Bersabarlah dengan Sabar yang Baik
SABAR adalah benteng kokoh, yang tidak mudah diserbu pasukan, dan tidak mudah dimasuki musuh. Sabar adalah semangat menghancurkan keputusasaan, melawan kegagalan, dan menjungkalkan kepelikan urusan. Sabar adalah memegang bara, menutupi luka, menyembunyikan musibah, meredam hawa nafsu.
Sabar adalah bekal yang tidak akan pernah habis, pembantu yang tidak pernah mengeluh, dan sahabat yang tak akan pemah jemu. Tidaklah kemanjaan tabiat bisa ditaklukkan kecuali dengan kesabaran, dan tidaklah luka jiwa bisa disembuhkan kecuali lewat kesabaran. Sesungguhnya kesabaran adalah pelipur kesedihan, penyejuk lara, ruh bagi yang keletihan, hiburan bagi yang dilanda musibah.
Baca juga: Kezuhudan Para Ahli Hadits
Jika ada sabar bersamamu, maka tidaklah berarti bagimu jumlah dan logistik musuh. Tidak pula api dan senjatanya. Dengan sabar, masalah besar akan teratasi sambil tertawa, dan pertarungan besar akan dimenangkan dengan senyuman.
Musuhku mengingkari dan dia tak tahu
Diriku lebih terhormat dan peristiwa zaman melemah
Musuhku melihatku bagaimana dia bodohnya
Dan kuperlihatkan kesaharan bagaimana adanya.
Baca juga: Mulianya Shahabat Nabi
Barangsiapa yang hatinya digempur krisis, maka obatnya adalah sabar. Barangsiapa yang perih akibat bencana, obatnya adalah sabar. Ujian datang bergelombang-gelombang, bersusun-susun dan bergerak kencang, sabar yang akan menghapuskannya. Para pendengki, para pencaci berkomplot mengepung orangyang kena musibah, kesabaranlah yang akan menelan semua yang mereka lakukan.
Saat tak ada lagi karib yang menghibur, kala tak ada lagi teman yang menemani, tidak juga sahabat yang simpati, maka kesabaran menggantikan posisi semuanya. Kesabaran mampu berbicara atas nama semua. Kesabaran mampu memenuhi kewajiban sahabat dan kekerabatan. Kesabaran yang indah tidak ada keluh kesah di dalamnya. Pengingkaran tidak menyobek-nyobek wajah indahnya. Mahkotanya tak retak karena adanya kebencian.
Kesabaran yang indah siap menerima semua qadha' (ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala). Kesabaran dengan tenang akan menerima semua akibat. Kesabaran akan selalu siap menyambut jalan keluar dan siap menanti pahala. Mungkin saja ada kesabaran, namun dia bukan yang baik, sehingga pemiliknya tidak mampu menyembunyikan keluhan-keluhan, tidak pula kuat merahasiakan pembicaraan, dan tidak mampu meredam kecaman.
Kesabaran yang tidak baik hanyalah sebuah kepura-puraan. Yaitu, kesabaran yang dibarengi dengan erangan, ketangguhan yang disertai kepura-puraan, dan tidak ada keindahan di dalamnya. Sabar yang baik adalah kemampuan memanggul musibah dengan diam, menerima sergapan masalah dengan tenang, menerima hantaman dengan ridha.
Para pencaci tak mendapatkan penunjuk jalan untuk menaklukkan orang yang terkena musibah karena kesabarannya. Para pendengki tidak melihat dampak negatif akibat ujian yang menimpa orang-orang sabar ketika mendapat bencana, sehingga mereka tidak bisa menari kegirangan.
