Mengambil Hikmah Dibalik Pandemi Covid-19
Semenjak mewabahnya virus Covid-19 atau yg populer dengan nama Corona, ramai-ramai negara di Dunia melakukan aksi Lockdowns dengan mengisolasi negaranya dari dunia luar. Melihat hal tersebut, ada diantara kita yang mungkin santai menanggapinya, ada juga yang justru panik dengan mewabahnya virus ini.
Wabah penyakit yang luas ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Bahkan di masa Rasulullah Saw dan para Sahabat nya hidup pun, tercatat beberapa kali terjadi wabah penyakit yang sangat luas. Dan semenjak saat itu, teori Lockdowns sudah digunakan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana dalam Hadits yg diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya :
إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ
“Jika kamu mendengar di tempat itu ada penyakit tsb, maka janganlah kami dekati. Dan jika penyakit itu terjadi di negerimu, janganlah kamu keluar untuk melarikan diri”
Banyak diantara ummat muslim bertawakkal bukan pada porsinya. Maksudnya adalah, memang semua yang terjadi merupakan takdir dari Allah swt. Sehat atau sakit, hidup ataupun mati adalah kehendak Allah swt. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah ‘Tawakkal tidak semata2 berserah kepada Allah, namun harus diiringi dengan usaha dan ikhtiar’Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam Sunan At Tirmidzi :
قال رجل : يا رسول الله أعقلها وأتوكل أو أطلقها وأتوكل؟ قال رسول الله : اعقلها وتوكل
“Berkata seorang laki2 : “Wahai Rasulullah. Apakah aku harus mengikatkan untaku lalu aku bertawakkal, atau aku biarkan saja lalu aku bertawakkal?” Lalu Rasulullah Saw bersabda : “Ikatlah dan bertawakkallah.”
Dari hadits ini kita belajar bahwa bertawakkal bukan semerta-merta kita biarkan tanpa ada usaha untuk menghindarinya, mencegahnya, dan menanggulanginya. Namun juga harus disertai itu semua, seraya berharap Allah Swt akan menghindarkan kita dari semua keburukan tsb.
Sangat disayangkan jika ada diantara ummat muslim hari ini justru berpasrah tanpa ada usaha dan karena ta’ashub pada suatu fatwa atau ijtihad kemudian tidak mengindahkan ijtihad yang lainnya.
Dalam kitab Kitab Badzlul ma’un fi fadhli at-tha’un yang ditulis oleh Imam Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani, dikisahkan pada saat tersebar wabah di Syam, orang-orang keluar dan berkumpul untuk berdo’a, dan setelah itu jumlah korban yang terkena wabah semakin banyak..
Hal ini juga terjadi di tahun 833 H di Cairo, saat wabah terjadi, dalam sehari lebih dari 40 orang meninggal. Ummat muslim lantas keluar dan berkumpul untuk berdo’a dan setelah itu jumlah yang meninggal semakin banyak bahkan mencapai 1000 dalam sehari.
Dari situlah para ulama saat itu memfatwakan larangan untuk berkumpul, beribadah berjamaah untuk sesaat demi mencegah penyebaran wabah yang semakin massif. Apakah doa para ulama dan orang2 shalih tidak dikabulkan Allah? Tentu doa mereka dikabulkan Allah. Tapi disinilah pentingnya Tawakkal, Ikhtiar dan Raja’ berjalan beriringan tanpa dipisahkan. Maka sebagai hamba yang faqiir dan jahil, hendaknya kita ikut pada apa yang telah difatwakan para ulama, diputuskan oleh ulil amri kita, sembari kita terus berharap pada Allah swt. Wallahu A’lam bish shawab
Semoga Allah senantiasa melindungi kita, keluarga, saudara dan sahabat kita dari segala penyakit dan mara bahaya di dunia maupun akhirat serta Semoga Allah segera memberi kesudahan pada penyakit yang melanda negeri kita.