Abu Bakar Ash-Shiddiq, Shahabat Setia Mendampingi Nabi
PADA masa jahiliyah dia bergelar Al-Athiq (pembebas budak). Di zaman Islam ia bergelar Ash-Shiddiq ( Yang senantiasa membenarkan ). Selalu hadir dalam menyelesaikan hutang-hutang, dan selalu absen dalam pembagian rampasan perang. Dia demikian cinta pada pembawa panji dakwah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Sehingga dia harus berbagi rasa dalam takut, ujian, dan kesulitan. Berbagi duka, kesedihan dan gulana Perjalanan hidupnya penuh pesona yang sulit dicari tandingnya. Karakteristiknya adalah mahkota-mahkota yang tak menerima selain dirinya Dunia terasa sempit buatnya, maka dia masuk sebuah gua bersama sahabatnya. Allah berfirman, " Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu. " ( Al-Kahfi : 16 ).
la khawatir kalajengking akan menyengat sahabatnya. maka dia menutup lubang dengan jemarinya. Dia disengat namun dia tidak mengerang Berkatalah sahabatnya, " Mengeluhlah ! " Dia mengkhawatirkan Sang Terpilih saat berada di dalam gua, Khawatir akan kejahatan orang-orang kafir. Maka dia pun berteriak karena hebatnya cobaan, " Aku jadi tumbalmu !! " Maka dia pun diseru, " Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. " ( At-Taubah : 40 ).
Dia laksana Ibrahim Al Khalil. Dia mentauhidkan Sang Maha Rahman, meluluh lantakkan berhala berhala Menghormati kedua tamu. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kalian dustakan ?
Di seluruh negeri demikian wangi namanya
Mata-mata di rumah-rumah terangkan menatap sinarmu.
Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam pertama dalam hijrah dan jihad. Dia demikian terburu-buru menemui Allah. Dengan syariah-Nya dia selalu bicara.
Dalam ungkapannya selalu benar. Dalam perjalanan hidupnya dia telah melalui tingkat demi tingkat Dia nikahkan anaknya, Aisyah Radhiyallahu Anha dengan Sang Imam. Dia membeli sang Muadzdzin, Bilal, Dia membangun masjid. Dia pun mendapatkan piala, " Dan kelak dia benar-benar akan memperoleh kepuasan. " ( Al-Lail : 21 ). "
Apakah khalifah Sang Maha Rahman di masamu mengatakan nya
Selainmu, wahai sang shiddiq tak memperolehnya.
Bersama Ash-Shiddiq ada kantung kulit yang dengannya dia memberi minum sahabatnya, ada pedang yang dengannya dia melindunginya, ada lidah yang dengannya dia mengajak manusia kepadanya. Ada hati yang mencinta, ada mata yang mengucurkan air mata saat mendengar ucapannya. Dan telapak tangan yang menyuguhkan makanan pada tamu-tamunya !! "
Dia menjanjikan pada citaku satu sosok
Namun dia adalah manusia seluruhnya
Dia adalah rumah tapi laksana dunia
Dia adalah hari namun tahun seluruhnya.
Dikatakan kepada Abu Bakar, " Sahabatmu diangkat sebagai Nabi ! " Maka dia berkata, " Dia benar !! "
Dikatakan kepada Abu Bakar, " Jibril turun padanya ! " Dia berkata, " Dia benar !! " Dikatakan kepada Abu Bakar, " Kami diberi kabar bahwa dia dilsra'lan ! " Dia berkata, " Dia benar !! " Dikatakan kepada Abu Bakar, " Dikatakan bahwa dia dimi'rajkan semalam !! " Dia berkata, " Dia benar !!!
Karena itu, dikatakan padanya, " Kau adalah Ash-Shiddiq ( orang yang selalu membenarkan Nabi ) baik saat hidup dan mati. " Sebuah gelar abadi, hanya milik dia sendiri, sangat dikenal, baik oleh individu atau banyak kalangan
Abu Bakar dan minyak misk yang indah penuh pesona
Namamu telah menyebar ke lembah-lembab dan kota
Pemimpin seakan mentari mendengarkan kemuliaannya
Bintang gemini merunduk dan rembukan mengiringnya
Tatkala melihat dia meminjam pakaiannya
Dia memakai selendang dengan kantong lebar dan bersarung
Dia melebihi semua orang yang memiliki keutamaan
Jalan hidupnya menghiasi Rabi'ah dan Mudhar.