Di antara yang mampu membangun kesabaran yang baik adalah keyakinan bahwa usaha apa pun tidak mungkin dapat membendung takdir, dan kebaikan akibat adalah bagi seseorang yang menaruh harap pahala dan bersabar. Juga dengan cara melihat yang tersisa pada jiwa, anak, kedua orangtua dan harta. Dengan melihat kemah-kemah mereka yang mendapat. bencana, atau menyaksikan lembah-lembah orang-orang yang ditimpa musibah. Sebab di setiap lembah ada Bani Said (kiasan untuk orang-orang malang). Tak ada satu perkarapun lepas dari musibah. Pada setiap kegembiraan akan ada kesedihan, dan dalam setiap keriangan ada pelajaran. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Dan sesungguhnya Kami telah membinasakah negeri-negeri di sekitarmu, (AR-Akqai: 27)
Barangsiapa yang melihat daftar khalifah sejak awalnya, maka pasti dia akan melihat bencana datang berturut-turut, musibah-musibah datang bertubi-tubi. Ada yang dibunuh, ada yang ditipu, ada yang diturunkan. Antara yang berteriak ada pula yang mengerang, adayang binasa, ada pula yang tenggelam, terbakar dan dipencilkan. Negeri-negeri bubar, raja-raja dihinakan, istana-istana runtuh, tentara-tentara dihancurkan, zaman- zaman lewat, kebun-kebun layu, rumah-rumah menjadi kosong dan darah hilang sirna. Firman-Nya, "Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar." (Maryam: 98).
Seorang menteri yang terkenal, berbahaya dan memiliki kebesaran dia dipecat, kemudian diasingkan, diadili kemudian dipenjarakan setelah itu diputuskan untuk dibunuh. Saat orang-orang membawanya pergi ke tempat pemancungan, dia malah tersenyumdan menyenandungkansebuah syair:
Barangsiapa yang menanyakan tentangnya dengan cacian
Dan barangsiapu yang mencacikiu dan tidak menanyakanku
Ujian telah menampakkan diriku sebagai anak merdeka
Sabar atas hura hara semua guncangan.
Baca juga: Sejarah Perkembangan Hukum Islam
Kedudukan sabar dalam iman sama dengan posisi kepala bagi jasad. Maka, barangsiapa yang tidak ada kepalanya sama halnya dia tidak memiliki jasad. Barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran, maka sama artinya dia tidakmemiliki keimanan.
Penyair di bawah ini dikejutkan oleh kematian tujuh anaknya dalam waktu bersamaan. Lalu dia menikamkan benda tajam dengan tusukan yang lebar. Namun kembali dia memperbaiki diri dengan bersabar dan melangkah pada kebenaran. Kemudian dia bersenandung kecil:
Sikap kokohku bagi para pencaci itu agar kuperlihatkan
Bahwa aku tak pernah gentar dengan kebimbangan zaman.
Ini adalah sebuah sikap kokoh, keteguhan hati, sikap tabah, penentangan dan ketegaran di depan manusia-manusia kejam. Penampakan sikap indah dan kegembiraan dengan semua yang ditakdirkan, ridha dengan qadha', menyerah pada Yang Maha Agung dan Bijaksana.
Ketaatan pasti membutuhkan pada kesabaran agar dia menjadi sempuma dan berada pada puncak kebaikan. Dengan kesabaran, ketaatan akan bisa dilakukan dengan ikhlas dalam skala besar. Akan tampak kebenarannya. Tanpa adanya kesabaran, maka ketaatan menjadi laksana jasad tanpa ruh, gambar tanpa kandungan apa-apa, dan lafazh-lafazh tak bermakna. Maksiat tidak bisa dilawan dan dibendung kecuali dengan kesabaran, agar dia tidak melemahkan jiwa, mematikan hati dan menjatuhkan dalam musibah.
Dengan kesabaran, maksiat tidak akan menemukan jalan masuk ke dalam hati Talk akan ada petunjuk untuk menjadikan karakter menjadi lemah. Balikam maksiat itu akan kembali ke tempat dia datang semula Akan hancurlah setan yang menggodanya. Iblis yang bandel akan babak belur. Sebaliknya, dengan ketidakadaan sabar, maka jiwa akan senantiasa di lubang kesalahan, ruh akan belepotan dengan noda-noda dosa. Sebab jwa telah dihancurkan dalam peperangan, dan dia ditawan di medan laga.
Musibah itu tidak bisa dihadapi kecuali dengan kesabaran agar pijakan menjadi ringan. dan bencana menjadi terasa ringan. Jika kesabaran tidak ada, maka satu musibah akan berubah menjadi dua, satu bencana akan berlipat menjadi dua. Jika sabar tak ada, maka jiwa akan berguncang sekeras-kerasrıya dan pemberi ingat akan berteriak apa yang pelia Jika sabar telah tercapai, maka pahala akan digapai, sebutan akan cemeriang, dan dada akan lapang. Tatkala kesabaran bersama dengan musibah, maka kerugian akan mengubah menjadi keuntungan, hutang- hutang menjadi harta rampasan, kesedihan berubah menjadi kegembiraan.
