Ibnu Taimiyah Dan Penolakan Majaz Dalam Memahami Hadits
Syaikhu-l-Islam Ibnu Taimiyyah adalah salah seorang ulama yang menolak adanya majas dalam al-Qur'an, hadits dan dalam bahasa secara umum dan pendapatnya ini diperkuat dengan sejumlah dalil dan ungkapan. Dan Syekh Yusuf Al-Qaradhawi mengetahui faktor yang mendorong Ibnu Taimiyyah berpendapat demikian. Ibnu Taimiyyah ingin menutup pintu bagi mereka yang berlebih-lebihan dalam menta' wilkan hal-hal yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah 'Azza wa Jalla yaitu mereka yang dinamakan kaum al-Mu'aththilah.
Sifat-sifat Allah ta'ala menurut pandangan mereka hampir menjadi sekedar negatif bukan positif dan nafyun yang tidak disertai itsbat. la ingin menghidupkan apa yang ada pada umat terdahulu yang mengitsbatkan bagi Allah ta'ala apa- apa yang telah diitsbatkan-Nya dalam kitab-Nya al-Qur'an dan dalam sunnah Rasul-Nya dan menafikan apa-apa yang telah dinafikan al-Qur'an dan as-Sunnah.
Akan tetapi ia terlalu berlebihan dalam hal itu sampai- sampal ia menolak adanya majas dalam bahasa sekalipun. Dan Ibnu Taimiyyah adalah termasuk ulama yang paling Syekh Yusuf Al-Qaradhawi sukai dan yang paling dekat dengan pemikiran Syekh Yusuf Al-Qaradhawi. Namun, dalam masalah ini Syekh Yusuf Al-Qaradhawi tidak sependapat dengan Ibnu Taimiyyah, sebagaimana ia tidak sependapat dengan para ulama sebelumnya. Ibnu Taimiyyah mengajarkan agar kita berpikir dan tidak bertaklid, mengikuti dalil bukannya mengikuti person, mengetahui orang-orang dengan kebenaran bukannya kebenaran dengan orang-orang. Maka Syekh Yusuf Al-Qaradhawi mencintai Ibnu Taimiyyah tetapi saya bukanlah pengikut Ibnu Taimiyyah. Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata : "Syaiku-l-Islam sangat kita cintai, tetapi kami lebih mencintai kebenaran ketimbang dia". Memang Syekh Yusuf Al-Qaradhawi sependapat dengan Ibnu Taimiyyah dalam masalah sifa-sifat Allah ta'ala, semua yang berhubungan dengan alam gaib dan keadaan akhirat, bahwa sebaiknya kita tidak mudah-mudah menta'wilkannya tanpa berdasarkan bukti yang jelas dan kita menyerahkan masalah ini kepada Allah Yang Mengetahuinya dan kita tidak membenani diri dengan sesuatu yang di luar kemampuan kita dan kita katakan sebagaimana orang- orang yang mendalami ilmu pengetahuannya : "Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". (QS. Ali 'Imran 3:7)
Sumber:
Buku Metode Memahami Sunnah Dengan Benar oleh Yusuf Al-Qaradhawi