Kisah Pemuda Tua di Zaman Rasulullah
Suatu ketika, duduk seorang anak kecil di hadapan Rasulullah Saw. Usianya masihlah sangat muda, sekitar 7 tahun. Dengan khusyu'nya ia dengarkan setiap patah kata yg keluar dari lisan Rasulullah saw.
“Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa hal: Jagalah Allah dikala suka, niscaya Dia akan menjagamu dikala duka. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” Begitulah pesan Rasulullah Saw kepadanya.
Ya, ialah sahabat mulia Abdullah bin Abbas. Sepupu Rasulullah saw yg sangat mencintainya. Kegemarannya mencari tahu tentang hal-hal baru dalam islam, mengantarnya untuk selalu hadir di majelis Rasulullah dan tak segan pula mendatangi rumah para sahabat senior untuk bertanya berbagai hal mengenai islam.
Suatu ketika Rasulullah hendak melaksanakan tahajjud di masjid nabawi. Melihat kedatangan Rasulullah, Ibnu Abbas sangat girang dan antusias untuk melihat bagaimana Rasulullah shalat secara langsung dan shalat tepat di belakangnya. Melihat hal tersebut, Rasulullah langsung menarik Ibnu Abbas. Namun tak seberapa lama, ia mundur kembali. Ketika ditanya, jawabannya adalah “bagaimana mungkin orang sepertiku berdiri sejajar denganmu ya Rasulullah”
Saking cintanya pada Rasulullah, hampir setiap malam ia sediakan air di dalam sebuah bejana untuk digunakan Rasulullah beristinja dan berwudhu. Rasulullah menyadari bahwa itu perlakuan Ibnu Abbas seraya mendoakan “اللهم فقهه في الدين وعلمه تأويل” (Ya Allah pahamkan ia dalam ilmu agama dan mahirkan ia dalam ilmu tafsir.” Sahabat Ibnu Mas’ud pun dalam sebuah riwayat menjelaskan bahwa memang Ibnu Abbas adalah sahabat yang paling mahir dalam ilmu Tafsir.
Kedalaman ilmu agamanya menjadikan ia sebagai salahsatu rujukan dan tempat bertanya para sahabat. Tak jarang pula ia diminta oleh para sahabat senior, salahsatunya Umar bin Khattab untuk memberikan pandangan terhadap suatu persoalan. Hingga Umar menjulukinya sebagai “Pemuda Tua.”
Inilah Ibnu Abbas, seorang anak muda yang diliputi berjuta keberkahan. Keindahan akhlaqnya seakan semakin menambah kedalaman ilmunya. Di usianya yg muda ia telah membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi seorang ulama dan cendikiawan dengan wawasan yang luas, sejajar dengan para sahabat senior lainnya.