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan tanpa kesabaran, maka sesungguhnya dia telah menginginkan kehidupan di luar tabiat. Dia telah melihat kehidupan bukan dalan gambar sebenamya. Dia berada di bawah khayal dan dia berada di bawah misal-misal. Dia lari dari bangun menuju tidur, dan realitas menuju mimpi-mimpi. Barangsiapa yang memiliki kesabaran, maka tinggalkan semua omongan manusia karena kemenangan telah tiba. Sebab kemenangan itu senantiasa akan bersama dengan kesabaran. Jalan keluar telah dekat, sebab jalan keluar itu selalu berbarengan dengan kesulitan. Kemudian telah demikian dekat, sebab bersama kesulitan akan selalu ada kemudahan.
Dalam Al-Qur'an sabar disebutkan dalam beberapa bentuk. Kadang dalam bentuk perintah dan pujian atasnya, pujian atas orang-orang sabar, penyebutkan pahala mereka di sisi Tuhan. Menyanjung pekerjaan baik mereka, penyebutan salam para malaikat atas mereka, shalawat dan rahmat Allah atas mereka, pemaparan sifat-sifat mereka. Mereka adalah orang-orang yang memiliki nasib yang agung, mereka adalah orang-orang yang mendapat hidayah. Pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang utama. Maka selamat atas mereka.
Orang yang sabar, dengan kesabarannya hidup dalam kenikmatan (na 'im) dan orang yang tidak sabar, akan hidup laksana di neraka (Jahim). Penjara bagi orang sabar adalah tameng, bencananya adalah karunia, ujiannya adalah anugrah, kefakiran adalah kekayaan, dan sakitnya adalah Adam sabar meninggalkan negeri pertamanya di surga. Nuh sabar saat harus kehilangan anaknya saat banjir topan. Ibrahim sabar saat diperintahkan untuk menyembelih anak kesayangannya. Ya qub bersabar saat berpisah dengan Yusuf. Musa sabar atas semua kezhaliman Fir'aun. Dawud sabar atas pahitnya penyesalan. Sulaiman sabar atas fitnah dunia. Isa sabar atas perihnya kefakiran. Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau sabar atas semua yang disebutkan, Beliau telah mengalaminya seluruhnya. Telah merasakan dan mencapai semuanya.
Beliau sabar saat harus meninggalkan negerinya, meninggalkan kenikmatan masa kanak-kanak dan kenikmatan masa remaja. Beliau tinggalkan keluarga dan kerabat, rumah dan harta benda. Beliau sabar ketika kehilangan putera-puterinya. Maka, mengalirlah ruh mereka di depannya. Jiwa mereka gemeretakan di depan para pemandangnya. Beliau sabar atas pahitnya derita, Beliau disakiti dalam manhaj dan negeri, dalam nama dan moral, dalam risalah dan istri.
Beliau sabar atas celaan musuh, pengingkaran teman, kedurhakaan sahabat, kebencian para penghasut, dendam orang-orang yang iri, konspirasi para musuh, komplotan pasukan, ocehan para pelaku kebatilan, sedikitnya penolong. Beliau sabar atas sempitnya hidup, keringnya kefakiran, pedihnya kebutuhan, sedikitnya orang berpenganuh, pacekliknya nafkah, sulitnya kehidupan, perihnya rasa lapar dan getirnya kemiskinan.
Beliau sabar atas menangnya musuh, terbunuhnya kerabat, ditawannya kekasih, diusirmya para sahabat, disiksanya para pengikut, dan luka di badan. Beliau sabar atas ancaman dan teror, guncangan serbuan licik, dan gonjang-ganjing perang. Beliau sabar atas kesombongan orang-orang kaya, tingkah polah para pembesar, buruk akhlak para provokator, moral bejad orang-orang Badui, sombongnya orang-orang bodoh dan hinanya sopan santun manusia-manusia kasar.
