Waspadai Ulama Yang Mencari Popularitas..!!
MENONJOLKAN diri adalah fitnah. Mencari popularitas itu adalah bencana. Selalu ingin tampil di depan itu adalah penyakit kronis. Di antara para syaikh ada yang menunjukkan ketinggian ilmunya dengan selalu mengusap-usap janggutnya, memanjangkan siwaknya, berpura-pura khusyu ', mengangguk-anggukan kepala, sering berdehem, senang mencium kepala orang lain mengucapkan kalimat-kalimat pujian atau ungkapan ungkapan di luar batas kewajaran.
Sehingga, jika dikatakan padanya bahwa ia adalah berkah bagi zamannya, atau dikatakan bahwa Allah akan menjaga umat ini dengan keberadaannya, atau semua orang baik yang dewasa maupun yang masih muda mendoakannya, ia langsung membenarkan Musuh utamanya adalah orang yang dia anggap tidak tahu haknya, yang tidak mencium keningnya, atau tidak menyebutkan usaha-usaha kerasnya, atau tidak menyebutkan perjalanan hidupnya yang indah.
Musuh bebuyutannya adalah orang yang mengkritiknya atau memberikan pandangan lain baginya, atau memberi komentar atas dirinya. Baginya orang seperti itu adalah orang yang bersopan santun jelek, tak punya estetika, dan darahnya berat.
Jika dia ditanyakan tentang sesuatu, maka dia akan menjawabnya, baik jawaban itu sesuai dengan kebenaran maupun tidak. Ini dia lakukan agar mukanya tetap terjaga. Jika ditanyakan kepadanya tentang hadits agar tidak dikatakan bahwa dia tidak tahu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dia akan menjawab seadanya.
Jika anda tidak memberikan gelar pada namanya atau pujian pujian, maka dia akan mengingat bahwa anda telah berdosa dan dia tidak akan pernah melupakan kesalahan anda. Jika anda memuji seorang syaikh lain di majlisnya, maka wajahnya akan berubah cemberut dan memerah, karena terbakar amarah. Baginya, perkataan adalah bermula darinya dan padanya berakhir Dia selalu merasa bahwa dirinya yang paling banyak menguasai beragam ilmu pengetahuan, dan paling cerdas dalam menyelami seluruh ilmu ma'ani.
Orang sepertinya tidak boleh disifati dengan kebodohan atau kelalaian. Sungguh ini adalah sebuah keajaiban dan sebuah kesombongan Kiamat telah menimpa dirinya, dan tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah Maka tak ada cara lain bagi kita, kecuali kita harus selalu mengoreksi jiwa kita sendiri, mencela nafsu kita, melihat cela celanya.
Sesungguhnya dengan mencela nafsu, mengkerdilkannya, dan merasakan kekurangannya akan memperpendek perjalanan menuju Allah yang tidak bisa dicapai dengan shalat malam, tidak juga dengan puasa. Sebab prinsip ubudiyah itu adalah adanya perasaan ketidakberdayaan dan khudhu '. Oleh sebab itulah Allah membuka ruang dosa agar dia menutup pintu ujub dari dirinya. Tatkala perasaan ujub ini telah sirna darinya, maka dia dipanggil, " Kau telah mengerti Kamil ! "
Sesungguhnya tembok-tembok kedurjanaan, kepala-kepala kesesatan bisa dihancurkan dengan menghilangkan tiga kalimat, " Ana " (Aku) yang pernah dikatakan Iblis, " Aku lebih baik darinya. " (Al-A'raf : 12). juga perkataan Qarun ' Indi ' yang ada pada pada diriku), " Karena ilmu yang ada padaku. " (Al-Qashash : 78), dan perkataan Liimilikku) yang dikatakan oleh Fir'aun, " Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku " (Az Zukhruf : 51).
Sesungguhnya hawa nafsu bisa menjadi hijab yang menghalangi seseorang dari Allah, dan terkadang memalingkannya dari niat suci dan amal shaleh. Sehingga dia tidak marah melainkan karena nafsunya, berusaha untuk menyenangkannya menjawab tuntutannya, dan mematuhi segala perintahnya. Padahal nafsu itu memerintahkan kepada kejelekan. Dan menentangnya adalah modal utama kemenangan, dan berseberangan dengan maksudnya adalah puncak dari usaha dan kemenangan.
Wahai orang yang diingatkan karena ujubnya, yang diperingatkan dengan keras karena sikap takaburnya, dan ditidurkan dengan kelalaian, tidakkah anda mendengar " Bilal " taubat di fajar umur menyerumu di puncak menara peringatan, " Marilah kita menuju kemenangan !! " Maka wudhuilah hati ini dengan air mata. Hadirlah di saf orang-orang yang bertaubat, pastilah anda akan mendengar takbiratul ihram-nya penerimaan dan keridhaan kemenangan akan menyerumu, " Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman. " (Al-Hijr : 46).