gagasan.
- Daftar penulisan gagasan, yaitu mengeluarkan gagasan melalui tulisan. Hal ini dilakukan karena biasanya siswa belum mampu mengeluarkan gagasan atau mengalami kebuntuan.
- Penyusunan sifat, digunakan untuk menimbulkan banyak gagasan tentang satu masalah, melalui cara mencatat semua sifat atau ciri masalah.
- Hubungan yang dipaksakan, yaitu memaksakan pemikiran untuk melampui hal-hal yang biasa dan jelas.
Model Treffinger tingkat II mengajak siswa untuk lebih meluaskan pemikiran dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang majemuk dan menantang. Siswa diajak untuk berpikir memecahkan masalah secara efektif. Pada tahap ini siswa dipersiapkan menjadi “peneliti mandiri” yang menghadapi masalah-masalah dan tantangan-tantangan nyata dengan cara-cara kreatif. Teknik-teknik yang digunakan dalam model Treffinger tingkat II meliputi:
1. Teknik analisa morfologi yaitu merupakan gabungan dari teknik-teknik tingkat I, yaitu teknik sumbang saran, penyusunan sifat, dan hubungan yang dipaksakan. Pada teknik ini diusahakan untuk memecahkan suatu masalah atau mengidentifikasi ide-ide baru, dengan mengkaji secara cermat bentuk dan struktur masalah.
2. Teknik bermain peran, digunakan untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan majemuk secara efektif.
3. Synectics adalah teknik yang mempertemukan bersama berbagai macam unsur dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh pandangan baru.
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut. Misalnya, melalui kegiatan analisis morfologis dari suatu bentuk benda-benda konkret. Menurut dalil penyusunan yang dikemukakan oleh Bruner berdasarkan hasil pengamatannya, kegiatan seperti itu dapat melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran siswa dan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap ide atau definisi tersebut. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam memahami suatu masalah akan meningkat pada tahap ini. Tujuan dari teknik pada tahap ini adalah untuk memahami konsep serta menambah wawasan dengan menghubungkan materi sebelumnya dan materi selanjutnya.
4. Model Treffinger tingkat III, mengajak siswa terlibat dalam tantangan-tantangan dan masalah nyata. Tujuan dari tahap keterlibatan dalam tantangan nyata adalah menerapkan konsep tentang materi yang diajarkan. Pada tahap ini, Siswa menggunakan kemampuan mereka dengan cara-cara yang bermakna untuk kehidupannya. Siswa tidak hanya belajar keterampilan berfikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud model pembelajaran kreatif treffinger merupakan suatu pola pendekatan yang digunakan untuk menciptakan iklim belajar dan pembelajaran yang mendukung bagi berkembangnya kreativitas siswa. Dalam hal ini, pembelajaran kreatif dapat berlangsung dengan lebih baik dan lancar apabila didukung suatu iklim belajar dan pembelajaran yang kondusif, yaitu suasana yang menunjang pendayagunaan yang membuat siswa lebih kreatif dalam belajarnya.
1. Teknik analisa morfologi yaitu merupakan gabungan dari teknik-teknik tingkat I, yaitu teknik sumbang saran, penyusunan sifat, dan hubungan yang dipaksakan. Pada teknik ini diusahakan untuk memecahkan suatu masalah atau mengidentifikasi ide-ide baru, dengan mengkaji secara cermat bentuk dan struktur masalah.
2. Teknik bermain peran, digunakan untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan majemuk secara efektif.
3. Synectics adalah teknik yang mempertemukan bersama berbagai macam unsur dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh pandangan baru.
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut. Misalnya, melalui kegiatan analisis morfologis dari suatu bentuk benda-benda konkret. Menurut dalil penyusunan yang dikemukakan oleh Bruner berdasarkan hasil pengamatannya, kegiatan seperti itu dapat melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran siswa dan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap ide atau definisi tersebut. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam memahami suatu masalah akan meningkat pada tahap ini. Tujuan dari teknik pada tahap ini adalah untuk memahami konsep serta menambah wawasan dengan menghubungkan materi sebelumnya dan materi selanjutnya.
4. Model Treffinger tingkat III, mengajak siswa terlibat dalam tantangan-tantangan dan masalah nyata. Tujuan dari tahap keterlibatan dalam tantangan nyata adalah menerapkan konsep tentang materi yang diajarkan. Pada tahap ini, Siswa menggunakan kemampuan mereka dengan cara-cara yang bermakna untuk kehidupannya. Siswa tidak hanya belajar keterampilan berfikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud model pembelajaran kreatif treffinger merupakan suatu pola pendekatan yang digunakan untuk menciptakan iklim belajar dan pembelajaran yang mendukung bagi berkembangnya kreativitas siswa. Dalam hal ini, pembelajaran kreatif dapat berlangsung dengan lebih baik dan lancar apabila didukung suatu iklim belajar dan pembelajaran yang kondusif, yaitu suasana yang menunjang pendayagunaan yang membuat siswa lebih kreatif dalam belajarnya.