Beliau sabar atas pengkhiatan orang-orang Yahudi, konspirasi orang-orang munafik, pertarungan dengan orang-orang musyrik dan lambatnya respon orang-orang yang diajak ke dalam Islam. Beliau sabar atas gembiranya penaklukan, kegembiraan kemenang an, melimpahnya dunia, takluknya para raja, menyerahnya para penguasa zhalim dan masuknya manusia ke dalam agama Allah secara berbondong- bondong. Beliau sabar saat melihat harta simpanan dikeluarkan dari lumbung- lumbung manusia dan beliau tidak mengambil walau sedirham.
Beliau sabar tatkala menyaksikan tumbukan emas dan perak dibagi di tengah manusia dan beliau tidak mengambil walau satu qithmir. Beliau sabar saat mengiring rombongan onta dan sapi serta kambing yang bagaikan anak bukit. Lalu beliau distribusikan untuk mereka yang baru masuk Islam saat Kota Makkah ditaklukkan. Beliau tidak mengambil satu pun dari onta, sapi atau domba tersebut.
Beliau sabar untuk senantiasa diam di rumah yang terbuat dari tanah, hanya dengan makan gandum, tidur di atas tikar, menunggang keledai dan memakai kain wol keras. Ayahnya meninggal dan beliau belum sempat melihatnya. Ibundanya meninggal saat masa menyusunya belum sempurna. Kakeknya meninggalkan dunia saat beliau belum tuntas dalam didikannya. Pamannya pergi saat perjuangan sedang bergejolak. Khadijah meninggalkan beliau di Hari Kesedihan. Anaknya meninggal saat cintanya tengah berada di puncak. Aisyah dituduh serong saat rasa cintanya sedang membara. Hamzah terbunuh kala pertempuran sedang berkecamuk.
Beliau merasa tenang di Madinah, namun orang-orang munafik tak rela dengan ketenangannya. Beliau memperoleh kemenangan pada saat perang Badar namun dengan cepat kekalahan harus terima di perang Ohud. Wajahnya cemerlang laksana bulan purnama, namun tiba-tiba wajah itu dibidik dengan anak panah. Giginya bersinar laksana jejeran kain bergaris lalu dia retakkan gerahamnya dalam perang. Ontanya mampu melampaui onta-onta lainnya. Namun tiba-tiba seorang Badui mampu melampauinya.
Itu semua ditujukan agar semua pahalanya tetap abadi di akhirat dengan sempurna, usahanya diapresiasi dengan syukur di depan Tuhannya. Agar beliau bisa menemui Tuhannya, Pelindungnya dan Sesembahannya dengan gembira. Agar semua pahalanya bersatu. Baik yang di awal dan akhir, yang dulu dan kini, di tempat yang disenangi, di sisi Tuhan Yang Berkuasa, Beliau berhak untuk itu karena beliau sabar.
Beliau mendapatkan kedekatan dengan Tuhan, mendapatkan kemuliaan, wasilah, fadhilah (keutamaan), posisi mulia karena kesabarannya. Beliau memiliki maqam (kedudukan) yang terpuji, taman yang mengalir, panji yang diikat. Semuanya karena beliau sabar. Beliau memiliki syafaat, kemuliaan, kedekatan, dan kehormatan, karena beliau sabar. Mereka mendustakannya, mencercanya, mencela dan menyiksanya.
Maka turunlah firman-Nya, "Bersabarlah atas apa yang mereka katakan." Mereka memeranginya, mengancamnya, mengusirnya, dan mengucilkannya, maka turunlah firman-Nya, "Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah. " (An-Nahl: 127).
Mereka menyingkirkannya, berpaling padanya, mencegal jalannya, dan menghadang di jalannya. Maka turunlah firman-Nya, "Maka bersabarlah karmu dengan sabar yang baik." (Al-Ma'arij: 5). Beliau demikian lama menunggu pertolongan Allah. Musuhnya demikian banyak, ujian semakin bertumpuk. Maka turunlah firman Allah. "Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah benar." (Ar-Rum: 60).
Kaumnya menolak keberadaannya dengan penolakan yang kasar, jawaban paling kotor, ucapan tak senonoh dan dengan sikap tak bersahabat, lalu turunlah firman-Nya, "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul. " (Al-Ahqaf: 35).
