Biografi Ibnu Khaldun
A. Masa Hidup Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun hidup pada abad ke empat belas Masehi (ke delapan Hijriah). Era ini merupakan penghujung zaman pertengahan dan permulaan zaman Renaissance. Perubahan-perubahan krusial historis menandai abad ini, baik dalam bidang politik maupun pemikiran.
Di Eropa zaman ini merupakan zaman tumbuhnya cikal bakal Renaissance. Sedangkan di Timur (Islam) periode ini sedang berlangsung suatu fase kemunduran dan disintegrasi. Kemajuan di bidang intelektual, ekonomi, sosial, dan teknologi memang telah menjadi ciri dunia Islam, mulai dari abad ke delapan sampai ahad ke 13 Masehi.
Abad ini pernah dinamakan orang sebagai abad Mu'jizat Arab di mana Arab telah lahir ke percaturan dunia Internasional sebagai super power dalam segala hal. Tokoh Ibnu Khaldun digambarkan sebagai salah satu budayawan Arab Islam yang paling kuat di masa kemundurannya. Kehancuran sedang melanda dunia Islam saat itu, baik (Islam) di Timur maupun di Barat.
Integritas Islam sebagaimana yang terjadi di masa Rasul SAW, Khulafa al-Rasyidin, Umayyah dan Abbasiyah telah lenyap. Pada periode ini Kekhalifahan Abbasiyah runtuh. Sedangkan di Barat (Andalusia), pihak Kristen bersiap-siap untuk menaklukkan seluruh kawasan Andalusia.
Pusat-pusat kebudayaan Andalusia pada waktu itu, yaitu Teledo, Cordova dan Sevilla telah mereka kuasai. Yang tinggal di bawah kekuasaan kaum muslimin hanyalah sebagian kecil kawasan Andalusia Selatan yang hampir terbatas di Granada dan antara Al-Meria dan Gibraltar. Yang memerintah kawasan-kawasan tersebut adalah Bani Ahmar.
Sayangnya di antara mereka sering terjadi percekcokan dan konflik yang membawa perpecahan dan perebutan kekuasaan. Hal ini akan semakin bertambah hancurnya dunia Islam. Daulah Fatimiyah' di Tunis berusaha sekuat tenaga mengembalikan kejayaan Islam masa lampau, namun mereka tak mampu muncul sebagai kekuatan besar sebanding dengan Abbasiyah di zaman jayanya.
Daulah Fatimiyah masih memberikan loyalitas verbal (lip-service) kepada pemerintah pusat di Bagdad, meskipun telah lumpuh. Di Afrika di mana Ibnu Khaldun dilahirkan dan malang melintang dalam kancah politik dan pemerintahan - yang sering disebut Magnb (sekarang Tunisia, Aljazair dan Marokko) - terdapat lima buah negara yang selalu saling gontok-gontokkan, saling menjatuhkan: satu sama lain.
Masing-masing negara berusaha sekuat tenaga untuk menguasai negara Jain Yang pertama adalah al-Murabitun. Al-Murabitun didirikan oleh suku pengembara sekitar abad ke sepuluh. Mulai pertengahan ke sebelas sebagai jamaah dari sedadu-serdadu ahli tasawuf yang selalu menutup mata di daerah pedalaman Senegal, gerakan ini berkembang dengan cepatnya, menarik sebagian besar suku Barbar, dan dengan segera dapat menguasai sebagian Afrka Utara, Mereka pernah menguasai Spanyol, tetapi akhirnya daingkirkan oleh Al- Muwahhidun
Yang kedua al-Muwahhidin. Al-Muwahhidan adalah golongan (sekte) agama yang didirikan di antara suku Barbar dalam permulaan abad ke sebelas. Pada tahun 1147 dapat mengalahkan al-Murabirün di Afrika dan Spanyol, dan selanjutnya mereka meluaskan daerah kekuasaan al-Muwahhidan, dan sebagian juga karena usaha mereka, filsafat Islam mencapai puncaknya di Spanyol dengan tokoh Ibron Tufaul dan lbnu Rusyd.
Kekalahan mereka menghadapi umat Kristen di Las Navas de Tolosa pada tahun 1212 menyebabkan mereka terusir dari Spanyol. Mereka masih dapat mempertahankan kekuasaan mereka di Afrika Utara hingga tahun 1269, ketika kedudukan mereka digantikan oleh suku Barbar dari Banu Marin. Banu Marin adalah salah satu kerajaan di Afrika Utara. Cuma Banu Marin yang terkuat di antara kerajaan- kerajaan kecil lain selain pendahulunya al-Murabitûn dan al- Muwahhidûn. Ia berdiri di Magrib Jauh (Aljazair sekarang) dengan ibu kotanya Fez. Di Tunis, berdiri Dinasti Banu Abd al-Wadd dengan ibu kotanya Tilmisan (Tlemecen).
