Tafsir Basmalah
(Dengan (menyebut) nama Allah yang Maha Pemurah, lagi maha penyayang).
Adapun Tafsir dari Bismillahir rahmaanir rahiim atau sering disingkat dengan "Basmalah" adalah sebagai berikut:
Bismi = Dengan menyebut nama.
Dengan menyebut nama-nama Allah yang indah dan yang agung sifat-Nya. Yaitu lafal-lafal yang menunjukkan kepada zat atau suatu pengertian. Kata ism dalam rangkaian ini = " menamakan " atau " menyebut nama. "Ibn Jarir berpendapat bahwa “ism” di sini bermakna tasmiyah. Makna yang lengkap dari “bismillah” adalah, saya memulai bacaan (membaca) dengan menyebut nama Allah, dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang agung.
Dalam beberapa ayat, al-Qur'an memerintahkan kita menyebut Allah (menyebut zat-Nya) dan mengakui kesucian-Nya. " Dalam beberapa ayat yang lain, al-Qur'an memerintah kita menyebut nama-Nya. " Makna ayat-ayat kelompok pertama adalah perintah mengingat Allah dengan jalan merenungkan kebesaran dan kekuasaan nikmat-Nya. Sedangkan makna ayat-ayat kelompok kedua adalah perintah menyebut nama-nama-Nya yang indah (Asm-aul Husna), menyandarkan puji dan syukur kepada-Nya, serta memohon bantuan kepada-Nya dalam menjalankan semua jenis pekerjaan.Jelasnya, sebagaimana perintah mengingat nama Allah, kita juga diperintah menyebut nama-Nya. Maka, hendaklah kita menyebut nama-Nya dengan rasa Ta ' zhim (penuh hormat) seraya mengiringi penyebutan itu dengan puji syukur dan memohon bantuan-Nya, pertolongan dan taufik inayah-Nya, agar segala perbuatan kita memperoleh penghargaan syara '. Pekerjaan-pekerjaan yang dijalankan dengan tidak menyebut nama Allah dipandang tidak ada.
Ada ayat-ayat yang menghendaki agar kita mentasbihkan Allah, " dan ada pula ayat-ayat yang menghendaki kita mentasbihkan nama-nama-Nya. " Makna " mentasbihkan Allah adalah merenungi dan mengingat kesucian-Nya dari segala sesuatu yang tidak layak. Sedangkan makna " mentasbihkan nama-Nya " adalah menyebut subhanallaah, bukan menyebut subhaana millah.Allah = Tuhan Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang disembah oleh semua makhluk. Lafal Allah adalah nama Zat yang disembah. Orang-orang jahiliyah masa lalu, jika ditanya, siapakah yang menciptakan langit dan bumi, mereka menjawab: " Allah ". Apabila ditanya, apakah Lata dan al-Uzza menciptakan alam, mereka menjawab, " Tidak ".Adapun kata ilah, meskipun dilekatkan untuk segala yang disembah, baik yang sebenarnya maupun yang tidak sebenarnya, namun telah biasa dipakai untuk Tuhan yang disembah dengan sebenarnya. Karena kebiasaan ini, maka tidak bisa disalahkan jika ada orang yang mempergunakan kata Tuhan sebagai ganti kata Allah. Walaupun diakui bahwa sebaik-baik kata yang dipakai adalah kata " Allah ".