Beliau sabar dengan kesabaran yang indah dalam semua tingkatan ibadah. Beliau sabar dalam ridha dan marahnya, dalam damai dan perangnya, dalam kaya dan miskinnya. Maka jadilah beliau imam bagi orang-orang sabar dan teladan bagi orang-orang yang bersyukur. Ya Allah, kokohkan kami dalam sunnahnya, jalankan kami di belakang jejaknya, dan tolonglah dakwahnya dengan tangan kami.
Sumber:
Kutipan dari Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang dikarang oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni
Jika ada sabar bersamamu, maka tidaklah berarti bagimu jumlah dan logistik musuh. Tidak pula api dan senjatanya. Dengan sabar, masalah besar akan teratasi sambil tertawa, dan pertarungan besar akan dimenangkan dengan senyuman.
Musuhku mengingkari dan dia tak tahu
Diriku lebih terhormat dan peristiwa zaman melemah
Musuhku melihatku bagaimana dia bodohnya
Dan kuperlihatkan kesaharan bagaimana adanya.
Baca juga: Mulianya Shahabat Nabi
Barangsiapa yang hatinya digempur krisis, maka obatnya adalah sabar. Barangsiapa yang perih akibat bencana, obatnya adalah sabar. Ujian datang bergelombang-gelombang, bersusun-susun dan bergerak kencang, sabar yang akan menghapuskannya. Para pendengki, para pencaci berkomplot mengepung orangyang kena musibah, kesabaranlah yang akan menelan semua yang mereka lakukan.
Saat tak ada lagi karib yang menghibur, kala tak ada lagi teman yang menemani, tidak juga sahabat yang simpati, maka kesabaran menggantikan posisi semuanya. Kesabaran mampu berbicara atas nama semua. Kesabaran mampu memenuhi kewajiban sahabat dan kekerabatan. Kesabaran yang indah tidak ada keluh kesah di dalamnya. Pengingkaran tidak menyobek-nyobek wajah indahnya. Mahkotanya tak retak karena adanya kebencian.
Kesabaran yang indah siap menerima semua qadha' (ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala). Kesabaran dengan tenang akan menerima semua akibat. Kesabaran akan selalu siap menyambut jalan keluar dan siap menanti pahala. Mungkin saja ada kesabaran, namun dia bukan yang baik, sehingga pemiliknya tidak mampu menyembunyikan keluhan-keluhan, tidak pula kuat merahasiakan pembicaraan, dan tidak mampu meredam kecaman.
Kesabaran yang tidak baik hanyalah sebuah kepura-puraan. Yaitu, kesabaran yang dibarengi dengan erangan, ketangguhan yang disertai kepura-puraan, dan tidak ada keindahan di dalamnya. Sabar yang baik adalah kemampuan memanggul musibah dengan diam, menerima sergapan masalah dengan tenang, menerima hantaman dengan ridha.
Para pencaci tak mendapatkan penunjuk jalan untuk menaklukkan orang yang terkena musibah karena kesabarannya. Para pendengki tidak melihat dampak negatif akibat ujian yang menimpa orang-orang sabar ketika mendapat bencana, sehingga mereka tidak bisa menari kegirangan.
Di antara yang mampu membangun kesabaran yang baik adalah keyakinan bahwa usaha apa pun tidak mungkin dapat membendung takdir, dan kebaikan akibat adalah bagi seseorang yang menaruh harap pahala dan bersabar. Juga dengan cara melihat yang tersisa pada jiwa, anak, kedua orangtua dan harta. Dengan melihat kemah-kemah mereka yang mendapat. bencana, atau menyaksikan lembah-lembah orang-orang yang ditimpa musibah. Sebab di setiap lembah ada Bani Said (kiasan untuk orang-orang malang). Tak ada satu perkarapun lepas dari musibah. Pada setiap kegembiraan akan ada kesedihan, dan dalam setiap keriangan ada pelajaran. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Dan sesungguhnya Kami telah membinasakah negeri-negeri di sekitarmu, (AR-Akqai: 27)
Barangsiapa yang melihat daftar khalifah sejak awalnya, maka pasti dia akan melihat bencana datang berturut-turut, musibah-musibah datang bertubi-tubi. Ada yang dibunuh, ada yang ditipu, ada yang diturunkan. Antara yang berteriak ada pula yang mengerang, adayang binasa, ada pula yang tenggelam, terbakar dan dipencilkan. Negeri-negeri bubar, raja-raja dihinakan, istana-istana runtuh, tentara-tentara dihancurkan, zaman- zaman lewat, kebun-kebun layu, rumah-rumah menjadi kosong dan darah hilang sirna. Firman-Nya, "Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar." (Maryam: 98).