Dinasti ini merupakan dinasti terlemah yang terdapat di Afrika Utara. Di dalamnya sering terjadi kerusuhan dan perebutan kekuasaan. Perpecahan yang terjadi di zaman itu tidak hanya berhenti di situ saja. Ketika itu juga muncul berbagai emirat kecil, di bawah kekuasaan sebagian kaum Khawarij. Jelas perpecahan demikian mengakibatkan terjadinya berbagai pemberontakan dan perebutan kekuasaan terus menerus. Terlebih kaum Khawarij memang terkenal agressif dan radikal. Akibatnya tidak ada dinasti yang bertahan lama.
Di tengah-tengah kericuhan demikian, para penguasa sendiri hidup penuh dengan kemewahan dan selalu berupaya menghimpun para pemikir dan sastrawan di sekitar mereka yang menandakan suatu pretise.
Ibnu Khaldun adalah salah seorang dari pemikir tersebut. Dalam sebagian besar kehidupannya ia selalu dekat dengan penguasa yang satu dengan penguasa yang lain. la selalu bersama penguasa yang paling kuat, sampaipun bila pihak yang terakhir ini memintanya untuk melepaskan diri dari seorang Berteman. Perpindahan loyalitas demikian tidaklah merupakan cacat moral, bila kita melihat latar belakang dan keadaan di masanya.
Para ahli yang memberi cap Ibnu Khaldun sebagai pribadi tidak konsisten dan opportunis adalah tidak melihat dari segi latar belakang dan keadaan di masanya. Karena negara-negara itu adalah sama-sama Islam, seringkali para penguasanya mempunyai pertalian darah antara sesama mereka, apabila diperhitungkan situasi dan kondisi serta kejiwaan yang terjadi pada waktu itu dan tidak mempergunakan ukuran masa kini untuk masa silam, mungkin kesimpulan tentang loyalitas politik Ibnu Khaldun ini menjadi berbeda.
Di samping itu rasa nasionalisme belum tumbuh di manapun. Yang menjadi kesadaran satu-satunya saat itu adalah "kesadaran keagamaan" ('asabiyah Diniyah). Di bagian bumi lain selain Afrika, terdapat perkembangan- perkembangan besar. Di Mesir sedang memerintah kerajaan Mamluk (1250-1517). Imperisum Timur Lenk yang merentang antara Bagdad, Asia Tengah sampai Damaskus (1331-1405) juga terdapat di masa itu.
Masa hidup Timur Lenk hampir sama dengan Ibnu Khaldun, selain bahwa Timur Lenk lahir dan meninggal setahun lebih dahulu. Jadi umur mereka hampir persis sama. Mereka mendapat kesempatan bertemu di luar dinding Damaskus pada tahun 1401, suatu pertemuan yang bersejarah.
Di Turki saat itu sedang memerintah Orkhan bin Usman (1326-1359) dari Dinasti Usmaniyah (Ottoman Empire). Di Iran masa itu adalah sama dengan penyair Hafiz dari Syiraz (1520 1389) Nizamudden Syami, yang pada tahun 1401 menulis sebuah buku tentang pemerintahan Timur Lenk. Buku itu diberi judul Zafer Name, yang berarti "buku kemenangan". Ada beberapa nama penulis yang disebutkan oleh Ibnu Khaldun dalam bukunya.
Di antaranya ialah Ibn Batuta (1304-1369), yaitu seorang Maroko yang telah melanglang buana meskipun secara pribadi tidak pernah ditemuinya. Juga ahli ilmu Bumi yang berasal dari Suriyah dan Mesir, yaitu al-Umari, yang meninggal dunia pada tahun 1349. Al-Magrizl (1364-1442), yang usianya jauh lebih muda, mendapat kesempatan duduk dalam kelas yang diajar oleh Ibnu Khaldun di Universitas Al-Azhar pada tahun 1383.
Demikian pula Ibmu Hajar al- Askalany (w. 852H/1442 M), seorang ahli hadits dan penulis terkenal semasa hidupnya dengan Ibnu Khaldun dan bahkan pernah berguru kepadanya.
B. Asal-Usul Kelahiran Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Waliu al-Din 'Abdu al-Rahman ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn al-Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Abd al-Rahman ibn Khaldükn. Waliuddin adalah gelarnya. Nama kecilnya Abdurrahman.Nama panggilan keluarga adalah Abu Zaid, yang diambil dati nama puteranya yang sulung yaitu Zaid, persis seperti biasanya orang-orang Arab memangil seseorang dengan nama putera sulungnya, meskipun secara yakin kita tidak mengetahui nama putera puteranya. 1a terkenal dengan nama Ibnu Khaldun. Dalam karyanya Muqaddimah ia menyebut nama lengkapnya saja tanpa menyebur gelar (Waliuddin). Gelar Waliuddin merupakan gelar vang diberikan orang sewaktu ia memangku jabatan Hakim Agung (qadi) di Mesir. Di samping waliuddin, ia juga mendapat gelar Syekh, dalam arri Guru (Profesor). Dalam hal in al-Magrizi dalam bukunya al-Suluk mengatakan "dan pada hari ini Senin tanggal 19 Jumadil Akhir tahun 786, Syrkh kira Abdurrahman Ibeu Khaldun dipanggl datang ke benteng (gal'ar), Sultan (Zahir Barqug, seorang Sultan Mamalik di Mesir) menyerahkan jahatan Kehakiman Tertinggi kerajaan, dan memberinya gelar Waliuddin kepada Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun Lahir di Tunisia tahun 1332 M. Ibnu Khaldun meninggal di Mesir tahun 808 H/1406 M. Leluhurnya berasal dari Hadaralmaut, Yaman yang hijrah ke Spanyol pada abad ke delapan bersamaan dengan gelombang penaklukan Islam di Semenanjung Andalusia. Wafi menguraikan silsilah leluhur Ibnu Khaldun berasal dari seorang shahabat nabi, yang bernama Wail bin Hujr. Beliau dikenal sebagai sahabat dekat Nabi, dan meriwayatkan lebih dari tujuh puluh hadits.
