Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI)
Pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang kompleks. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh. Sekolah sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan sasaran pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk pengajaran yaitu bidang ilmu pengetahuan, salah satu bidang pengajaran yang dilaksanakan di sekolah adalah pengajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang di nilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.
Matematika diajarkan di sekolah bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam matematika itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah yang kritis, logis, cermat dan tepat. Di samping itu, agar siswa terbentuk kepribadiannya dan terampil menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan literatur manusia. Dalam perspektif filsafat, matematika merupakan dasar pemikiran dari berbagai ilmu, yang lebih dikenal sebagai “ibu dari ilmu-ilmu’’. Dengan mempelajari matematika manusia difokuskan untuk mampu berpikir kritis, logis dan rasional, sehingga kemampuan nalurinya untuk bernalar lebih maksimal dalam menyelesaikan berbagai problema kehidupan, baik bidang ekonomi, pertanian, sosial dan lain-lain. Oleh karena itu, pada dasarnya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan masalah secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada matematika. Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat di acuh begitu saja, sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Siswa masih beranggapan bahwa matematika tidak lebih dari sekedar berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka. Saat ini banyak siswa yang hanya menerima begitu saja pengajaran matematika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa dan untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika hanya sebagai mata pelajaran yang membuat otak pusing, akhirnya permasalahan ini telah menjadi faktor negatif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya pembelajaran matematika.
Observasi awal peneliti di SMPN 2 terdapat beberapa masalah yang bersumber dari siswa dan guru. Penyebab dari siswa yaitu: (1) siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan, (2) siswa menganggap bahwa guru sebagai satu-satunya pusat dan sumber belajar, tetapi pada kenyataannya jika ada permasalahan atau hal yang tidak jelas, siswa jarang bertanya kepada guru dan lebih senang bertanya kepada temannya, (3) siswa hanya mendengarkan dan mencatat dari penyampaian guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran hampir tidak ada. Kemudian penyebab dari guru yaitu: (1) guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan masing-masing, (2) guru dalam mengajar hanya berpegang teguh pada buku-buku paket saja dan kurang mengaitkannya dalam kehidupan nyata, (3) pembelajaran yang diajarkan masih bersifat konvensional.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa SMPN 2 pada hari Sabtu pagi tepatnya tanggal 2 maret 2013 ketika mengadakan observasi tersebut peneliti memperoleh informasi bahwa permasalahan yang terjadi adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep pada materi bangun ruang sisi datar. Kesulitan siswa dalam memahami materi bangun ruang sisi datar karena kurangnya kemampuan dan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal yang berbentuk gambar, kurangnya keberanian siswa dalam menanyakan materi yang belum paham kepada gurunya, padahal guru telah memberikan waktu untuk bertanya. Selain keaktifan, motivasi siswa dalam belajar matematika juga masih rendah. Antusias siswa dalam belajar matematika masih kurang sehingga kemampuan pemahaman konsep yang di dapat juga masih rendah.
Untuk mengetahui rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, peneliti mengajukan pertanyaan dalam bentuk soal uraian yang menyangkut masalah bangun ruang sisi datar kepada siswa.berikut cuplikan pertanyaannya:
“Gambarlah sebuah kubus ABCD.EFGH dengan panjang 5 cm, lebar 5 cm dan tinggi 5 cm. Kemudian setelah gambar kubus tersebut dibuat, maka :
a. Ada berapakah sisi-sisi kubus ? sebutkan !
b. Buatlah 3 buah jaring-jaring kubus tersebut !
Berdasarkan hasil jawaban dari beberapa siswa di atas maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa masih rendah, dimana dari 31 siswa hanya 5 siswa yang mampu menjawab soal tersebut dengan benar. Hal tersebut terjadi karena siswa belum memahami konsep kubus itu sendiri. Sedangkan jawaban yang benar dari pertanyaan di atas adalah
Diketahui : p = 5 cm, l = 5 cm, t = 5 cm
Ditanya : menggambar kubus ABCD.EFGH
a. Ada berapakah sisi-sisi kubus ? sebutkan !
b. Buatlah 3 buah jaring-jaring kubus tersebut !
Ada 6 sisi yang terdapat pada kubus yaitu ABCD, CDHG, ADEH, BCFG, EFGH dan ABEF.
Jaring-jaring kubus yang dibuat adalah 3 buah jaring-jaring kubus.
Untuk menanggapi masalah tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalisme yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, di samping itu juga diupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, teman-temannya juga lingkungan sekitarnya. Salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah Problem Based Intruction (PBI). Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah autentik sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir tingkat tinggi dan keterampilan untuk memecahkan masalah, serta menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Menurut Nurhadi : “ Pembelajaran Berdasarkan Masalah/Problem Based Instruction adalah pembelajaran yang berdasarkan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana belajar.
Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak dapat mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk dapat melakukan penyelidikan secara inkuiri. Situasi masalah yang autentik dan bermakna sendiri dapat ditemukan pada materi bangun ruang sisi datar. Pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) diharapkan mampu membuat pelajaran tersebut menjadi lebih menarik bagi siswa dan dapat menguatkan konsep-konsep matematika siswa sehingga siswa tidak cepat lupa dengan materi yang telah diajarkan karena Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) ini menitik beratkan dunia nyata dalam pembelajaran.
Keterkaitan antara Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan pemahaman konsep yaitu bisa dilihat pada saat siswa dalam memahami konsep. Dalam memahami suatu konsep siswa dituntut untuk bisa mengungkapkan kembali konsep yang sudah dipelajari, sedangkan kebanyakan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, kaitannya dengan Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) yaitu dimana dalam pembelajaran ini siswa mengerjakan permasalahan dalam kehidupan nyata, menyusun pengetahuan mereka sendiri dan keterampilan siswa dalam berpikir tingkat tinggi.