Seorang menteri yang terkenal, berbahaya dan memiliki kebesaran dia dipecat, kemudian diasingkan, diadili kemudian dipenjarakan setelah itu diputuskan untuk dibunuh. Saat orang-orang membawanya pergi ke tempat pemancungan, dia malah tersenyumdan menyenandungkansebuah syair:
Barangsiapa yang menanyakan tentangnya dengan cacian
Dan barangsiapu yang mencacikiu dan tidak menanyakanku
Ujian telah menampakkan diriku sebagai anak merdeka
Sabar atas hura hara semua guncangan.
Baca juga: Sejarah Perkembangan Hukum Islam
Kedudukan sabar dalam iman sama dengan posisi kepala bagi jasad. Maka, barangsiapa yang tidak ada kepalanya sama halnya dia tidak memiliki jasad. Barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran, maka sama artinya dia tidakmemiliki keimanan.
Penyair di bawah ini dikejutkan oleh kematian tujuh anaknya dalam waktu bersamaan. Lalu dia menikamkan benda tajam dengan tusukan yang lebar. Namun kembali dia memperbaiki diri dengan bersabar dan melangkah pada kebenaran. Kemudian dia bersenandung kecil:
Sikap kokohku bagi para pencaci itu agar kuperlihatkan
Bahwa aku tak pernah gentar dengan kebimbangan zaman.
Ini adalah sebuah sikap kokoh, keteguhan hati, sikap tabah, penentangan dan ketegaran di depan manusia-manusia kejam. Penampakan sikap indah dan kegembiraan dengan semua yang ditakdirkan, ridha dengan qadha', menyerah pada Yang Maha Agung dan Bijaksana.
Ketaatan pasti membutuhkan pada kesabaran agar dia menjadi sempuma dan berada pada puncak kebaikan. Dengan kesabaran, ketaatan akan bisa dilakukan dengan ikhlas dalam skala besar. Akan tampak kebenarannya. Tanpa adanya kesabaran, maka ketaatan menjadi laksana jasad tanpa ruh, gambar tanpa kandungan apa-apa, dan lafazh-lafazh tak bermakna. Maksiat tidak bisa dilawan dan dibendung kecuali dengan kesabaran, agar dia tidak melemahkan jiwa, mematikan hati dan menjatuhkan dalam musibah.
Dengan kesabaran, maksiat tidak akan menemukan jalan masuk ke dalam hati Talk akan ada petunjuk untuk menjadikan karakter menjadi lemah. Balikam maksiat itu akan kembali ke tempat dia datang semula Akan hancurlah setan yang menggodanya. Iblis yang bandel akan babak belur. Sebaliknya, dengan ketidakadaan sabar, maka jiwa akan senantiasa di lubang kesalahan, ruh akan belepotan dengan noda-noda dosa. Sebab jwa telah dihancurkan dalam peperangan, dan dia ditawan di medan laga.
Musibah itu tidak bisa dihadapi kecuali dengan kesabaran agar pijakan menjadi ringan. dan bencana menjadi terasa ringan. Jika kesabaran tidak ada, maka satu musibah akan berubah menjadi dua, satu bencana akan berlipat menjadi dua. Jika sabar tak ada, maka jiwa akan berguncang sekeras-kerasrıya dan pemberi ingat akan berteriak apa yang pelia Jika sabar telah tercapai, maka pahala akan digapai, sebutan akan cemeriang, dan dada akan lapang. Tatkala kesabaran bersama dengan musibah, maka kerugian akan mengubah menjadi keuntungan, hutang- hutang menjadi harta rampasan, kesedihan berubah menjadi kegembiraan.
