Tuanku Raja Keumala, Ulama Pengarang Dan Seniman
Balai Kampung Keudah yang telah menjelma menjadi pusat kegiatan Islam, juga menyediakan ruang studi khusus bagi Tuanku Raja Keumala sendiri. Dalam ruang studi tersebut, beliau belajar memperdalam ilmu-ilmunya dan mengarang, karena nyatanya beliau adalah seorang pengarang dan seniman. Beliau sanggup mengarang dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Aceh, bahasa Melayu dan bahasa Arab.
Baca juga: Tuanku Raja Keumala Ulama Yang Pahlawan
Kitab-kitab bahasa Arab disalin ke dalam bahasa Melayu, sementara sejumlah syair (nadlam) dalam bahasa Arab disyairkan ke dalam bahasa Aceh, bahkan Tuanku Raja Keumala sanggup mengarang syair dalam bahasa Arab. Di antara karangan/terjemahan beliau, yaitu:
Tugasnya telah selesai
Sekalipun usianya tidak begitu lanjut, namun pengalaman hidupnya cukup banyak dan getir, demikian pula amal baktinya kepada Agama dan Negara. Tuanku Raja Keumala telah meninggal pada tanggal 31 Oktober 1930 (9 Jumadil Akhir 1349 Hijriah), maka tinggallah di dunia ini sejarah hidup beliau yang kaya dengan ilmu pengetahuan, penderitaan, percobaan, pengalaman, ketekunan belajar, ibadah, jihad, amal bakti dan cita-cita perjuangan.
Mungkin hanya itulah harta yang paling berharga yang dipusakai kepada dua istri, delapan orang anak, bahkan kepada seluruh rakyat Aceh yang sangat dicintainya.
Dua orang istri yang almarhum tinggalkan, yaitu Teungku Raden Mas atau Teungku Puwan Safiah (putri pamannya, Tuanku Mahmud Bangta Keucek), dan yang kedua Teungku Hajjah Maimunah (putri gurunya. Syekh Abdullah bin Ibrahim yang lebih dikenal dengan akrab Teungku Cik Di Reubei). Adapun putra dan putrinya yang diwariskan kepada masyarakat Aceh, yaitu:
Bersambung >>>>>>
Sumber:
Dikutip dari Buku Ulama Aceh (Mujahid Pejuang Kemerdekaan Dan Tamadun Bangsa) yang di susun oleh A.Hasjmy
Kitab-kitab bahasa Arab disalin ke dalam bahasa Melayu, sementara sejumlah syair (nadlam) dalam bahasa Arab disyairkan ke dalam bahasa Aceh, bahkan Tuanku Raja Keumala sanggup mengarang syair dalam bahasa Arab. Di antara karangan/terjemahan beliau, yaitu:
- Nadlam Abda-u (dalam bahasa Aceh), tentang ilmu tauhid, terjemahan dari kitab berbahasa Arab yang berjudul: Aqidatul Awam, karangan Syekh Ahmad Marzuki.
- Nadlam limu Tauhid (dalam bahasa Arab), kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Aceh juga dengan nadlam/syair, dan selesai dikarang pada tanggal 26 Safar 1332 Hijriah (23 Januari 1914).
- Nadlam Isra dan Mikraj.
- Nadlam Manaaqib Rasulullah (dalam bahasa Arab), kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Aceh dengan nadlam juga.
- Nadlam Masaail (dalam bahasa Aceh), yaitu terjemahan dari bahasa Arab yang berjudul: Risalat Qathrul Ghaist, karangan Syekh Nawawi al-Jawi. Mulai diterjemahkan pada tanggal 20 Ramadan 1337 Hijriah (19 Juni 1919) dan selesai pada malam Jumat tanggal 6 Syawal 1337 Hijriah (4 Juli 1919); tebalnya 50 halaman, dengan banyak 950 bait.
- Hikayat Intan Jauhari, dalam bentuk nadlam bahasa Aceh, tentang dasar-dasar Agama Islam berdasarkan Hadis Qudsi. Hikayat ini tebalnya 31 halaman dengan jumlah baitnya 589. Dikarang pada awal Syawal 1337 Hijriah (Juli 1919) dan selesai 20 Syawal 1337 Hijriah (18 Juli 1919). kurang dari satu bulan.
- Nadlam Nasehat-Wasiat tentang ilmu tasawuf, tetapi tidak selesai, karena Allah telah memanggil beliau pulang ke rahmatullah.
- Selain yang tersebut di atas, masih banyak nadlam yang pendek-pendek, yang kebanyakannya berisi doa, munajat dan sebagainya.
- Tufhatussafar ila Hadratilbar, sebuah kitab tentang Islam dalam bahasa Arab yang baik, terdiri dari sepuluh bab.
