Memahami Surat Al-'Alaq
1. MEMBACA SURAH AL-ALAQ
Nama surat Al-’Alaq diambil dari lafal Al-’Alaq yang terdapat pada ayat kedua. Al-’Alaq artinya segumpal darah. surat Al-’Alaq adalah surat ke-96 dengan jumlah 19 ayat. surat Al-’Alaq termasuk surat Makkiyah turunya di Gua Hira dan termasuk surat yang pertama kali diturunkan dari ayat 1sampai dengan ayat ke 5.
Ayo, kita baca surah Al-’Alaq berikut dengan sungguh-sungguh! Awali dengan membaca basmallah bersama:
Mari, amati cara gurumu melafalkan Surat Al-’Alaq, Perhatikan gerak mulut dan panjang pendek ketika melafalkannya
Sebelum membaca surah Al-’Alaq, cermati dahulu tulisan ayat pertama sampai dengan ayat terakhir.
Cermati dan tirukan pelafalan surah Al-’Alaq di atas secara berulang-ulang sampai fasih dan lancar.
2. Mengartikan kosa-kata surat Al-’Alaq:
اقْرَأْ |
Bacalah |
بِاسْمِ |
dengan nama |
رَبِّكَ |
Tuhanmu |
الَّذِي |
Yang |
خَلَقَ |
menciptakan |
الْإِنْسَانَ |
manusia |
مِنْ |
dari |
عَلَقٍ |
segumpal darah |
وَ |
dan |
الْأَكْرَمُ |
Maha Pemurah |
عَلَّمَ |
Mengajarkan |
بِالْقَلَمِ |
dengan perantaran kalam |
|
|
|
|
مَا |
Apa yang |
لَمْ |
tidak |
يَعْلَمْ |
diketahuinya |
كَلَّا |
Ketahuilah! |
إِنَّ |
sesungguhnya |
لَيَطْغَىٰ |
melampaui batas |
أَنْ |
karena |
رَآهُ |
dia melihat dirinya |
اسْتَغْنَىٰ |
serba cukup |
إِلَىٰ |
kepada |
الرُّجْعَىٰ |
Kembali (mu). |
أَرَأَيْتَ |
Bagaimana pendapatmu |
يَنْهَىٰ |
melarang |
عَبْدًا |
seorang hamba |
إِذَا |
Apabila/ketika |
صَلَّىٰ |
mengerjakan shalat |
إِنْ |
jika |
كَانَ |
Adalah/berada |
عَلَى |
Di atas |
الْهُدَىٰ |
Kebenaran/petunjuk |
أَوْ |
atau |
أَمَرَ |
menyuruh |
بِالتَّقْوَىٰ |
bertakwa (kepada Allah) |
كَذَّبَ |
mendustakan |
تَوَلَّىٰ |
berpaling |
أَلَمْ |
Tidaklah |
يَعْلَمْ |
mengetahui |
بِأَنَّ |
bahwa sesungguhnya |
اللَّهَ |
Allah |
يَرَىٰ |
melihat segala perbuatannya |
يَنْتَهِ |
berhenti (berbuat demikian) |
لَنَسْفَعًا |
niscaya Kami tarik |
بِالنَّاصِيَةِ |
ubun-ubunnya |
كَاذِبَةٍ |
orang yang mendustakan |
خَاطِئَةٍ |
lagi
durhaka |
فَلْيَدْعُ |
Maka biarlah dia |
نَادِيَهُ |
memanggil
golongannya |
سَنَدْعُ |
kelak Kami akan memanggil |
الزَّبَانِيَةَ |
malaikat
Zabaniyah |
كَلَّا |
sekali-kali jangan |
لَا |
jangan |
تُطِعْهُ |
kamu patuh kepadanya |
وَاسْجُدْ |
dan sujudlah |
وَاقْتَرِبْ |
dekatkanlah (dirimu kepada
Tuhan). |
Surah al-‘Alaq adalah surah yang ke 96, yaitu setelah surah at-Tiin dan sebelum surah al Qadr yang di dalamnya terdapat wahyu yang pertama kali turun yaitu ayat 1-5. Ayat ini turun bertepatan dengan malam 17 Ramadhan. Oleh karena itu kita peringati sebagai Nuzulul Qur’an.Semua ayatnya turun di Makkah maka disebut surah Makkiyyah. Dinamakan al-‘Alaq karena diambil dari ayat kedua. Al-‘Alaq artinya segumpal darah.