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan tanpa kesabaran, maka sesungguhnya dia telah menginginkan kehidupan di luar tabiat. Dia telah melihat kehidupan bukan dalan gambar sebenamya. Dia berada di bawah khayal dan dia berada di bawah misal-misal. Dia lari dari bangun menuju tidur, dan realitas menuju mimpi-mimpi. Barangsiapa yang memiliki kesabaran, maka tinggalkan semua omongan manusia karena kemenangan telah tiba. Sebab kemenangan itu senantiasa akan bersama dengan kesabaran. Jalan keluar telah dekat, sebab jalan keluar itu selalu berbarengan dengan kesulitan. Kemudian telah demikian dekat, sebab bersama kesulitan akan selalu ada kemudahan.
Dalam Al-Qur'an sabar disebutkan dalam beberapa bentuk. Kadang dalam bentuk perintah dan pujian atasnya, pujian atas orang-orang sabar, penyebutkan pahala mereka di sisi Tuhan. Menyanjung pekerjaan baik mereka, penyebutan salam para malaikat atas mereka, shalawat dan rahmat Allah atas mereka, pemaparan sifat-sifat mereka. Mereka adalah orang-orang yang memiliki nasib yang agung, mereka adalah orang-orang yang mendapat hidayah. Pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang utama. Maka selamat atas mereka.
Orang yang sabar, dengan kesabarannya hidup dalam kenikmatan (na 'im) dan orang yang tidak sabar, akan hidup laksana di neraka (Jahim). Penjara bagi orang sabar adalah tameng, bencananya adalah karunia, ujiannya adalah anugrah, kefakiran adalah kekayaan, dan sakitnya adalah Adam sabar meninggalkan negeri pertamanya di surga. Nuh sabar saat harus kehilangan anaknya saat banjir topan. Ibrahim sabar saat diperintahkan untuk menyembelih anak kesayangannya. Ya qub bersabar saat berpisah dengan Yusuf. Musa sabar atas semua kezhaliman Fir'aun. Dawud sabar atas pahitnya penyesalan. Sulaiman sabar atas fitnah dunia. Isa sabar atas perihnya kefakiran. Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau sabar atas semua yang disebutkan, Beliau telah mengalaminya seluruhnya. Telah merasakan dan mencapai semuanya.
Beliau sabar saat harus meninggalkan negerinya, meninggalkan kenikmatan masa kanak-kanak dan kenikmatan masa remaja. Beliau tinggalkan keluarga dan kerabat, rumah dan harta benda. Beliau sabar ketika kehilangan putera-puterinya. Maka, mengalirlah ruh mereka di depannya. Jiwa mereka gemeretakan di depan para pemandangnya. Beliau sabar atas pahitnya derita, Beliau disakiti dalam manhaj dan negeri, dalam nama dan moral, dalam risalah dan istri.
Beliau sabar atas celaan musuh, pengingkaran teman, kedurhakaan sahabat, kebencian para penghasut, dendam orang-orang yang iri, konspirasi para musuh, komplotan pasukan, ocehan para pelaku kebatilan, sedikitnya penolong. Beliau sabar atas sempitnya hidup, keringnya kefakiran, pedihnya kebutuhan, sedikitnya orang berpenganuh, pacekliknya nafkah, sulitnya kehidupan, perihnya rasa lapar dan getirnya kemiskinan.
Beliau sabar atas menangnya musuh, terbunuhnya kerabat, ditawannya kekasih, diusirmya para sahabat, disiksanya para pengikut, dan luka di badan. Beliau sabar atas ancaman dan teror, guncangan serbuan licik, dan gonjang-ganjing perang. Beliau sabar atas kesombongan orang-orang kaya, tingkah polah para pembesar, buruk akhlak para provokator, moral bejad orang-orang Badui, sombongnya orang-orang bodoh dan hinanya sopan santun manusia-manusia kasar.
Beliau sabar atas pengkhiatan orang-orang Yahudi, konspirasi orang-orang munafik, pertarungan dengan orang-orang musyrik dan lambatnya respon orang-orang yang diajak ke dalam Islam. Beliau sabar atas gembiranya penaklukan, kegembiraan kemenang an, melimpahnya dunia, takluknya para raja, menyerahnya para penguasa zhalim dan masuknya manusia ke dalam agama Allah secara berbondong- bondong. Beliau sabar saat melihat harta simpanan dikeluarkan dari lumbung- lumbung manusia dan beliau tidak mengambil walau sedirham.