Tugasnya telah selesai
Sekalipun usianya tidak begitu lanjut, namun pengalaman hidupnya cukup banyak dan getir, demikian pula amal baktinya kepada Agama dan Negara. Tuanku Raja Keumala telah meninggal pada tanggal 31 Oktober 1930 (9 Jumadil Akhir 1349 Hijriah), maka tinggallah di dunia ini sejarah hidup beliau yang kaya dengan ilmu pengetahuan, penderitaan, percobaan, pengalaman, ketekunan belajar, ibadah, jihad, amal bakti dan cita-cita perjuangan.
Mungkin hanya itulah harta yang paling berharga yang dipusakai kepada dua istri, delapan orang anak, bahkan kepada seluruh rakyat Aceh yang sangat dicintainya.
Dua orang istri yang almarhum tinggalkan, yaitu Teungku Raden Mas atau Teungku Puwan Safiah (putri pamannya, Tuanku Mahmud Bangta Keucek), dan yang kedua Teungku Hajjah Maimunah (putri gurunya. Syekh Abdullah bin Ibrahim yang lebih dikenal dengan akrab Teungku Cik Di Reubei). Adapun putra dan putrinya yang diwariskan kepada masyarakat Aceh, yaitu:
- Teungku Fatimah Raden Putri, dari istri pertama, lahir tanggal 28 Oktober 1910 (8 Syawal 1328 Hijriah), bersuamikan Teuku Muhammad Ali Panglima Polem (putra sulung Teuku Panglima Polem Muhammad Daud).
- Tuanku Mahmud, dari istri pertama, lahir pada tanggal 11 November 1912 (2 Zulhijjah 1330 Hijriah), pensiunan Kepala Studio RRI Banda Aceh.
- Tuanku Hasyim, S.H., dari istri kedua, lahir 1 April 1916 (27 Jumadil Awal 1334 Hijriah), lulusan Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatra Utara dan Universitas Sumatra Utara (Negeri). Dalam tahun 1969, oleh sebuah organisasi di Amerika dipilih 135 orang sarjana hukum dari seluruh dunia, lewat komputer. Tuanku Hasyim, S.H., termasuk di antara 135 orang sarjana hukum dari berbagai negara, sehingga namanya dicatat dalam daftar lembaga persatuan hukum dunia, World Peace Through Law Center, yang berpusat di Geneva, dan namanya dicantumkan dalam buku petunjuk para sarjana dunia, The First Comprehensive Computrized World Directory of the Legal Profession, the 1969 World Law Directory. Di antara delapan putra-putrinya, kelihatannya hanya Tuanku Hasyim yang banyak mewarisi "jalan hidup" ayahnya, Tuanku Raja Keumala. Tuanku Hasyim, sebelum belajar di Fakultas Hukum, terlebih dahulu belajar pada pusat-pusat pendidikan Islam yang bernama dayah, seperti di Dayah Lambhuk dan Dayah Krungkale. Beliau juga dapat disebut seorang ulama. Sejak muda Tuanku Hasyim telah menceburkan diri dalam organisasi perjuangan pemuda. Selama tahun-tahun revolusi fisik, Tuanku Hasyim, Sekretaris Umum dari Ikatan Pemuda Indonesia (IPI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan PESINDO (Pemuda Sosialis Indonesia), yang mempunyai angkatan perjuangan yang bernama Divisi Rencong (perlu dijelaskan bahwa PESINDO Aceh memisahkan diri dari PESINDO Pusat dan berdiri sendiri). Jadi A.Hasjmy kenal betul Tuanku Hasyim, karena A.Hasjmy menjadi ketua umum dari organisasi-organisasi pemuda tersebut.
- Tuanku Ahmad, dari istri pertama, lahir 12 Juni 1916 (11 Syakban 1334 Hijriah). pensiunan pegawai negeri.
- Tuanku Ibrahim, dari istri kedua, lahir tanggal 28 Oktober 1919 (4 Safar 1338 Hijriah), pensiunan pegawai negeri/Radio Republik Indonesia.
- Tuanku Muhammad, dari istri pertama, lahir pada tanggal 12 September 1919 (17 Zulhijah 1337 Hijriah).
- Tuanku Abdullah, dari istri kedua, lahir 28 November 1923 (19 Rabiul Akhir 1342 Hijriah).
- Tuanku Abdul Jalil, dari istri pertama, lahir pada awal tahun 1930, berpendidikan sekolah menengah atas, menguasai bahasa Inggris dan Belanda, ahli sejarah, pegawai pada Kantor Gubernur Daerah Istimewa Aceh pada saat itu.
Bersambung >>>>>>
Sumber:
Dikutip dari Buku Ulama Aceh (Mujahid Pejuang Kemerdekaan Dan Tamadun Bangsa) yang di susun oleh A.Hasjmy