Matematika diajarkan di sekolah bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam matematika itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah yang kritis, logis, cermat dan tepat. Di samping itu, agar siswa terbentuk kepribadiannya dan terampil menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan literatur manusia. Dalam perspektif filsafat, matematika merupakan dasar pemikiran dari berbagai ilmu, yang lebih dikenal sebagai “ibu dari ilmu-ilmu’’. Dengan mempelajari matematika manusia difokuskan untuk mampu berpikir kritis, logis dan rasional, sehingga kemampuan nalurinya untuk bernalar lebih maksimal dalam menyelesaikan berbagai problema kehidupan, baik bidang ekonomi, pertanian, sosial dan lain-lain. Oleh karena itu, pada dasarnya semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan masalah secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada matematika. Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat di acuh begitu saja, sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Siswa masih beranggapan bahwa matematika tidak lebih dari sekedar berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka. Saat ini banyak siswa yang hanya menerima begitu saja pengajaran matematika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa dan untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika hanya sebagai mata pelajaran yang membuat otak pusing, akhirnya permasalahan ini telah menjadi faktor negatif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya pembelajaran matematika.
Observasi awal peneliti di SMPN 2 terdapat beberapa masalah yang bersumber dari siswa dan guru. Penyebab dari siswa yaitu: (1) siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan, (2) siswa menganggap bahwa guru sebagai satu-satunya pusat dan sumber belajar, tetapi pada kenyataannya jika ada permasalahan atau hal yang tidak jelas, siswa jarang bertanya kepada guru dan lebih senang bertanya kepada temannya, (3) siswa hanya mendengarkan dan mencatat dari penyampaian guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran hampir tidak ada. Kemudian penyebab dari guru yaitu: (1) guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan masing-masing, (2) guru dalam mengajar hanya berpegang teguh pada buku-buku paket saja dan kurang mengaitkannya dalam kehidupan nyata, (3) pembelajaran yang diajarkan masih bersifat konvensional.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa SMPN 2 pada hari Sabtu pagi tepatnya tanggal 2 maret 2013 ketika mengadakan observasi tersebut peneliti memperoleh informasi bahwa permasalahan yang terjadi adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai konsep pada materi bangun ruang sisi datar. Kesulitan siswa dalam memahami materi bangun ruang sisi datar karena kurangnya kemampuan dan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal yang berbentuk gambar, kurangnya keberanian siswa dalam menanyakan materi yang belum paham kepada gurunya, padahal guru telah memberikan waktu untuk bertanya. Selain keaktifan, motivasi siswa dalam belajar matematika juga masih rendah. Antusias siswa dalam belajar matematika masih kurang sehingga kemampuan pemahaman konsep yang di dapat juga masih rendah.
Untuk mengetahui rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, peneliti mengajukan pertanyaan dalam bentuk soal uraian yang menyangkut masalah bangun ruang sisi datar kepada siswa.berikut cuplikan pertanyaannya:
“Gambarlah sebuah kubus ABCD.EFGH dengan panjang 5 cm, lebar 5 cm dan tinggi 5 cm. Kemudian setelah gambar kubus tersebut dibuat, maka :
a. Ada berapakah sisi-sisi kubus ? sebutkan !
b. Buatlah 3 buah jaring-jaring kubus tersebut !
Berdasarkan hasil jawaban dari beberapa siswa di atas maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa masih rendah, dimana dari 31 siswa hanya 5 siswa yang mampu menjawab soal tersebut dengan benar. Hal tersebut terjadi karena siswa belum memahami konsep kubus itu sendiri. Sedangkan jawaban yang benar dari pertanyaan di atas adalah
Diketahui : p = 5 cm, l = 5 cm, t = 5 cm
Ditanya : menggambar kubus ABCD.EFGH
a. Ada berapakah sisi-sisi kubus ? sebutkan !
b. Buatlah 3 buah jaring-jaring kubus tersebut !
Ada 6 sisi yang terdapat pada kubus yaitu ABCD, CDHG, ADEH, BCFG, EFGH dan ABEF.
Jaring-jaring kubus yang dibuat adalah 3 buah jaring-jaring kubus.
Untuk menanggapi masalah tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalisme yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, di samping itu juga diupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, teman-temannya juga lingkungan sekitarnya. Salah satu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah Problem Based Intruction (PBI). Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah autentik sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir tingkat tinggi dan keterampilan untuk memecahkan masalah, serta menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Menurut Nurhadi : “ Pembelajaran Berdasarkan Masalah/Problem Based Instruction adalah pembelajaran yang berdasarkan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana belajar.
Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak dapat mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk dapat melakukan penyelidikan secara inkuiri. Situasi masalah yang autentik dan bermakna sendiri dapat ditemukan pada materi bangun ruang sisi datar. Pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) diharapkan mampu membuat pelajaran tersebut menjadi lebih menarik bagi siswa dan dapat menguatkan konsep-konsep matematika siswa sehingga siswa tidak cepat lupa dengan materi yang telah diajarkan karena Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) ini menitik beratkan dunia nyata dalam pembelajaran.
Keterkaitan antara Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan pemahaman konsep yaitu bisa dilihat pada saat siswa dalam memahami konsep. Dalam memahami suatu konsep siswa dituntut untuk bisa mengungkapkan kembali konsep yang sudah dipelajari, sedangkan kebanyakan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, kaitannya dengan Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) yaitu dimana dalam pembelajaran ini siswa mengerjakan permasalahan dalam kehidupan nyata, menyusun pengetahuan mereka sendiri dan keterampilan siswa dalam berpikir tingkat tinggi.