Bahaya Hadits Palsu Yang Melebihkan Pahala Dalam Amalan
Hadits- Hadits tentang keutamaan amal, anjuran dan peringatan walaupun tidak menyangkut hal-hal yang menghalalkan atau mengharamkan, kita dapatkan menyangkut hal-hal lain yang tidak kalah pentingnya walaupun belum menarik perhatian para ulama terdahulu. Ini adalah akibat dari tidak seimbangnya dalam mempertimbangkan suatu hukum yang telah diletakkan oleh pembuat syari’at (Allah) untuk amal perbuatan dan kewajiban tertentu. Padahal setiap perbuatan yang diperintahkan atau dilarang mempunyai timbangan atau harga tertentu menurut Allah dibandingkan dengan perbuatan lainnya. Kita tidak boleh melampaui batas yang telah ditentukan-Nya, baik yang lebih rendah ataupun lebih tinggi.
Dan yang lebih membahayakan adalah memberikan nilai untuk sebagian amal shaleh lebih besar dari ukurannya dan dari semestinya dengan memperbesar pahalanya sehingga melebihi hal yang lebih penting dan kedudukannya leih tinggi menurut pandangan agama.
Berlebih-lebih dalam menuturkan janji dengan mengobral pahala dan ancaman dengan menyeram-nyeramkan siksa berdampak cacatnya bentuk agama menurut pandangan kaum terpelajar dimana mereka menghubungkan apa yang didengarnya dan dibacanya itu kepada agama itu sendiri sementara agama tidak tahu-menahu tentang hal itu.
Berlebih-lebihan ini, terutama dalam masalah memberikan peringatan seringkali menimbulkan hasil yang berlawanan dan kekacauan jiwa sehingga tidak jarang mereka menjadikan Allah dibenci orang dan lari menjauh dari pada-Nya.
Yang wajib dilakukan adalah meletakkan amal perbuatan sesuai dengan kedudukan syari’ahnya tanpa berlebih-lebihan yang bakal menyeret kita baik kepada posisi melebihi ataupun kurang, sebagaimana yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib: “Hendaknya kalian bersikap pertengahan, yang menjadi tempat kembali orang yang berlebihan dan susulan yang berikutnya".
Dan yang lebih membahayakan adalah memberikan nilai untuk sebagian amal shaleh lebih besar dari ukurannya dan dari semestinya dengan memperbesar pahalanya sehingga melebihi hal yang lebih penting dan kedudukannya leih tinggi menurut pandangan agama.
Berlebih-lebih dalam menuturkan janji dengan mengobral pahala dan ancaman dengan menyeram-nyeramkan siksa berdampak cacatnya bentuk agama menurut pandangan kaum terpelajar dimana mereka menghubungkan apa yang didengarnya dan dibacanya itu kepada agama itu sendiri sementara agama tidak tahu-menahu tentang hal itu.
Berlebih-lebihan ini, terutama dalam masalah memberikan peringatan seringkali menimbulkan hasil yang berlawanan dan kekacauan jiwa sehingga tidak jarang mereka menjadikan Allah dibenci orang dan lari menjauh dari pada-Nya.
Yang wajib dilakukan adalah meletakkan amal perbuatan sesuai dengan kedudukan syari’ahnya tanpa berlebih-lebihan yang bakal menyeret kita baik kepada posisi melebihi ataupun kurang, sebagaimana yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib: “Hendaknya kalian bersikap pertengahan, yang menjadi tempat kembali orang yang berlebihan dan susulan yang berikutnya".