Aku beriman kepada Allah yang telah menjadikan Abu Bakar Ash Shiddiq dalarn keimanan sebagai tanda kebesaran bagi orang-orang yang bertanya. Jika datang waktu shalat, maka dia akan senantiasa berada di baris terdepan dari kalangan orang-orang yang khusyu ' Jika dia sedang membaca Al-Qur'an, maka tangis akan menguasai dirinya. Kedua matanya menjadi putih karena sedih dan karena rasa takut pada Tuhan semesta alam. Jika perang berkobar, dia akan menyorongkan ruhnya untuk kematian, dan dia akan kedepankan kepalanya pada pedang-pedang di medan perang.
Dia tidak merasa cukup jika namanya hanya dipanggil dari satu pintu. Dia ingin dirinya dipanggil dari delapan pintu. Dia tidak merasa cukup memeluk Islam hanya dengan sembunyi-sembunyi di Makkah. namun dia menyatakannya secara terang-terangan. Bersama sahabatnya dia masuk ke dalam gua, dia keluar bersamanya untuk melakukan hijrah. Dia bermalam bersamanya pada Perang Badar, dia setia menemaninya pada Perang Hunain tatkala yang lain meninggalkannya, dia melakukan perjalanan bersamanya ke Tabuk. Dia menunaikan ibadah haji. Dia mewakilinya untuk menjadi imam dan dia menjadi khalifah setelah meninggalnya Tatkala sahabatnya meninggal, dengan sangat cepat air matanya mengalir deras dan terasa panas.
Dia mengembalikan orang yang diusir, dia bangkitkan orang yang duduk, dan dia masukkan dengan pedang " Katakan ( wahai Muhammad ) bahwa Allah itu Esa. " ke dalam hati orang-orang yang melanggar.
Para pembangkang itu berkata, " Kami tidak akan lagi membayar zakat ! " Maka dia pun bersumpah, " Demi Allah andaikata mereka melarangku untuk mengambil ikat kepala, maka aku ambil dari mereka. " Dia pun menghunus pedangnya dengan benar, dan dia lemparkan di punggung punggung pembangkang itu dengan sangat cekatan.
Musailamah Al Kadzdzab murtad Maka berkata Ash-Shiddiq. " Walau lalat kotor, akan datang padamu jawaban. " Maka dia segera memakaikan serban pada Khalid bin Al-Walid dan dia berkata padanya, " Mari kita berangkat ke Yamamah. " Maka bergeraklah Sang Pedang Allah Khalid bin Al-Walid. Dia menyerang orang orang murtad pada saat mereka berada dalam keadaan tak sadar. Dia menghancurkan tengkorak-tengkorak dan dia hinakan kebatilan : "
Khalifah Allah, semoga Dia membalas usahamu
Wahai pangkal agama, akhlak dan nilai-nilai
Wahai Abu Bakar, alangkah lurusnya engkau. Dia lelaki yang keras memegang prinsip, dia pahlawan kala terjadi tindakan kemurtadan. Dia adalah singa yang memimpin, dia adalah pengusir rubah
Kau dapatkan pahala dan cinta yang menghadiahkan padamu
Selainmu berkisar kisar di tanah rendah yang lemah.
Abu Bakar ada pada tiga malam tiga hari dan tiga saat Malam ketika berada bersama Rasulullah dalam gua, malam perang Badar dan malam Dar ( lailatu ad-Daar ),
Wahai malam gua tidakkah kau kembali tuk kedua kaliya
Hujan yang tiada henti senantiasa menyiram zamanmu.
Abu Bakar ada pada tiga hari : Hari ketika ia mendeklarasikan keislamannya hari saat dia melakukan perjalanan bersama sahabatnya, sesekali berjalan di depan dan sesekali di belakangnya, dan hari di mana dia mempersiapkan pasukan Usamah. Abu Bakar ada saat mendengarkan surat Iqra ' ( Al-Alaq ), saat dia membenarkan Sang Makshum setelah diisra'kan, dan saat Sang Habib Muhammad meninggal dan suasana menjadi gelap. "
Tiga hal dalam dirimu andai kau bagi untuk sebuah bangsa
Pasti satu di antara mereka menjadi pimpinan bangsa
Kekokohanmu dan pedang-pedang membelahkan
Pengorbananmu dan zaman adalah zaman ketiadaan
Kebenaran dalam dirimu berkilau andai ditampakkan
Pastilah rembulan berkata kau telah lenyapkan aku.