Ar-Rahmaan = yang Maha Pemurah.Tuhan yang Maha Pemurah, yang sangat banyak rahmat dan karunia-Nya, dan yang melimpahkan banyak kebaikan-Nya. Sifat rahman adalah sifat yang menunjukkan bahwa Allah memiliki rahmat dan melimpahkannya tanpa batas kepada semua makhluk-Nya. Lafal ar-Rahmaan, khusus hanya bagi Allah, tidak boleh dipakai untuk yang lain. Lafal ini merupakan sinonim (muradif) dari kata Allah. "
Ar-Rahiim = Maha penyayang (Maha Kekal rahmat-Nya).Allah yang Maha Pengasih dan bersifat Rahmat dan Murah yang tetap, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya. Sifat "Rahiim" adalah sifat yang menunjukkan bahwa Allah tetap bersifat rahmat, yang dari rahmat-Nyalah kita memperoleh kemurahan-Nya (keihsanan-Nya). Kata ar-Rahmaan memberikan pengertian bahwa Allah sangat banyak kemurahan-Nya, baik kecil maupun besar. Tetapi tidak menunjukkan bahwa Allah tetap mencurahkan kemurahan rahmat-Nya. Untuk menegaskan bahwa Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh hamba-Nya yang tiada henti, maka Dia bersifat rahiim.
Sebab, sifat rahmat itu merupakan sifat yang tetap bagi Allah. Pendek kata, lafal ar-Rahmaan menunjukkan bahwa Allah melimpahkan nikmat dan kemurahan-Nya, sedangkan lafal ar-Rahiim menunjukkan sifat melimpahkan nikmat dan kemurahan itu, yang merupakan sifat tetap bagi-Nya.Muhammad Abduh menjelaskan, dalam tata bahasa orang Arab, kata ar Rahmaan hanya mengandung makna bahwa Tuhan melimpahkan rahmat, karena perbuatan itu baru terjadi kemudian, betapa pun hebatnya. Tetapi apabila orang Arab mendengar kata ar-Rahiim, mereka merasakan bahwa Allah terus-menerus melimpahkan rahmat-Nya, dan sifat rahmat itu bukan suatu sifat yang terjadi kemudian, tetapi suatu sifat yang wajib dan tetap ada.
Ibn Qayyim berpendapat bahwa “ar-Rahmaan” menunjukkan sifat yang tetap pada Zat Allah, sedangkan ar-Rahiim menunjukkan limpahan rahmat-Nya kepada makhluk. Maksudnya, ar-Rahmaan adalah sifat Zat, sedangkan ar-Rahiim adalah sifat perbuatan. Muhammad Rasyid Ridha menilai pendapat Muhammad Abduh lebih kuat dibanding pandangan Ibn Qayyim. "Allah memulai al-Qur'an dengan “Bismillaahir rahmaanir rahiim”, untuk memberikan petunjuk kepada kita supaya selalu memulai sesuatu pekerjaan dengan membaca basmallah. Nabi bersabda:
كل أمر ذي بال لايبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أجذم.(Setiap pekerjaan yang berarti yang tidak dimulai dengan Bismillaahir rahmaanir rahiim, berkah pekerjaan itu terputus).
Bangsa Arab sebelum Islam, tiap memulai suatu pekerjaan selalu menyebut “bismillati” dengan nama “al-Lati” (Lata) atau “bismil uzza”-dengan al-Uzza, nama-nama Tuhan mereka.
Dengan demikian, “Bismillaahir rahmaanir rahiim”, yang kita ucapkan ketika memulai suatu pekerjaan bermakna: Saya memulai pekerjaan ini dengan Bismillaahir rahmaanir rahiim. Yakni, kita mengawali pekerjaan berdasarkan perintah Allah semata, bukan berdasarkan hawa nafsu atau keinginan sendiri. Bertolak dari pengertian ini, Hasbi As-Shiddiqie tidak menerjemahkan kata “ar-Rahiim” dengan " Maha Penyayang ". Oleh karena itu, Hasbi As-Shiddiqie menerjemahkan basmalah: " Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya ".Dengan ucapan itu bisa pula diartikan bahwa kekuatan (qudrat) yang kita miliki untuk mengerjakan sesuatu merupakan anugerah Allah. Jika demikian halnya, perbuatan kita tidaklah atas nama kita sendiri, tetapi hanya atas nama Allah dan kita mengharap kekuatan dari-Nya. Seandainya Tuhan tidak memberikan kekuatan itu, pastilah kita tidak akan mampu berbuat apa pun.