Dalam ayat 1-5 kita diperintahkan untuk membaca, hal ini kita dituntut untuk mempelajari ilmu pengetahuan baik ilmu umum maupun ilmu agama. Apalagi saat ini perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka kita sebagai seorang muslim harus mampu menguasai teknologi. Kita jangan merasa puas terhadap ilmu pengetahuan yang telah kita peroleh, karena ilmu pengetahuan itu sangat luas. Kita dituntut untuk mencari dan menguasainya. Disamping itu, dengan menguasai ilmu pengetahuan iman kita kepada Allah Swt. akan semakin tebal, sehingga kita akan
mengenal hakikat penciptaan manusia.
Ayat selanjutnya berisi tentang pelajaran penting kepada Abu Jahal yang pernah melarang Nabi Muhammad Saw. untuk melaksanakan shalat, bahkan Abu Jahal mengancam untuk menginjak leher dan membenamkan wajah Nabi Nuhammad Saw. ke tanah apabila dia mendapati Rasulullah Saw. shalat. Namun kenyataannya setelah Abu Jahal melihat Nabi Muhammad Saw. sedang shalat, ia mundur tidak bisa mendekati Rasulullah Saw. apalagi sampai menginjak leher dan membenamkan wajahnya. Karena dia merasa ada parit dari api yang menakutkan dan bersayap-sayap.
Manusia seringkali melupakan kenikmatan dari Allah Swt. ketika manusia merasa dirinya kaya dan berkecukupan, bahkan ia menjadi takabur dan menganggap orang lain remeh, karena merasa orang lain tidak ada yang mampu menandinginya. Allah Swt. pasti akan mengazab orang-orang yang merintangi orang lain untuk berbuat baik dan beribadah di akherat kelak. Hal ini seperti Abu Jahal yang diancam oleh Allah Swt. karena selalu merintangi Nabi Muhammad Saw. yang hendak melaksanakan salat. Pada ayat terakhir berisi larangan untuk mengikuti perilaku orang jahat dan berisi perintah untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah Swt.
4. Tafsir Surat Al-Alaq
Dalam menafsirkan surat Al-'Alaq Imam Ahmad mengutip hadits dari Aisyah:
Dari Aisyah, ia berkata, pertama kali dimulainya turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad adalah mimpi yang nyata dalam tidur beliau, beliau tidak melihat (mengalami) mimpi kecuali mimpi itu datang kepadanya bagaikan sinar diwaktu shubuh, kemudian beliau suka menyendiri, beliau datang ke goa Hira untuk beribadah didalamnya bermalam-malam dengan membawa bekal untuk itu, kemudian beliau kembali kepada Khadijah untuk mengambil bekal serupa hingga beliau dikejutkan dengan datangnya wahyu di goa Hira, dalam goa itu Malaikat datang menemui beliau, maka berkata Malaikat itu bacalah, bersabda Rasulullah : " Maka aku berkata: " Aku tak dapat membaca, " beliau bersabda: " Lalu dia memegangku dan mendekapku hingga aku bersusah payah lalu melepaskanku, maka Malaikat itu berkata: " Bacalah, " aku menjawab: " Aku tidak dapat membaca, " lalu dia mendekapku kedua kalinya hingga aku bersusah payah kemudian melepaskan aku, maka Malaikat itu berkata: " Bacalah, " aku menjawab: " Aku tak dapat membaca, " lalu dia mendekapku ketiga kalinya hingga aku bersusah payah, kemudian melepaskan aku, maka Malaikat itu menyampaikan surat Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5.