Abu Bakar menyatakan kemerdekaannya, sebab dialah yang pertama kali menerima budak, dan yang pertama kali memberangkatkan budak. Dia menerima Bilal pada saat-saat dia menerima ujian berat saat kaum Quraisy sedang berkuasa, sedang menunggangi kepemimpinan, sedang marak-maraknya memperbudak manusia.
Dia juga yang memberangkatkan Usamah -yang juga berkulit hitam- kala menunggangi kudanya dengan pasukan perangnya. Ash-Shiddiq menginjakkan kakinya yang putih ke tanah agar dia bisa mengatakan pada manusia, " Tidak ada perbedaan warna, keturunan dan gelar di mataku. Yang ada hanyalah pembawa misi, benarnya keyakinan, kebersihan nurani, dan tingginnya tekad dan semangat. " Dia bersama dengan sahabat karib dan kekasihnya, bersama imam dan teladannya, selalu berada di belakangnya saat shalat ditunaikan, Kala perang dia berada di depannya, saat ada tuntutan dia senantiasa bersamanya dan masa-masa pentingnya dia senantiasa berada di sisinya.
Abu Bakar adalah hati yang agung, raga yang kurus yang remaja keinginannya, yang tua pengalamannya. Dia hidupkan hatinya dengan keimanan, sehingga hatinya tidak pernah mati untuk selamanya. Dia matikan nafsunya dari syahwat-syahwat sehingga nafsunya tidak pemah hidup untuk selamanya. Manusia bergolak kala Rasulullah meninggal dunia. Namun Abu Bakar demikian terangnya. Mereka bimbang, maka dia pun angkat bicara. Dia ingin mengabarkan pada mereka tentang apa yang sedang menimpa.
Dia adalah lelaki yang kurus, perasa dan mulia, Kurus karena dia tidak pernah makan banyak di tempat makan orang-orang yang lalai, sementara sebagian rakyat berada di tengah-tengah kelompok orang yang lapar. Perasa, dia nangis saat mendengar Al-Qur'an.
Dia mulia, jiwanya jauh meninggi meninggalkan syahwat, hatinya terlalu agung untuk bisa disentuh syahwat. Tangannya terlalu bersih untuk disentuh kata ini dan itu. Dia memiliki kucuran air yang mengalir dari mata air tauhid, yang dipetik dari wewangian hijrah, yang dimatangkan oleh mentari jihad. Akidahnya dinyalakan dari pohon penuh berkah yang tidak condong ke barat dan tidak pula ke timur. Akidahnya adalah rabbaniyah, sunniyah, salafiyah. Cahaya di atas cahaya.
Dia datang dengannya di malam nan indah
Dengan senyuman merekah laksana bintang man indah.
Kepalanya memutih termakan hari-hari berikut : Saat dia melihat imam dan suri teladannya disiksa ketika sedang bertawaf, saat dia melihat pedang pedang berseliweran mengepung qua, dan saat dia melihat Sang Habib mengucapkan selamat tinggal pada dunia. Akad jual belinya mendatangkan untung besar, timbangannya menjadi berat, pemberiannya demikian wangi semerbak.
Dia berbicara dengan menggunakan sunnah yang mulia. Maka dia pun bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah. Pemerintahannya telah membungkam mulut mulut para pembangkan saat pembangkang mengatakan, " Tidak ada tuhan !! Dia kirimkan bendera putihnya pada Al-' Ansi Al Aswad, sehingga dia hapuskan tanda malam dan dia jadikan tanda siang itu terang. Dia kirimkan Thalhah pada Thulaihah. Maka dia kerdilkan namanya, dia hapus bentuknya dan tidak ada nama yang mengalahkan nama Allah Orang-orang murtad itu mengumpulkan untuknya kuda-kuda yang membawa kebaikan, maka mereka dihancurkan dengan pedang-pedang pencabut nyawa. Mereka tak mau membayar zakat harta, maka dia mengambil zakat laki-laki.
Mereka lari memutus tali-tali, maka dia menyeretnya dengan serban-serban dalam keadaan terikat. Sang Guru meninggal pada hari Senin, sang murid juga meninggal pada hari Senin karena, " Sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata pada temannya, " Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. " ( At cita tak lagi ada, Taubah : 40 ). Ini semua akan berakhir di alam abadi, dimana semua duka " Dan mereka berkata, " Segala puji bagi Allah yang telah menghilang kan duka cita dari kami. ( Fathir : 34 )
" Semua perjalanan indah itu sesuai karena
Tuhan menghendaki dan Allah tambahkan atasnya.
Sumber:
Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni