Materi Surat Al-Ma'un
1. MEMBACA SURAT AL-MAUN
Surat Al-Ma’un merupakan surah ke 107 dalam al-Qur 'an. Surah Al-Ma’un terdiri dari 6 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah karena diturunkan di kota Makkah. Surah ini disebut Al-Ma’un yang artinya "Barang yang berguna". Surah Al-Ma’un diturunkan setelah surah At Takatsur dan sebelum surah Al Kafirun.
Ayo, kita baca surah Al-Ma’un berikut dengan sungguh-sungguh! Awali dengan membaca basmallah bersama:
Mari, amati cara gurumu melafalkan Surat Al-Ma’un, Perhatikan gerak mulut dan panjang pendek ketika melafalkannya
Sebelum membaca surah Al-Ma’un, cermati dahulu tulisan ayat pertama sampai dengan ayat terakhir.
Cermati dan tirukan pelafalan surah Al-Ma’un di atas secara berulang-ulang sampai fasih dan lancar.
2. Mengartikan kosa-kata surat Al-Ma’un:
LAFADH |
ARTI |
LAFADH |
ARTI |
أَرَأَيْتَ |
Tahukah kamu |
الَّذِي |
Orang (yang) |
يُكَذِّبُ |
mendustakan |
بِالدِّينِ |
agama |
فَذَلِكَ |
Maka itulah |
يَدُعُّ |
menghardik |
الْيَتِيمَ |
Anak yatim |
وَ |
dan |
لَا |
tidak |
يَحُضُّ |
mendorong |
عَلَى |
atas |
طَعَامِ |
makan |
الْمِسْكِينِ |
Orang miskin |
فَوَيْلٌ |
celakalah |
لِّلْمُصَلِّينَ |
Orang yang
shalat |
هُمْ |
mereka |
عَن |
dari |
صَلَاتِهِمْ |
Shalat mereka |
سَاهُونَ |
Mereka lali |
يُرَاؤُونَ |
Mereka ria |
يَمْنَعُونَ |
Mereka enggan |
الْمَاعُونَ |
Barang-barang yang berguna |
Terjemahan:
Surat al-Ma’un menjelaskan tentang orang-orang yang mendustakan agama ( Islam ). Mereka mengaku sebagai orang muslim, tetapi sering meninggalkan aturan aturan agama Islam. Walaupun dari segi yang tampak terlihat mereka sudah terlihat rajin beribadah hingga menunaikan ibadah haji, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah kelihatan sombong, kikir, dan pelit. Ketika mereka diminta bantuan untuk menolong sesama muslim dan untuk sedekah kepada fakir miskin. Adapun ciri orang yang mendustakan agama adalah sebagai berikut:
Allah berfirman:( أرأيت الذي يكذب بالدين )Tahukah kamu yang mendustakan agama ? Wahai Muhammad, tahukah kamu orang yang mendustakan adanya hari pembalasan dan hari kebangkitan; (فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ). Yaitu orang yang menghardik anak yatim artinya adalah orang yang berbuat kasar kepada anak yatim, melakukan kezhaliman terhadap hak-hak anak yatim, tidak memberi makan anak yatim dan tidak berbuat baik kepada anak yatim.
(ولا يخض على طعام المسكين) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Sekali-kali tidak demikian,sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin ) ( Al-Fajr ayat 17-18 ), yaitu seorang fakir yang tidak memiliki suatu apapun untuk dan tidak bisa mencukupi kebutuhan dirinya sendiri.
Kemudian Allah berfirman فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥﴾ Maka bagi orang-orang yang shalat ( 4 ) yaitu orang-orang yang lalai akan shalatnya ( 5 ). Berkata Ibnu Abbas serta lain-lainnya maksudnya adalah orang-orang Munafiq yang termasuk dalam golongan orang-orang yang melaksanakan shalat secara lahir tapi batinnya atau pada hakekatnya mereka tidak melaksanakan shalat, maka dari itu disini Allah berfirman: ( Bagi orang-orang yang shalat ), yaitu orang-orang dalam golongan orang yang melaksanakan shalat mereka konsisten dengan shalat kemudian mereka melalaikan shalat, baik dengan cara meninggalkan sha lat itu secara keseluruhan sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, atau pun melalaikan shalat dengan melaksanakan shalat diluar waktu yang telah ditetapkan secara keseluruhan sebagaimana yang dikatakan Masruq dan Abu Adh-Dhuha.
Berkata ' Atha bin Dinar, segala puji bagi Allah yang telah berfirman: (الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ) yaitu orang yang lali dari shalatnya, dan Allah tidak berfirman: " Dalam shalatnya ". Adapun yang dimaksud “lalai dari shalatnya” disini yaitu dari waktu shalat yang pertama lalu mereka tunda hingga shalat itu akhir waktu shalat terus menerus atau pada kebanyakan shalat, ataupun lalai dari melaksanakan rukun-rukun dan syarat-syarat shalat yang diperintahkan kepadanya ataupun lalai dari shalat dalam melaksanakan kekhusyu'an shalat dengan menghayati arti-arti shalat, semua ini masuk dalam katagori orang-orang yang lalai dalam shalat, akan tetapi barang siapa yang melaksanakan shalat satu diantara kelalaian-kelalaian tersebut maka ia telah mendapatkan sebagian dari apa yang disebutkan dalam ayat, dan barang siapa yang melakukan semua kelalaian-kelalaian tersebut maka telah sempurna lah kemunafikan dalam hal perbuatan sebagaimana ditetapkan di dalam Shahihaini:
Dari Anas bin Malik Bahwa Rasulullah Shalallahu ' Alaihi Wa Salam bersabda: " Itulah shalat orang munafik, itulah shalat orang munafik, itulah shalat orang munafik, dia duduk dengan mengawasi matahari lalu jika matahari itu berada diantara kedua tanduk syaitan, ia berdiri dan melakukan empat rakaat, ia tidak mengingat Allah dalam shalat itu kecuali hanya sedikit”
Orang yang menunda shalat ashar-yaitu shalat pertengahan sebagaimana ditetapkan dalam Nash hingga akhir waktu shalat yang waktu tersebut adalah waktu yang dimakruhkan untuk melaksanakan shalat, kemudian ia melaksanakan shalat itu bagaikan seekor burung gagak yaitu tidak dengan disertai Thuma'ninah dan tidak pula dilakukan dengan khusyu ', oleh karena itu beliau bersabda: " la tidak mengingat Allah dalam shalat kecuali hanya sedikit, " mungkin juga orang itu melaksanakan shalat hanya mencari perhatian manusia ( riya ) dan bukan untuk mendapatkan keridhaan Allah, maka dengan demikian ia sama dengan orang yang tidak melaksanakan shalat sama sekali, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya ( dengan shalat ) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali “ ( An-Nisaa: 142 ) dan dalam surat Al Ma'uun disini Allah berfirman “Orang-orang yang berbuat riya”.
Berkata Imam Ahmad:
" Dari Amru bin Marrah, ia berkata, kami duduk bersama Abu Ubaidah, lalu mereka menyebut tentang riya ', maka berkata seorang yang dijuluki Abu Yazid, saya mendengar Abdullah bin Amru berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam: " Barang siapa yang memperdengarkan kepada manusia tentang perbuatan baiknya maka Allah akan mendengarkan kepada makhluk-Nya kejelekan serta kehinaan orang itu”
Dan diantara hal yang berhubungan dengan firman Allah: ( Orang-orang yang berbuat riya ), bahwa barang siapa yang melakukan suatu pekerjaan karena Allah, lalu manusia melihat apa yang dia perbuat itu hingga ia kagum dengan apa yang diperbuatada padanya itu maka yang demikian itu tidak termasuk riya, dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hafizh Abu Ya'la Al Mushili dalam Musnadnya, dari Abu Hurairah R.A, ia berkata, ketika aku sedang melaksanakan shalat lalu tiba-tiba datang seorang pria dan masuk ketempatku, lalu hal itu membuat aku kagum, maka saya menyebut hal ini kepada Rasulullah, maka beliau bersabda: " Engkau mendapat dua pahala, yaitu pahala merahasiakan dan pahala menampakkan.
Berkata Ibnu Jarir dalam tafsirnya riwayat dari Mush'ab bin Sa'ad dan Sa'ad bin Abu Waqash, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah tentang orang-orang yang lalai dari shalatnya, beliau bersabda: " Mereka itu adalah orang yang menunda shalat dari waktunya.
Ibnu Katsir berpendapat bahwa menunda waktu shalat dapat diartikan meninggalkan shalat secara keseluruhan dan dapat pula diartikan shalat itu dikerjakan setelah waktunya disyari'atkan atau menunda shalat itu dari awal waktunya.
Dan firman-Nya: وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ( Dan mereka enggan menolong dengan harta) . Maksudnya adalah mereka tidak melakukan perbaikan dalam hal beribadah kepada Allah dan tidak melakukan perbaikan dalam berhubungan dengan sesama makhluk Allah bahkan mereka enggan meminjamkan sesuatu itu yang mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Padahal sesuatu itu akan dikembalikan kepada mereka, maka orang-orang seperti mereka enggan lagi untuk mengeluarkan zakat dan berbagai macam sedekah. Berkata Ibnu Abu Najih dari Mujahid, berkata Ali Al Maa'uun adalah zakat.Berkata Al Hasan Al Bashri mereka itu adalah orang yang jika shalat maka ia shalatnya itu riya, jika shalatnya tertinggal maka ia tidak menyesali hal itu, dan enggan mengeluarkan zakat hartanya dan ungkapan lain disebutkan enggan mengeluarkan sedekah hartanya.
Berkata Zaid bin Aslam, mereka itu adalah orang-orang yang munafik yang melakukan shalat karena shalat itu adalah sesuatu yang nampak, dan enggan melakukan zakat karena zakat itu adalah sesuatu yang tersembunyi ( tidak bisa dilihat ).
Berkata Yahya bin Al Kharraz bahwa Abu Al Abidin bertanya kepada ' Abdullah bin Ma'sud tentang Al Maa'uun, maka ia menjawab, sesuatu yang manusia saling pinjam meminjam diantara mereka berupa kampak dan periuk atau kuali.
Dan berkata Al Mas'udi dan Salmah bin Kahil Al Abidin, bahwa ia bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang Al-Maa'waun maka ia berkata, sesuatu yang manusia saling memberikannya antara mereka berupa kampak, periuk, kuali, ember serta lain-lainnya serupa dengan hal itu Berkata Ibnu Jarir, " dari ' Abdullah, ia berkata, kami para sahabat Rasulullah berbicara bahwa Al Maa'uun adalah ember. kampak periuk yang diperlukan.
Berkata Ikrimah Al Maa'uun yang paling besar adalah zakat harta dan yang paling rendah adalah ember dan jarum, diriwayatkan oleh Ibnu Abu hatim. Pendapat yang dikatakan oleh Ikrimah ini adalah baik, karena ungkapan tersebut mencakup seluruh pendapat yang ada tentang maksud dari kata Al Maa'uun dan semua pendapat itu kembali pada satu hal yaitu harta, dengan demikian maksud dari ayat terakhir ini adalah tidak melakukan pertolongan dengan harta atau sesuatu yang bermanfaat, maka berdasarkan ini Muhammad bin Ka'ab berkata, Al Maa'uun adalah melakukan perbuatan baik, dan karena itu pulalah dalam suatu hadits shahih disebutkan:
- Tahukah kamu yang mendustakan agama ?
- Yaitu orang yang menghardik anak yatim
- dan
- Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat
- ( Yaitu ) orang-orang yang lalai dalam Shalatnya
- Orang-orang yang berbuat Ria
- Dan mereka enggan ( menolong dengan ) barang yang berharga
Surat al-Ma’un menjelaskan tentang orang-orang yang mendustakan agama ( Islam ). Mereka mengaku sebagai orang muslim, tetapi sering meninggalkan aturan aturan agama Islam. Walaupun dari segi yang tampak terlihat mereka sudah terlihat rajin beribadah hingga menunaikan ibadah haji, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka adalah kelihatan sombong, kikir, dan pelit. Ketika mereka diminta bantuan untuk menolong sesama muslim dan untuk sedekah kepada fakir miskin. Adapun ciri orang yang mendustakan agama adalah sebagai berikut:
- Suka menghardik anak yatim. Jadi, jika ada orang yang mengaku beragama Islam, tetapi suka menghardik anak yatim, berarti ia sengaja mendustakan agama.
- Orang yang tidak mengajurkan memberi makan kepada orang-orang miskin.
- Orang yang lalai dalam salatnya. Salat adalah ibadah wajib dikerjakan umat Islam. Salat merupakan rukun Islam. Dengan demikian orang yang mengaku Islam, tetapi tidak salat berarti termasuk orang yang melalaikan perintah Allah SWT. ia tergolong orang yang celaka
- Orang yang salatnya riya. Riya artinya ingin dipuji. Jadi, orang yang melakukan salat karena ingin mendapat pujian dan sanjungan maka pahala salatnya menjadi fasad ( rusak ). Dalam beribadah apa pun, niat hanyalah untuk Allah SWT.
- Orang yang enggan memberi bantuan dengan barang-barang yang berguna.
4. TAFSIR SURAT AL MAA UUN
Allah berfirman:( أرأيت الذي يكذب بالدين )Tahukah kamu yang mendustakan agama ? Wahai Muhammad, tahukah kamu orang yang mendustakan adanya hari pembalasan dan hari kebangkitan; (فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ). Yaitu orang yang menghardik anak yatim artinya adalah orang yang berbuat kasar kepada anak yatim, melakukan kezhaliman terhadap hak-hak anak yatim, tidak memberi makan anak yatim dan tidak berbuat baik kepada anak yatim.
(ولا يخض على طعام المسكين) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Sekali-kali tidak demikian,sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin ) ( Al-Fajr ayat 17-18 ), yaitu seorang fakir yang tidak memiliki suatu apapun untuk dan tidak bisa mencukupi kebutuhan dirinya sendiri.
Kemudian Allah berfirman فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥﴾ Maka bagi orang-orang yang shalat ( 4 ) yaitu orang-orang yang lalai akan shalatnya ( 5 ). Berkata Ibnu Abbas serta lain-lainnya maksudnya adalah orang-orang Munafiq yang termasuk dalam golongan orang-orang yang melaksanakan shalat secara lahir tapi batinnya atau pada hakekatnya mereka tidak melaksanakan shalat, maka dari itu disini Allah berfirman: ( Bagi orang-orang yang shalat ), yaitu orang-orang dalam golongan orang yang melaksanakan shalat mereka konsisten dengan shalat kemudian mereka melalaikan shalat, baik dengan cara meninggalkan sha lat itu secara keseluruhan sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, atau pun melalaikan shalat dengan melaksanakan shalat diluar waktu yang telah ditetapkan secara keseluruhan sebagaimana yang dikatakan Masruq dan Abu Adh-Dhuha.
Berkata ' Atha bin Dinar, segala puji bagi Allah yang telah berfirman: (الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ) yaitu orang yang lali dari shalatnya, dan Allah tidak berfirman: " Dalam shalatnya ". Adapun yang dimaksud “lalai dari shalatnya” disini yaitu dari waktu shalat yang pertama lalu mereka tunda hingga shalat itu akhir waktu shalat terus menerus atau pada kebanyakan shalat, ataupun lalai dari melaksanakan rukun-rukun dan syarat-syarat shalat yang diperintahkan kepadanya ataupun lalai dari shalat dalam melaksanakan kekhusyu'an shalat dengan menghayati arti-arti shalat, semua ini masuk dalam katagori orang-orang yang lalai dalam shalat, akan tetapi barang siapa yang melaksanakan shalat satu diantara kelalaian-kelalaian tersebut maka ia telah mendapatkan sebagian dari apa yang disebutkan dalam ayat, dan barang siapa yang melakukan semua kelalaian-kelalaian tersebut maka telah sempurna lah kemunafikan dalam hal perbuatan sebagaimana ditetapkan di dalam Shahihaini:
أنس بن مالك قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول تلك صلاة المنافق يجلس يرقب الشمس حتى إذا كانت بين قرني الشيطان قام فنقرها أربعا لا يذكر الله فيها إلا قليلا
Orang yang menunda shalat ashar-yaitu shalat pertengahan sebagaimana ditetapkan dalam Nash hingga akhir waktu shalat yang waktu tersebut adalah waktu yang dimakruhkan untuk melaksanakan shalat, kemudian ia melaksanakan shalat itu bagaikan seekor burung gagak yaitu tidak dengan disertai Thuma'ninah dan tidak pula dilakukan dengan khusyu ', oleh karena itu beliau bersabda: " la tidak mengingat Allah dalam shalat kecuali hanya sedikit, " mungkin juga orang itu melaksanakan shalat hanya mencari perhatian manusia ( riya ) dan bukan untuk mendapatkan keridhaan Allah, maka dengan demikian ia sama dengan orang yang tidak melaksanakan shalat sama sekali, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya ( dengan shalat ) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali “ ( An-Nisaa: 142 ) dan dalam surat Al Ma'uun disini Allah berfirman “Orang-orang yang berbuat riya”.
Berkata Imam Ahmad:
عن عمرو بن مرة قال كنا جلوسا عند أبي عبيدة فذكروا الرياء ، فقال رحل يكنى بأبي يزيد سمعت عبد الله بن عمرو يقول فال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سمع الناس بعمله سمع الله به سامع خلقه يوم القيامة فحقره و صغره
Dan diantara hal yang berhubungan dengan firman Allah: ( Orang-orang yang berbuat riya ), bahwa barang siapa yang melakukan suatu pekerjaan karena Allah, lalu manusia melihat apa yang dia perbuat itu hingga ia kagum dengan apa yang diperbuatada padanya itu maka yang demikian itu tidak termasuk riya, dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hafizh Abu Ya'la Al Mushili dalam Musnadnya, dari Abu Hurairah R.A, ia berkata, ketika aku sedang melaksanakan shalat lalu tiba-tiba datang seorang pria dan masuk ketempatku, lalu hal itu membuat aku kagum, maka saya menyebut hal ini kepada Rasulullah, maka beliau bersabda: " Engkau mendapat dua pahala, yaitu pahala merahasiakan dan pahala menampakkan.