Beliau sabar tatkala menyaksikan tumbukan emas dan perak dibagi di tengah manusia dan beliau tidak mengambil walau satu qithmir. Beliau sabar saat mengiring rombongan onta dan sapi serta kambing yang bagaikan anak bukit. Lalu beliau distribusikan untuk mereka yang baru masuk Islam saat Kota Makkah ditaklukkan. Beliau tidak mengambil satu pun dari onta, sapi atau domba tersebut.
Beliau sabar untuk senantiasa diam di rumah yang terbuat dari tanah, hanya dengan makan gandum, tidur di atas tikar, menunggang keledai dan memakai kain wol keras. Ayahnya meninggal dan beliau belum sempat melihatnya. Ibundanya meninggal saat masa menyusunya belum sempurna. Kakeknya meninggalkan dunia saat beliau belum tuntas dalam didikannya. Pamannya pergi saat perjuangan sedang bergejolak. Khadijah meninggalkan beliau di Hari Kesedihan. Anaknya meninggal saat cintanya tengah berada di puncak. Aisyah dituduh serong saat rasa cintanya sedang membara. Hamzah terbunuh kala pertempuran sedang berkecamuk.
Beliau merasa tenang di Madinah, namun orang-orang munafik tak rela dengan ketenangannya. Beliau memperoleh kemenangan pada saat perang Badar namun dengan cepat kekalahan harus terima di perang Ohud. Wajahnya cemerlang laksana bulan purnama, namun tiba-tiba wajah itu dibidik dengan anak panah. Giginya bersinar laksana jejeran kain bergaris lalu dia retakkan gerahamnya dalam perang. Ontanya mampu melampaui onta-onta lainnya. Namun tiba-tiba seorang Badui mampu melampauinya.
Itu semua ditujukan agar semua pahalanya tetap abadi di akhirat dengan sempurna, usahanya diapresiasi dengan syukur di depan Tuhannya. Agar beliau bisa menemui Tuhannya, Pelindungnya dan Sesembahannya dengan gembira. Agar semua pahalanya bersatu. Baik yang di awal dan akhir, yang dulu dan kini, di tempat yang disenangi, di sisi Tuhan Yang Berkuasa, Beliau berhak untuk itu karena beliau sabar.
Beliau mendapatkan kedekatan dengan Tuhan, mendapatkan kemuliaan, wasilah, fadhilah (keutamaan), posisi mulia karena kesabarannya. Beliau memiliki maqam (kedudukan) yang terpuji, taman yang mengalir, panji yang diikat. Semuanya karena beliau sabar. Beliau memiliki syafaat, kemuliaan, kedekatan, dan kehormatan, karena beliau sabar. Mereka mendustakannya, mencercanya, mencela dan menyiksanya.
Maka turunlah firman-Nya, "Bersabarlah atas apa yang mereka katakan." Mereka memeranginya, mengancamnya, mengusirnya, dan mengucilkannya, maka turunlah firman-Nya, "Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah. " (An-Nahl: 127).
Mereka menyingkirkannya, berpaling padanya, mencegal jalannya, dan menghadang di jalannya. Maka turunlah firman-Nya, "Maka bersabarlah karmu dengan sabar yang baik." (Al-Ma'arij: 5). Beliau demikian lama menunggu pertolongan Allah. Musuhnya demikian banyak, ujian semakin bertumpuk. Maka turunlah firman Allah. "Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah benar." (Ar-Rum: 60).
Kaumnya menolak keberadaannya dengan penolakan yang kasar, jawaban paling kotor, ucapan tak senonoh dan dengan sikap tak bersahabat, lalu turunlah firman-Nya, "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul. " (Al-Ahqaf: 35).
Beliau sabar dengan kesabaran yang indah dalam semua tingkatan ibadah. Beliau sabar dalam ridha dan marahnya, dalam damai dan perangnya, dalam kaya dan miskinnya. Maka jadilah beliau imam bagi orang-orang sabar dan teladan bagi orang-orang yang bersyukur. Ya Allah, kokohkan kami dalam sunnahnya, jalankan kami di belakang jejaknya, dan tolonglah dakwahnya dengan tangan kami.
Sumber:
Kutipan dari Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang dikarang oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni