Nasehat Penting Untuk Para Pelajar Muslim
Ada beberapa nasehat penting yang harus direnungi oleh pelajara Muslim, antara lain adalah sebagai berikut:
Yang pertama, Teruslah berusaha dan belajar dalam menuntut ilmu. Lihatlah bagaimana perjuangan para ulama terdahu dalam menggapai ilmu. Mereka rela mengorbannkan harta dalam seluruh umurnya dalam mencari ilmu dan mengumpulkan sunnah Nabi yang tersebar di segenap negeri. sebagai contoh salah seorang dari mereka adalah imam Nawawi. Beliau sampai tidak menikah karena larut dalam nikmatnya belajar, dan merasa bahwa menikah akan menggangunya dalam belajar.
Yang kedua, seyogianya kita di indonesia yang secara umum adalah mazhab syafi'i. maka harus memahami kitab-kitab esensial dalam mazhab Syafi'i seperti kitab Tobaqotul Kubra milik Imam Tajuddin Al-Subki atau Shofahat min Shobril Ulama karya Syekh Abu Ghuddah. Baca dari awal sampe akhir, agar Kalian tau bagaimana pengorbanan para ulama demi ilmu.
Dan poinnya adalah: siapa yang berjuang dan bersungguh-sungguh maka ia akan dapat dari Allah madad (keberkahan) yang melimpah. Kemudia baru boleh dilanjutkan dengan mazhab yang lainnya sebagai perbandingan dan mengambil pandangan mana yang lebih dekat dengan Sunnah Rasulullah.
yang ketiga, Bagi yang sudah menyandang gelar sarjana strata satu, maka jangan berhenti sampai di situ. Akan tetapi harus melanjutkan lagi ke jenjang Magister atau bahkan sampai Doktoral. Naiklah ke derajat keilmuan yang lebih tinggi. (irtaqi ila a’la maraatibil Ilmiyyah). Cobalah buat karya ilmiah, penelitian atau hal apapun agar intelektual kalian terus meningkat. dan yang paling penting adalah orang yang beramal dengan ilmu yang telah didapatkan.
Yang keempat, Jadilah orang yang visioner (Kun sohibal hadaf). Jangan ragu untuk bercita-cita. Jangan malu untuk bertekad, semisal: “saya harus mau menjadi Syaikhul Islam, Al-Haafiz, Faqiihul ‘Ashr atau yang lainnya”. Siapa yang melarang kalian untuk bertekad seperti ini. Dan wujudkan itu semua dengan kesungguhan dalam ilmu.
Yang kelima, Barangsiapa di antara kalian yang belum menuntaskan hapalan quran nya, maka tuntaskan! Merupakan aib bagi seorang pelajar yang konsen dalam fikih, hadis ataupun ilmu syariah lainnya namun belum menghapalkan al-Quran dan memahaminya dengan tuntas. Sebab quran merupakan pondasi dalam kehidupan umat islam
Yang keenam, berusaha sekuat tenaga menuntaskan keilmuan dasar dalam Islam sebagai alat yang dipergunakan dalam medan ijtihad fikih dan modal dalam dunia dakwah. Pelajari setiap ilmu dengan tuntas agar kuat dari sisi dasar keilmun. khususnya pelajar Syariah Islamiyyah, pelajari lagi dan lengkapi lagi. Begitupun ilmu-ilmu lainnya seperti hadis, ushul fikih dan lainnya.
Yang ketujuh, Kalaupun kalian merasa sudah mumpuni dalam berbagai bidang, maka koreksi lagi “apakah hati dan jiwa kalian sudah tersucikan?” carilah guru yang dapat membimbing kalian dalam proses penyucian jiwa. Dulu di al-Azhar, ketika lulus, seorang mahasiswa diberikan dua ijazah; ijazah ilmu syariah dan ijazah tasawuf. (La ya’khudz al-Tholib illa bi iqtiraani syahadataini ma’an). Dan gurunya pun tidak memberi syahadah tasawuf itu sebelum murid itu berperilaku baik dan bersih hati dan jiwanya. Maka jangan pulang ke Negara kalian sehingga kalian mendapatkan dua syahadah ini!
Sebab kenapa? Ilmu Fikih (atau dalam istilah beliau ‘Fiqhuzzohir’) adalah syarat sah nya sebuah amalan, adapun ilmu tasawuf (atau ‘Fiqhul Baatin’) adalah syarat diterimanya sebuah amalan. (Fikhuzzhohir syarthun lishihhatil a’maal wa fiqhul baatin syarthun liqobuul al-A’maal). Karenanya Kalian harus menggabungkan keduanya agar seimbang.