Ringkasnya, makna dari pencantuman basmalah pada permulaan al-Qur'an untuk menegaskan bahwa segala yang dijelaskan oleh al-Qur'an, baik berupa hukum, akhlak, kesusilaan, nasihat, maupun pengajaran (pendidikan) adalah milik Allah dan datang dari Allah. Tidak seorang pun yang campur tangan di dalamnya.Allah seakan-akan berfirman: " Hai Muhammad. Bacalah surat ini dengan Bismillaahir rahmaanir rahiim. " Atau: " Bacalah surat yang datang dari Allah, yang isinya menunjuki manusia kepada kebahagiaan dunia akhirat itu dengan Bismillaahir rahmaanir rahiim. "
Maksud Nabi saw. dengan membaca basmalah kepada umatnya adalah untuk menyatakan: " Surat yang dibaca dan disampaikan kepada umatnya itu dengan dan atas nama Allah, bukan dengan dan atas namanya sendiri. "
Menurut sebagian ulama, sebelum turun surat an-Naml, umat Islam belum mengetahui bacaan basmalah dengan sempurna. Mula-mula mereka mengucapkan: Bismikallahumma, kemudian Bismillah. Sesudah turun ayat Qulid ' ullaaha awid ' ur Rahmaan, mereka pun mengucapkan Bismillaahir rahmaan. Setelah turun ayat wa innahu min sulaimaana wa innahu bismillaahir rahmaanir rahiim dalam surat an-Naml, barulah kaum muslimin mengucapkan basmalah lengkap: Bismillaahir rahmaanir rahiim.Kedudukan Basmalah Dalam Al-qur’an
Kedudukan " Basmalah " pada awal al-Faatihah dan pada tiap surat dalam al-Qur'an Sebagian sahabat, di antaranya Ali, Ibn Abbas, Ibn Umar, dan Abu Hurairah ; segolongan tabi'in, di antaranya Said ibn Jubair, Atha ', az-Zuhri dan Ibn Mubarak ; sebagian fuqaha Mekkah dan ahli qira'atnya, di antaranya Ibn Kasir ; serta sebagian fuqaha Kufah dan ahli qira'atnya, di antaranya Ashim, al-Kisai, asy-Syafi'i dan Ahmad menetapkan bahwa: Basmalah adalah suatu ayat dari setiap surat al-Qur'an. Di antara dalil yang mereka pegangi dalam hal ini adalah:Seluruh sahabat Nabi dan para tabi'in sepakat untuk mencantumkan basmalah (Bismillaahir rahmaanir rahiim) dalam Mushaf pada tiap permulaan surat, selain surat Bara'ah (at-Taubah). Mereka dilarang menulis sesuatu kalimat pun yang tidak termasuk al-Qur'an dalam al-Qur'an, wahyu Ilahi. Karena larangan inilah mereka tidak menulis dan tidak mencantumkan kata amin pada akhir Faatihah.
Seluruh umat Islam sepakat menetapkan bahwa yang tertulis dalam Mushaf adalah Kalamullah (firman Allah). Basmalah itu terdapat dalam Mushaf. Jika demikian halnya, maka kita wajib menetapkan bahwa basmalah merupakan bagian dari al-Qur'an. Malik dan ulama Madinah, al-Auza'i dan segolongan ulama Syam (Suriah) dan Abu Amar Ya'qub dari kalangan ahli qiraat Basrah " menetapkan bahwa Basmalah adalah satu ayat yang berdiri sendiri, bukan suatu ayat dari surat. Basmalah diturunkan untuk menjelaskan pangkal-pangkal surat dan memisahkan suatu surat dengan surat yang lain.
Menurut penyelidikan Hasbi As-Shiddiqie, Basmalah adalah suatu ayat dari al-Qur'an, yang wajib dibaca saat kita membaca al-Faatihah. Walaupun tidak termasuk suatu ayat dari al-Faatihah, dan pembacaannya dilakukan dengan suara pelan halus (sirr).