Ulama Itu Laksana Lilin
Ulama itu Laksana lilin. Itulah ibarat yang sangat pantas dialamatkan kepada salah seorang Ulama Aceh dan pejuang kemerdekaan yaitu Teungku Amir Husin Al Mujahid. Beliau termasuk dalam kelompok para pemimpin yang sangat tidak menghiraukan kepentingan diri dan keluarganya, karena kepentingan umum telah menguasai seluruh jalan hidupnya.
Baca juga: Biografi Ulama Aceh, Tengku Hasbi Ash-Shiddiqie
Tetapi, kesempatan-kesempatan yang demikian selalu dialihkan kepada kepentingan umum atau kepada ribuan teman-temannya yang melarat. Kehidupan Amir Husin Al Mujahid adalah "laksana lilin" yang membakar dirinya untuk memberi penerangan kepada dunia sekelilingnya.
Para pemimpin yang hidup "laksana lilin", apabila dia meninggal dunia, jangan ditanya: berapa ratus juta harta kekayaan yang ditinggalkan, berapa ratus rumah gedung yang dipusakainya, berapa puluh perusahaan yang diwasiatkan kepada ahli familinya. Kalau harus ditanya juga, jawabannya: "TIDAK ADA!" Demikianlah halnya dengan Teungku Amir Husin Al Mujahid.
Pada waktu almarhum kembali ke hadirat Tuhannya, dia hanya meninggalkan di dunia ini dua orang istri, yang masing-masing bernama Siti Aisyah dan Hajjah Teungku Mariany. Dari dua orang istri ini, Al Mujahid dikaruniai 16 putra dan putri; pada waktu beliau meninggal, para putra dan putrinya telah mempunyai anak sebanyak 30 orang. Itu artinya bahwa beliau telah dikaruniai Allah cucu sebanyak 30 orang itu. Inilah kekayaan yang amat berharga yang beliau wariskan kepada Bangsa dan Tanah Airnya.
Kalau mau, sebenarnya Al Mujahid telah seringkali mendapat kesempatan untuk membuat diri dan keluarganya sedikit kaya, bahkan kaya benar sekalipun.
Tetapi, kesempatan-kesempatan yang demikian selalu dialihkan kepada kepentingan umum atau kepada ribuan teman-temannya yang melarat. Kehidupan Amir Husin Al Mujahid adalah "laksana lilin" yang membakar dirinya untuk memberi penerangan kepada dunia sekelilingnya.
Apabila tubuhnya telah habis terbakar, habislah segala-galanya, hanya manfaatnya telah diterima orang lain, telah dipergunakan untuk memberi cahaya kepada manusia, yang kadang kadang pada satu saat sebagian dari manusia itu lupa pula akan cahaya yang pernah menerangi jalan hidupnya.
Para pemimpin yang hidup "laksana lilin", apabila dia meninggal dunia, jangan ditanya: berapa ratus juta harta kekayaan yang ditinggalkan, berapa ratus rumah gedung yang dipusakainya, berapa puluh perusahaan yang diwasiatkan kepada ahli familinya. Kalau harus ditanya juga, jawabannya: "TIDAK ADA!" Demikianlah halnya dengan Teungku Amir Husin Al Mujahid.
Pada waktu almarhum kembali ke hadirat Tuhannya, dia hanya meninggalkan di dunia ini dua orang istri, yang masing-masing bernama Siti Aisyah dan Hajjah Teungku Mariany. Dari dua orang istri ini, Al Mujahid dikaruniai 16 putra dan putri; pada waktu beliau meninggal, para putra dan putrinya telah mempunyai anak sebanyak 30 orang. Itu artinya bahwa beliau telah dikaruniai Allah cucu sebanyak 30 orang itu. Inilah kekayaan yang amat berharga yang beliau wariskan kepada Bangsa dan Tanah Airnya.
Sumber:
Buku Ulama Aceh (Mujahid Pejuang Kemerdekaan Dan Tamadun Bangsa) oleh A.Hasjmy