Imam Ahmad berkata, kemudian Rasulullah pulang dengan ayat-ayat ini dengan bergemetar ia datang kepada Khadijah maka beliau bersabda: " Selimutilah aku, selimutilah aku, " maka Khadijah menyelimutinya hingga hilang rasa takut dari diri beliau, lalu beliau bersabda: " Wahai Khadijah ada apa dengan aku ?, " lalu beliau menceritakan semua kejadian yang beliau alami, itu kepada Khadijah, dan beliau bersabda: " Sesungguhnya aku amat takut pada diriku.
" Maka Khadijah berkata kepada beliau: " Jangan engkau takut, demi Allah, Allah tak akan menghinakanmu selama-lamanya, karena engkau adalah seseorang yang selalu menjalani tali silahturrahmi, engkau selalu berbicara yang benar, engkau memberi nafkah kepada orang yang fakir, engkau selalu memuliakan orang yang lemah, engkau selalu membantu pada kebenaran, " kemudian Khadijah pergi bersama beliau untuk bertemu kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul ' izzi bin Qushai, dia adalah sepupunya, ia seorang pemeluk agama Nashrani di jaman jahilliyah, dialah yang menulis Injil dalam bahasa Arab atas kehendak Allah, ia adalah seorang tua yang buta, maka berkata Khadijah kepada Waraqah: " Wahai anak paman, dengarkanlah apa yang diucapkan oleh anak dari sudaramu ini.
" Maka berkata Waraqah: " Wahai anak saudaraku, apa yang kau alami ? " lalu Rasulullah mengabarkan kepada Waraqah tentang apa yang beliau alami itu, maka berkata Waraqah: " Ini adalah Malaikat pembawa wahyu yang pernah turun kapada Musa, seandainya aku masih muda belia dan seandainya aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu, maka pasti aku akan menolongmu, " maka Rasulullah bersabda: " Apakah mereka akan mengeluarkan aku, " maka Waraqah berkata: " Ya, sesungguhnya setiap orang yang membawa misi sepertimu ini maka ia pasti akan dimusuhi.
Tak lama kemudian Waraqah wafat, dan wahyu berhenti dalam waktu yang lama hingga Rasulullah bersedih, hingga di suatu saat Jibril menampakkan dirinya dan berkata: " Wahai Muhammad sesungguhnya engkau adalah seorang utusan Allah yang sebenarnya, " maka dengan demikian ia merasa nyaman.
Dan hadits ini dikeluarkan pula dalam kitab shahihain dari hadits Az-Zuhri. Dan kami telah berbicara panjang lebar tentang hadits ini ditinjau dari segi sanad hadits ini, isi hadits ini dan maksud hadits ini dalam Syarh (keterangan) kami pada hadits Bukhari tentang Rinai, maka baginya yang menginginkan rinciannya, hendaklah ia merujuk kepada kitab tersebut.
Maka dengan demikian yang pertama kali diturunkan diantara ayat-ayat Al Qur'an adalah ayat-ayat yang mulia ini, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat Allah kepada para hamba-Nya dan merupakan permulaan ni'mat yang Allah berikan kepada hamba-Nya, dalam ayat-ayat tersebut terdapat peringatan asal usul penciptaan manusia yaitu dari segumpal darah, dan diantara kemulaiaan Allah adalah mengajari manusia tentang apa yang mereka belum ketahui, lalu manusia dimuliakan dan di hormati dengan adanya ilmu pengetahuan yang mana ilmu pengetahuan merupakan keistimewaan Adam bapak manusia terhadap para Malaikat, ilmu pengetahuan kedua ada dalam otak, terkadang ada pada lidah, terkadang berupa tulisan dengan jari-jari manusia untuk mengungkapkan apa yang ada dalam otak serta ungkapan kalimat sebagai pengganti lidah, untuk itu Allah berfirman: اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (Bacalah dan Tahanmulah yang pemurah. yang mengajar manusia dengan perantara Qalam. Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahui).
Dalam suatu Atsar di sebutkan: " Ikatlah ilmu pengetahuan dengan tulisan, " disebutkan pula dalam suatu Atsar: " Barang siapa yang berbuat berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah Allah wariskan kepadanya maka Allah akan mengajarinya sesuatu yang belum diketahui. "
Pada ayat selanjutnya Allah mengabarkan tentang manusia bahwa dia akan memiliki kebahagiaan, kesombongan, dan melampaui batas jika ia melihat dirinya telah merasa cukup dan banyak harta, kemudian Allah memperingatinya, mengancamnya dan menasehatinya, maka Allah berfirman: إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى (Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali), kepada Allah lah tentang mereka kembali dan Allah akan memperhitungkanmu terhadap hartamu itu, dari mana engkau mendapat kannya dan bagaimana engkau mendapatkan harta itu.
Berkata Ibnu Abu Hatim hadits dari Abdullah: " Dua orang yang serakah dan tidak pernah merasa kenyang yaitu orang yang memiliki ilmu dan orang yang memiliki dunia, kedua-duanya tidak sama, sedangkan orang yang menuntut ilmu maka akan bertambah baginya ridha Allah, sedangkan orang yang menuntut dunia maka akan bertambah padanya sifat melampaui batas, " kemudian ' Abdullah berkata: كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى ﴿٦﴾ أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى ﴿٧﴾ إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى ﴿٨﴾ (Ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas (6), karena dia melihat dirinya serba cukup (7), Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu) (8).
Dan_firman – Nya: أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى ﴿٩﴾ عَبْداً إِذَا صَلَّى ﴿١٠﴾ (bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang (9), Seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat (10). Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Jahal yang dilaknat Allah, ia mengancam Nabi jika melaksanakan shalat disisi Ka'bah, lalu Allah SWT memberi nasehat kepada Abu Jahal dengan cara yang paling baik terlebih dahulu, maka Allah berfirman: أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى (Bagaimana pendapatmu jika orang yang engkau larang itu berada di atas kebenaran (11).
Apa pendapatmu jika yang engkau larang itu berada pada jalan lurus dalam perbuatan-perbuatannya, أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى (atau ia menyuruh bertaqwa), sementara engkau melarangnya dan mengancamnya jika melaksanakan shalat di Ka'bah, oleh kerena itu Allah berfirman: أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى (Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya ?), maksudnya jika orang yang melarang ini telah mengetahui bahwa orang yang dilarang itu adalah orang yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya Allah melihatnya dan mendengar ucapannya itu dan Allah akan memberi imbalan perbuatannya dengan sempurna.
Setelah Allah memberi nasehat kepada Abu Lahab dengan cara yang paling baik terlebih dahulu, maka kemudian Allah mengancam dan membentaknya dengan berfirman: كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ (Ketahuilah sungguh jika dia tidak berhenti), jika ia tidak kembali dari sikap keras kepala nya itu dan tidak kembali dari sikap membangkangnya, لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ (Maka kami tarik ubun – ubunnya). Kami akan memberi tanda hitam dengan besi panas pada ubun-ubunnya dihari kiamat, kemudian Allah berfirman: نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ (Ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka). Yaitu ubun-ubun Abu Jahal yang dusta dalam ucapannya dan durhaka dalam perbuatannya. Firman allah: فَلْيَدْعُ نَادِيَه (Maka biarlah dia memanggil golongannya), memanggil kaumnya dan keluarganya untuk memohon bantuan dari mereka, سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ (Kelak kami akan memanggil Malaikat Zabaniah), yaitu para Malaikat penyiksa yang menyiksa orang berdosa di dalam neraka, hingga dapat diketahui siapa yang akan menang golongan kamikah atau golongan dia ?.