Pelajar yang hanya fokus dengan ilmu zohir tanpa ilmu batin atau tidak berguru pada ahli tasawuf, maka hal pertama yang akan ia raih adalah sikap ‘merasa sudah bersungguh-sungguh’ dalam ilmu zohir.
Ulama kita terdahulu adalah orang yang seimbang ilmu zohir dan batinnya.Lihatlah Imam Syafii yang berguru pada ahli tasawuf, ataupun ulama lainnya, termasuk Imam Najumuddin AL-Ghaiti yang telah kita kenal barusan lewat kitabnya. Karenanya jika merasa ada penyakit-penyakit dalam hati, maka mintalah kepada Allah agar ditunjukan pada guru-guru yang ahli dalam masalah ini.
Yang kedelapan, Berpegang teguhlah sekuat-kuatnya dengan sunnah Nabi Saw. Baik dalam perkataan, perbuatan, berbicara, berjalan, dan amalan lainnya sebagainya. Dahulu guru-guru kita mengajarkan untuk keras kepada diri kita dalam pengamalan sunah dan memudahkan orang lain dalam fatwa. (Alaina an nakuuna asyidda alaa nafsiina bissunah wa muyassiriina alal kholqi fil fatwa).
Seorang ulama bernama Imam Sarhandi yang selalu memaksakan dirinya dalam mengamalkan sunnah, pernah berkata: saya akan senantiasa menjaga diri ini untuk mengamalkan sunnah, andai diri ini melanggar sunnah Nabi sepertihalnya masuk ke kamar mandi dengan kaki kanan, maka sungguh diriku akan diharamkan atasku keberkahan sunnah selama setahun.
(Inni lauroqibu nafsi maassunnah lau walau kholaftu sunnah kaan dakholtu mahalla qodoil hajah bil qodamil yumna khotoan hurimtu barakatissunah fi muddatissanah).
Yan terakhir, Ketahuilah bahwa saat ini masyarakat dunia menyadari bahwa kekuatan terbesar adalah umat muslim, dan itu tergantung bagaimana ulamanya. Kalianlah yang akan menjadi garda terdepan umat muslim di esok hari. Karenanya kita haruslah terus mengintropeksi diri kita. Kalau ada yang tidak beres dengan dunia ini maka orang yang pertama kali kita salahkanlah adalah diri kita; kenapa malas, kenapa kita tidak berjuang. Bukan orang lain tapi diri kita.
Berjuanglah dari hal terkecil, yakni menjaga diri kita sendiri dari berbagai hawa nafsu agar nantinya bisa menolong apa yang terjadi pada dunia ini.
Yang pertama, Teruslah berusaha dan belajar dalam menuntut ilmu. Lihatlah bagaimana perjuangan para ulama terdahu dalam menggapai ilmu. Mereka rela mengorbannkan harta dalam seluruh umurnya dalam mencari ilmu dan mengumpulkan sunnah Nabi yang tersebar di segenap negeri. sebagai contoh salah seorang dari mereka adalah imam Nawawi. Beliau sampai tidak menikah karena larut dalam nikmatnya belajar, dan merasa bahwa menikah akan menggangunya dalam belajar.
Yang kedua, seyogianya kita di indonesia yang secara umum adalah mazhab syafi'i. maka harus memahami kitab-kitab esensial dalam mazhab Syafi'i seperti kitab Tobaqotul Kubra milik Imam Tajuddin Al-Subki atau Shofahat min Shobril Ulama karya Syekh Abu Ghuddah. Baca dari awal sampe akhir, agar Kalian tau bagaimana pengorbanan para ulama demi ilmu.
Dan poinnya adalah: siapa yang berjuang dan bersungguh-sungguh maka ia akan dapat dari Allah madad (keberkahan) yang melimpah. Kemudia baru boleh dilanjutkan dengan mazhab yang lainnya sebagai perbandingan dan mengambil pandangan mana yang lebih dekat dengan Sunnah Rasulullah.
yang ketiga, Bagi yang sudah menyandang gelar sarjana strata satu, maka jangan berhenti sampai di situ. Akan tetapi harus melanjutkan lagi ke jenjang Magister atau bahkan sampai Doktoral. Naiklah ke derajat keilmuan yang lebih tinggi. (irtaqi ila a’la maraatibil Ilmiyyah). Cobalah buat karya ilmiah, penelitian atau hal apapun agar intelektual kalian terus meningkat. dan yang paling penting adalah orang yang beramal dengan ilmu yang telah didapatkan.
Yang keempat, Jadilah orang yang visioner (Kun sohibal hadaf). Jangan ragu untuk bercita-cita. Jangan malu untuk bertekad, semisal: “saya harus mau menjadi Syaikhul Islam, Al-Haafiz, Faqiihul ‘Ashr atau yang lainnya”. Siapa yang melarang kalian untuk bertekad seperti ini. Dan wujudkan itu semua dengan kesungguhan dalam ilmu.
