Pentakwilan Hadits Yang Tertolak
Penta'wilan Yang Ditolak Di antara penta’wilan yang tidak boleh diterima adalah penta' wilan kaum kebatinan yang tidak berdasarkan dalil, baik dari ungkapan maupun dari konteks perkataan, seperti pendapat salah seorang dari mereka tentang hadits dari Anas Ibnu Malik:
تَسَحَّرُوا
Makan sahurlah kalian
فإن في السَّحُور
karena dalam makan sahur itu
ِ بركةً” مُتّفقٌ عَلَيه.
terdapat berkah".
Bahwa yang dimaksud dengan makan sahur di sini adalah istighfar, mohon ampunan! Tidak diragukan lagi bahwa mohon ampunan di waktu sahur adalah termasuk salah satu perbuatan yang dianjurkan al-Qur'an dan as-Sunnah. Akan tetapi bahwa hal itu yang dimaksud dengan hadits di atas adalah merupakan penta' wilan yang mengada-ada dan tidak dapat kita terima. Apa lagi ada hadits-hadits lainnya yang menjelaskan maksudnya secara yakin, seperti sabda Rasulullah saw:
نِعْمَ السَّحُوْرِ
"Sebaik-baik hidangan sahur
التَّمَرُ
adalah korma".
Diri wayatkan oleh Ibau Hibban dan Abu Nu'im dalam al-Hilyah daa al-Baihaqi dalam as-Sunan dari Abu Hurairah dan disebutkan dalam Shahih al-Jami' ash-Shaghir.
Dan juga Hadits:
السُّحُورُ أَكْلَةٌ بَرَكَةٌ
Sahur adalah makanan berkah,
فَلَا تَدَعُوهُ
maka jangan kalian tinggalkan
وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ
walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air,
فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
karena Allâh k dan para malaikat bersalawat
عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
atas orang-orang yang bersahur.
Di antaranya lagi penta'wilan terhadap hadits-hadits yang menjelaskan tentang Dajjal dimana Allah memerintahkan agar kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan fitnahnya setiap kali kita shalat yang dita'wilkan bahwa Dajjal tersebut merupakan simbol kebudayaan Barat yang sekarang tengah merajalela, karena kebudayaan ini memang buta sebelah. Kebudayaan Barat memandang kehidupan dan manusia dengan sebelah mata yaitu mata materialis saja dan selain itu tidak dilihatnya. Sehingga kebudayaan ini tidak melihat memiliki ruh, bahwa alam semesta ini memiliki Tuhan dan bahwa setelah kehidupan ini ada kehidupan akhirat.
Penta'wilan ini bertentangan dengan banyak hadits yang terbukti keshahihannya bahwa Dajjal itu berujud manusia, yang bepergian ke sarm ke mari, keluar masuk, menyeru, membujuk dan mengancam. Hadits-hadits ini hampir mencapai tingkat mutawatir. Di antaranya lagi penta' wilan sebagian penulis Muslim masa kini terhadap hadits-hadits yang menerangkan bakal turunnya Isa al-Masih di akhir zaman yaitu hadits- hadits mutawatir sebagaimana yang dijelaskan oleh sekelompok pakar dan penghafal hadits' bahwa yang dimaksud adalah simbol masa dimana dunia penuh dengan perdamaian dan keamanan karena al-Masih dikenal sebagai penyeru perdamaian dan toleransi di antara umat manusia.
Penulis ini lupa bahwa penta'wilan sama sekali bertentangan dengan apa yang ditunjukkan hadits shahih tentang bakal turunnya al-Masih yang menjelaskan kebalikannya :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya
لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً،
akan segera turun kepada kalian (Nabi Isa) ibn Maryam sebagai hakim yang adil,
فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ،
dia akan menghancurkan salib,
وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ،
membunuh babi,
وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ،
menghapus jizyah
وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ،
dan harta benda akan melimpah hingga tidak ada seorang pun yang mau menerima (sedekah),
حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا.
hingga pada masa itu satu kali sujud lebih baik daripada dunia dan isinya.
Muttafaq 'alaih dari hadita Abu Hurnirah dengan redaksi yang berdekatan. Lihat Shahih al-Jami' ash-Shaghir (7077) dan al-Lu'lu' wa-l-Marjaan (56)
Baca juga: Metode Mentakwilkan Kalimat Majas Dalam Hadits
Isa al-Masih tidak menerima agama kecuali agama Islam dan ini sama sekali bertentangan dengan penta'wilan tadi di samping memberi angin kepada para misisonaris dan orientalis yang menuduh bahwa Islam adalah agama pedang dan hanya agama Kristenlah agama yang menyerukan perdamaian !
Sumber:
Buku Metode Memahami Sunnah Dengan Benar oleh Yusuf Al-Qaradhawi