Al-Bukhari berkata tentang hadits dari Ikrimah:
dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata, berkata Abu Jahal, jika aku melihat Muhammad melakukan shalat di Ka'bah maka aku pasti akan menginjak lehernya, lalu berita itu sampai kepada Nabi Muhammad , maka beliau bersabda: " Jika ia melakukan hal itu maka para Malaikat akan mengambilnya (dibinasakan). " (Hadits ini diriwayatkan pula oleh At Tirmidzi dan An-Nasa'i melalui jalan ' Abdurrazaq)
Diriwayatkan oleh Ath-Tirmidzi, Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu Jarir melalui jalan Daud bin Abu Hindin
Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata, saat itu Rasulullah sedang shalat di maqam Ibrahim (salah satu sudut Ka'bah) lalu Abu Jahal bin Hisyam berjalan melewati beliau, maka ia berkata: " Wahai Muhammad, bukankah aku telah melarangmu untuk melakukan ini ?, " dia bersikap kasar dan mengancam Rasulullah serta membentaknya, maka ia berkata: " Wahai Muhammad, dengan apa kamu mengancamku ? sungguh aku akan memenuhi lembah ini dengan memanggil para penolongku, " maka Maka Allah menurunkan ayat ke-17 dan 18 dari surat Al-‘Alaq. Berkata Ibnu Abbas: " Seandainya dia memanggil golongannya, maka para Malaikat penyiksa akan membinasakan mereka saat itu juga. " (At-Tirmidzi berkata, hadits ini adalah Hasan Shahih)
Berkata Imam Ahmad tentang hadits dari Ibnu Abbas, ia berkata, berkata Abu Jahal: " Jika aku melihat utusan Allah itu shalat disisi Ka'bah maka aku akan mendatanginya hingga aku mengikat lehernya, " maka beliau bersabda: " Seandainya ia melakukan hal itu, maka Malaikat akan membinasakannya dihadapanku, dan seandainya umat Yahudi berangan-angan untuk mati, maka mereka akan mati dan mereka akan melihat tempat duduk mereka yang terbuat dari api, dan seandainya orang-orang itu keluar untuk mengutuki Rasulullah, maka mereka pasti akan kembali tanpa mendapatkan harta dan tidak pula mendapatkan keluarganya.
Berkata Pula Ibnu Jarir, hadits dari Ibnu Abbas, ia berkata, berkata Abu Jahal: " Seandainya Muhammad kembali melakukan shalat di Ka'bah maka aku akan membunuhnya, " maka Allah menurunkan surat Ini yaitu dari ayat ke enam hingga ayat terakhir, maka Nabi datang lalu melaksanakan shalat, ditanyakan kepada Abu Jahal: " Apa yang telah mencegahmu ?, " ia menjawab: " Di antaraku dan diantaranya terdapat pasukan berkuda. " Ibnu Abbas berkata: " Demi Allah seandainya Abu Lahab bergerak maka Malaikat akan membinasakannya, " dan saat itu orang-orang menoleh kepadanya.
Dan firman-Nya: كَلَّا لَا تُطِعْهُ (Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya). Wahai Muhammad janganlah engkau patuh pada apa yang dia larang kepadamu untuk terus menerus ibadah dan memperbanyak ibadah akan tetapi lakukanlah shalat sekehendakmu dan jangan engkau hiraukan dia, karena sesungguhnya Allah akan tetap menjagamu dan membantumu dan Allah selalu melindungimu dari manusia, وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ (Dan sujudhah dan dekeatkanlah) sebagaimana ditetapkan dalam shahih Muslim
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: " Saat yang paling dekat hambanya kepada tuhannya adalah saat hambanya itu sedang sujud, maka perbanyaklah do'a saat sujud.
Rangkuman:
- Nama surah al-' Alaq diambil dari ayat yang ke-2 artinya segumpal darah.
- Ayat yang pertama kali turun adalah surah al-' Alaq ayat 1-5.
- Malam turunnya al-Qur'an disebut Nuzulul Qur'an.
- Kita diperintahkan untuk mengenal Allah Swt. melalui membaca.
- Manusia diciptakan Allah Swt. dari segumpal darah.
- Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. pada malam tanggal 17 Ramadan tahun 40 Miladiyyah, ini merupakan bukti pengukuhan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah Swt. ketika beliau sedang berkhalwat di Gua Hira '.