Hadits Larangan Wanita Bepergian Tanpa Mahram
Di antara hadits yang kontroversi dan disalah pahami oleh sebagian orang adalah hadits yang berkenaan dengan kedudukan seorang wanita yang berpergian tanpa ditemani mahramnya. Hadits tersebut terdapat dalam buku Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Ibnu Abbas dan lainnya yang diriwayatkan secara marfu’ Rasul Bersabda:
لاَ تُسَافِرُ إِمْرَأَةٌ إِلاَ وَمَعَهَا مَحْرَمٌ
“Wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh mahramnya”
Baca juga: Salah Paham Hadits Penyerbukan Kurma
Akan tetapi apabila kondisi dan situasinya berubah sebagaimana pada masa sekarang ini di mana perjalanan dapat dilakukan dengan sangat mudah. Seperti dengan menggunakan pesawat yang dapat membawa ratusan penumpang, ataupun kereta api yang bisa membawa ratusan penumpang, dan juga bus dan lainnya. Di samping itu tidak ada agi faktor timbulnya kekhawatiran bagi wanita bila bepergian sendirian. Maka secara hukum syara’ ia tidak berdosa dan tidak dianggap sebagai menentang hadits nabi diatas tadi. Bahkan hal seperti ini dipekuat oleh hadits dari ‘Adiy bin Hatim secara marfu’ menurut Al-Bukhari:
Dalam hadits yang lain juga Nabi bersabda:
Hadits tersebut mengandung pujian tentang bakal munculnya Islam, sinarnya menerangi alam semesta dan keamanan tersebar diseluruh permukaan bumi ini. Dengan demikian hadits tersebut tentang dibolehkannya wanita bepergian sendirian tanpa ditemani suami ataupun mahramnya. Sebagaimana Ibnu Hazm menjadikannya hadits ini sebagai landasan masalah tersebut.
Akan tetapi apabila kondisi dan situasinya berubah sebagaimana pada masa sekarang ini di mana perjalanan dapat dilakukan dengan sangat mudah. Seperti dengan menggunakan pesawat yang dapat membawa ratusan penumpang, ataupun kereta api yang bisa membawa ratusan penumpang, dan juga bus dan lainnya. Di samping itu tidak ada agi faktor timbulnya kekhawatiran bagi wanita bila bepergian sendirian. Maka secara hukum syara’ ia tidak berdosa dan tidak dianggap sebagai menentang hadits nabi diatas tadi. Bahkan hal seperti ini dipekuat oleh hadits dari ‘Adiy bin Hatim secara marfu’ menurut Al-Bukhari:
يُوْشِكُ أَنْ تَخْرُجَ الظَعِيْنَةُ مِنَ الحِيْرَةِ تُقَدِمُ البَيْتُ (الكعبة) لاَزَوْجَ لَهَا
“ Hampir tiba masanya wanita menunggang unta datang dari al-Hirah menuju Baitullah (ka’bah), tanpa disertai suaminya.
Dalam hadits yang lain juga Nabi bersabda:
فَإِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتَرَيَنَّ الظَّعِينَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيرَةِ
Apabila engkau berumur panjang, maka engkau akan melihat seorang wanita berpindah (safar) dari satu kampung
حَتَّى تَطُوفَ بِالْكَعْبَةِ
sehingga ia berthawaf di Ka’bah
لاَ تَخَافُ أَحَدًا إِلاَّ اللَّهَ
“dan dia tidak takut kepada seorangpun kecuali kepada Allah”.
Hadits tersebut mengandung pujian tentang bakal munculnya Islam, sinarnya menerangi alam semesta dan keamanan tersebar diseluruh permukaan bumi ini. Dengan demikian hadits tersebut tentang dibolehkannya wanita bepergian sendirian tanpa ditemani suami ataupun mahramnya. Sebagaimana Ibnu Hazm menjadikannya hadits ini sebagai landasan masalah tersebut.
Baca juga: Hadits Larangan Tinggal di Daerah Musyrik
Dan tidak aneh apabila kita dapati sebagian ulama membolehkan wanita menunaikan Ibadah Haji tanpa ditemani oleh suami ataupun mahramnya apabila dia ikut rombongansesama wanita yang dapat dipercaya atau daam rombongan yang terjamin keamanannya.
Demikianlah Aisyah melakukan Ibadah haji beserta dengan serombongan tokoh-tokoh wanita Muslim pada masa pemerintahan Umar bin Khatthab dan tidak seorangpun yang disertai mahramnya dan yang menyertai mereka adalah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf sebagaimana yang tercantum dalam shahih al-Bukhari.
Bahkan sebagian dari mereka mengatakan, cukuplah seorang wanita yang dapat dipercaya. Sebagian yang lain mengatakan bah wa wanita boleh bepergian sendirian bila keamanan di perjalanannya terjamin. Penulis Al-Muhadzdzab membenarkannya sebagi yang berasal dari Mazhab Syafi’i
Dan ini adalah daam bepergian untuk menunaikan ibadah haji dan umrah dan sebagian pengikut mazhab Syafi’i memberlakukannya untuk segala macam perjalanan.
Dan tidak aneh apabila kita dapati sebagian ulama membolehkan wanita menunaikan Ibadah Haji tanpa ditemani oleh suami ataupun mahramnya apabila dia ikut rombongansesama wanita yang dapat dipercaya atau daam rombongan yang terjamin keamanannya.
Demikianlah Aisyah melakukan Ibadah haji beserta dengan serombongan tokoh-tokoh wanita Muslim pada masa pemerintahan Umar bin Khatthab dan tidak seorangpun yang disertai mahramnya dan yang menyertai mereka adalah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf sebagaimana yang tercantum dalam shahih al-Bukhari.
Bahkan sebagian dari mereka mengatakan, cukuplah seorang wanita yang dapat dipercaya. Sebagian yang lain mengatakan bah wa wanita boleh bepergian sendirian bila keamanan di perjalanannya terjamin. Penulis Al-Muhadzdzab membenarkannya sebagi yang berasal dari Mazhab Syafi’i
Dan ini adalah daam bepergian untuk menunaikan ibadah haji dan umrah dan sebagian pengikut mazhab Syafi’i memberlakukannya untuk segala macam perjalanan.