Yang kelima, Barangsiapa di antara kalian yang belum menuntaskan hapalan quran nya, maka tuntaskan! Merupakan aib bagi seorang pelajar yang konsen dalam fikih, hadis ataupun ilmu syariah lainnya namun belum menghapalkan al-Quran dan memahaminya dengan tuntas. Sebab quran merupakan pondasi dalam kehidupan umat islam
Yang keenam, berusaha sekuat tenaga menuntaskan keilmuan dasar dalam Islam sebagai alat yang dipergunakan dalam medan ijtihad fikih dan modal dalam dunia dakwah. Pelajari setiap ilmu dengan tuntas agar kuat dari sisi dasar keilmun. khususnya pelajar Syariah Islamiyyah, pelajari lagi dan lengkapi lagi. Begitupun ilmu-ilmu lainnya seperti hadis, ushul fikih dan lainnya.
Yang ketujuh, Kalaupun kalian merasa sudah mumpuni dalam berbagai bidang, maka koreksi lagi “apakah hati dan jiwa kalian sudah tersucikan?” carilah guru yang dapat membimbing kalian dalam proses penyucian jiwa. Dulu di al-Azhar, ketika lulus, seorang mahasiswa diberikan dua ijazah; ijazah ilmu syariah dan ijazah tasawuf. (La ya’khudz al-Tholib illa bi iqtiraani syahadataini ma’an). Dan gurunya pun tidak memberi syahadah tasawuf itu sebelum murid itu berperilaku baik dan bersih hati dan jiwanya. Maka jangan pulang ke Negara kalian sehingga kalian mendapatkan dua syahadah ini!
Sebab kenapa? Ilmu Fikih (atau dalam istilah beliau ‘Fiqhuzzohir’) adalah syarat sah nya sebuah amalan, adapun ilmu tasawuf (atau ‘Fiqhul Baatin’) adalah syarat diterimanya sebuah amalan. (Fikhuzzhohir syarthun lishihhatil a’maal wa fiqhul baatin syarthun liqobuul al-A’maal). Karenanya Kalian harus menggabungkan keduanya agar seimbang.
Pelajar yang hanya fokus dengan ilmu zohir tanpa ilmu batin atau tidak berguru pada ahli tasawuf, maka hal pertama yang akan ia raih adalah sikap ‘merasa sudah bersungguh-sungguh’ dalam ilmu zohir.
Ulama kita terdahulu adalah orang yang seimbang ilmu zohir dan batinnya.Lihatlah Imam Syafii yang berguru pada ahli tasawuf, ataupun ulama lainnya, termasuk Imam Najumuddin AL-Ghaiti yang telah kita kenal barusan lewat kitabnya. Karenanya jika merasa ada penyakit-penyakit dalam hati, maka mintalah kepada Allah agar ditunjukan pada guru-guru yang ahli dalam masalah ini.
Yang kedelapan, Berpegang teguhlah sekuat-kuatnya dengan sunnah Nabi Saw. Baik dalam perkataan, perbuatan, berbicara, berjalan, dan amalan lainnya sebagainya. Dahulu guru-guru kita mengajarkan untuk keras kepada diri kita dalam pengamalan sunah dan memudahkan orang lain dalam fatwa. (Alaina an nakuuna asyidda alaa nafsiina bissunah wa muyassiriina alal kholqi fil fatwa).
Seorang ulama bernama Imam Sarhandi yang selalu memaksakan dirinya dalam mengamalkan sunnah, pernah berkata: saya akan senantiasa menjaga diri ini untuk mengamalkan sunnah, andai diri ini melanggar sunnah Nabi sepertihalnya masuk ke kamar mandi dengan kaki kanan, maka sungguh diriku akan diharamkan atasku keberkahan sunnah selama setahun.
(Inni lauroqibu nafsi maassunnah lau walau kholaftu sunnah kaan dakholtu mahalla qodoil hajah bil qodamil yumna khotoan hurimtu barakatissunah fi muddatissanah).
Yan terakhir, Ketahuilah bahwa saat ini masyarakat dunia menyadari bahwa kekuatan terbesar adalah umat muslim, dan itu tergantung bagaimana ulamanya. Kalianlah yang akan menjadi garda terdepan umat muslim di esok hari. Karenanya kita haruslah terus mengintropeksi diri kita. Kalau ada yang tidak beres dengan dunia ini maka orang yang pertama kali kita salahkanlah adalah diri kita; kenapa malas, kenapa kita tidak berjuang. Bukan orang lain tapi diri kita.
Berjuanglah dari hal terkecil, yakni menjaga diri kita sendiri dari berbagai hawa nafsu agar nantinya bisa menolong apa yang terjadi pada dunia ini.