Berkata Ibnu Jarir dalam tafsirnya riwayat dari Mush'ab bin Sa'ad dan Sa'ad bin Abu Waqash, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah tentang orang-orang yang lalai dari shalatnya, beliau bersabda: " Mereka itu adalah orang yang menunda shalat dari waktunya.
Ibnu Katsir berpendapat bahwa menunda waktu shalat dapat diartikan meninggalkan shalat secara keseluruhan dan dapat pula diartikan shalat itu dikerjakan setelah waktunya disyari'atkan atau menunda shalat itu dari awal waktunya.
Dan firman-Nya: وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ( Dan mereka enggan menolong dengan harta) . Maksudnya adalah mereka tidak melakukan perbaikan dalam hal beribadah kepada Allah dan tidak melakukan perbaikan dalam berhubungan dengan sesama makhluk Allah bahkan mereka enggan meminjamkan sesuatu itu yang mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Padahal sesuatu itu akan dikembalikan kepada mereka, maka orang-orang seperti mereka enggan lagi untuk mengeluarkan zakat dan berbagai macam sedekah. Berkata Ibnu Abu Najih dari Mujahid, berkata Ali Al Maa'uun adalah zakat.Berkata Al Hasan Al Bashri mereka itu adalah orang yang jika shalat maka ia shalatnya itu riya, jika shalatnya tertinggal maka ia tidak menyesali hal itu, dan enggan mengeluarkan zakat hartanya dan ungkapan lain disebutkan enggan mengeluarkan sedekah hartanya.
Berkata Zaid bin Aslam, mereka itu adalah orang-orang yang munafik yang melakukan shalat karena shalat itu adalah sesuatu yang nampak, dan enggan melakukan zakat karena zakat itu adalah sesuatu yang tersembunyi ( tidak bisa dilihat ).
Berkata Yahya bin Al Kharraz bahwa Abu Al Abidin bertanya kepada ' Abdullah bin Ma'sud tentang Al Maa'uun, maka ia menjawab, sesuatu yang manusia saling pinjam meminjam diantara mereka berupa kampak dan periuk atau kuali.
Dan berkata Al Mas'udi dan Salmah bin Kahil Al Abidin, bahwa ia bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang Al-Maa'waun maka ia berkata, sesuatu yang manusia saling memberikannya antara mereka berupa kampak, periuk, kuali, ember serta lain-lainnya serupa dengan hal itu Berkata Ibnu Jarir, " dari ' Abdullah, ia berkata, kami para sahabat Rasulullah berbicara bahwa Al Maa'uun adalah ember. kampak periuk yang diperlukan.
Berkata Ikrimah Al Maa'uun yang paling besar adalah zakat harta dan yang paling rendah adalah ember dan jarum, diriwayatkan oleh Ibnu Abu hatim. Pendapat yang dikatakan oleh Ikrimah ini adalah baik, karena ungkapan tersebut mencakup seluruh pendapat yang ada tentang maksud dari kata Al Maa'uun dan semua pendapat itu kembali pada satu hal yaitu harta, dengan demikian maksud dari ayat terakhir ini adalah tidak melakukan pertolongan dengan harta atau sesuatu yang bermanfaat, maka berdasarkan ini Muhammad bin Ka'ab berkata, Al Maa'uun adalah melakukan perbuatan baik, dan karena itu pulalah dalam suatu hadits shahih disebutkan:
صدقة عن جابر ابن عبد الله رضي اللهم عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال كل معروف
Bahwa tiap-tiap perbuatan baik adalah sedekah. " (Dikeluarkan oleh Al Bukhari dan Muslim )Rangkuman
- Surah Al-Ma'un terdiri dari 7 ayat dan merupakan surah ke- 107 di dalam Al - Qur'an .
- Surah Al-Ma'un tergolong surah Makkiyah .
- Nama Al-Ma'un diambil dari ayat ke 7 yang artinya barang barang yang berguna , dan diturunkan sesudah surah At–Takatsur.
- Ciri-ciri pendusta agama antara lain adalah Menghardik anak yatim, Tidak memberi makan orang miskin, Melalaikan shalat, Shalat karena ingin dipuji dan Enggan menolong dan memberikan bantuan
- Riya adalah berbuat sesuatu karena ingin dipuji orang.