Pendudukan Israel Atas Palestina
Sejak perjanjian Oslo, Zionis Israel tidaklah merampas tanah Palestina kecuali dari tangan mereka yang berdamai dengannya. Pemukiman Yahudi di Tepi Barat bertambah tiga kali lipat sejak 1993. Padahal, Israel berjanji untuk meninggalkan Tepi Barat (dan Gaza) sesuai perjanjian Oslo. Memerdekakan tanah Palestina 'hanya' bisa dilakukan dengan perlawanan (baik sipil maupun militer) seperti intifadhah Al-Aqsha tahun 2000 yang mampu memaksa Israel keluar dari Gaza tahun 2005. Perdamaian dan normalisasi dengan zionis hanya menjadikan mereka yang berdamai sebagai lelucon bagi para pejabat Israel.
Perlu dicatat bahwa agresi militer Israel terhadap Gaza seperti yang terjadi mulai dari tahun 2008, 2012 dan 2014 juga tidak mampu menakhlukkan perlawanan para Pejuang Palestina. Dan insya Allah agresi kali inipun tidak akan mampu mengalahkan para pejuang Palestina. Bahkan, andaikan mereka mampu menjajah Gaza lagi, sebagaimana mereka pernah menjajahnya Hampir 40 tahun (sejak perang 6 hari tahun 1967 sampai tahun 2005) perlawanan akan kembali tumbuh sebagaimana Hamas justru tumbuh di Gaza dan menguasainya secara de facto tahun 2007.
Orang bilang, Yang kuat dianggap kalah jika tidak memenangkan peperangan dan yang lemah dianggap menang jika tidak dikalahkan secara total. Apa yang hari ini terjadi di Palestina dengan jelas menggambarkan kekalahan zionis Israel. Jangan lupa, bahwa setengah dari mereka yang hari ini mendiami tanah Palestina bukanlah orang Yahudi, mereka adalah bangsa Arab Palestina asli baik yang menetap di Gaza, Tepi Barat, Al-Quds atau wilayah-wilayah Israel lainnya (Palestina terjajah).
Jika pada hari ini mereka bersatu untuk menentang zionis baik dengan tulisan-tulisan di tembok, demonstrasi, mogok massal, pembangkangan sipil hingga bentrokan bersenjata, itu artinya pemerintahan rasis ini sedang hidup dan mengelola sebuah negara yang setengah lebih dari penduduknya adalah para pembangkang. Saat ini, Pemerintahan Zionis berada dalam kekacauan dan pemerintahan bisa lumpuh jika agresi terhadap Gaza tak segera dihentikan. Belum lagi jika kita melihat sekte-sekte Yahudi moderat yang menentang zionis. Karenanya tidak berlebihan jika The Jerusalem Post memuat sebuah analisa bahwa Israel memang memenangkan pertempuran, tapi Hamaslah yang memenangkan peperangan. IDF memang berhasil membunuh rakyat Palestina, tapi dari dalam, bangunan Pemerintahan mulai roboh. Roket Hamas yang sudah mampu menjangkau semua wilayah Israel (Palestina terjajah) menjadikan negara rasis ini bukan lagi tanah impian yang aman untuk ditempati. Banyak kaum Yahudi yang hari ini lebih memilih tinggal di Amerika dan Eropa.
Selain itu, dukungan dan solidaritas dari masyarakat sipil Palestina di Tepi Barat, Al-Quds dan Wilayah-wilayah Palestina terjajah lainnya terhadap kelompok perlawanan bersenjata di Gaza juga mengindikasikan bahwa rakyat Palestina di Tepi Barat dan lainnya sejatinya menolak sikap berdamai dengan Israel, yang berdamai hanyalah 'otoritas Palestina' dan para pegawainya, bukan rakyat. Dukungan dari rakyat Palestina diluar Gaza terhadap kelompok perlawanan juga mengisyaratkan bahwa hanya kelompok perlawanan bersenjatalah yang mewakili perjuangan rakyat Palestina.