Bersama Mu'awiyah bin Abi Sufyan, pernah mengemban missi Nabi (diutus Nabi) untk mengajarkan al-Qur'an dan Islam kepada penduduk Yaman. "Di samping itu kemasyhuran nama Wail ini juga disebabkan karena kedekatannva dengan Nabi SAW" Khalid bin Usman - salah seorang cucu Wail, yang kemudian dikenal dengan nama Khaldun -" masuk ke Andalusia bersama orang-orang Arab penakluk. Umar Farrukh menyebut Khâlid bin Usmân ini dengan Khalid bin al-Khattab. Nama Lengkap beliau adalah Khålid bin Usmân bin Hani bin al-Khattah bin Kuraib bin Ma'adi Karib bin al-Hâris bin Wail bin Hujr.
Mula-mula ia datang ke Carmona, sebuah kota kecil terletak di tengah-tengah segi tiga penting, Cordova, Sevilla dan Granada, di selatan Spanyol. Kemudian keluarga ini pindah ke Sevilla, setelah pasukan Spanyol menyerbu kota kecil itu. Di kota kecil itu, sebagai tempat yang baru ia dikenali dengan sebutan "Khaldun".
Dari Khaldun ini kemudian terbentuk satu keluarga besar. Sebuah keluarga yang mempunyai kedudukan penting dilihat dari segi kiprah politik dan ilmu pengetahuan Andalusia dan Magribi. Keluarga besar ini kemudian dikenal dengan anak cucu Khaldun, diperhubungkan dengan nenek moyang mereka Khalid bin Usman. Dari keluarga inilah dilahirkan kemudian pengarang buku Muqaddimah yang terkenal itu yang bernama Ibnu Khaldun.
Bani Khaldun lahir dan tumbuh di kota Qaramunah di Andalusia. Di sana menetap kekeknya, Khalid bin Usman. Keluarga ini pertama kali dikenal dan disebut-sebut setelah Daulah Muwahhidin - yang menguasai Andalusia - lemah. Situasi di Andalusia goncang. Sebagian kota besar serta pelabuhannya jatuh ke tangan raja Castile (bangsa Nashrani). Abu Hafs - sebagai Gubernur Muwahhidun di Andalusia - akibat peristiwa ini hijrah ke Afrika Utara. Lalu diikuti oleh keluarga Khaldun. Akhirnya Bani Hafs dapat menguasai sebagian Afrika, terutama Tunisia pada tahun 620 H / 1223 M. Kakek kedua Ibnu Khaldun bernama Abubakar Muhammad diangkat menjadi kepala negara mereka di Tunisia. Sebelum itu merekapun telah mengangkat kakeknya yang pertama Muhammad bin Abi Bakar untuk mengatur urusan kantor kepegawaian tinggi di Istana (office of Chamberlain) bagi pemerintah Bougie. Kota Bougie, salah satu kota di Aljazair dan merupakan pusat Magrib bagian tengah. Pemerintah Bougie dipimpin oleh salah seorang anggota keluarga Hafs.
Kakek Ibnu Khaldun ini menetap di Bougie untuk waktu yang lama, hingga kekuasaan Bani Hafs jatuh, dan diambil alih oleh Daulah Muwahhidin pada tahun 711 H. Namun Muhammad bin Abi Bakar tetap mempunyai kedudukan di Istana. Amir Abu Yahya mengangkatnya menjadi pembantunya di bidang Hijabah (kepala rumah tangga Istana). " Sedangkan putranya yang bernama Abu Abdillah, ayah Ibnu Khaldun, tidak terjun ke dunia politik. Ia lebih cenderung menggeluti ilmu pengetahuan dan pendidikan. la wafat pada tahun 749 H/1339 M dan meninggalkan lima putera, yakni Abdurrahman ibn Khaldun (penuls Muqaddimah) yang ketika itu baru berumur 18 tahun, Umar, Musa, Yabya dan Muhammad, putera sulung."
Di antara mereka yang selalu berjalan seiring dengan Ibnu Khaldun, hanya Yahya (Abu Zakaria Yahya) vane kelak menduduki jabatan Menteri (Wazir)."
Ayah Ibnu Khaldun seorang ulama yang ahli dalam ilmu agama. Banyak di antara keturunannya menjadi ulama terkemuka di Magribi dan Andalusia. Di antaranya ialah Umar bin Khaldun (wafat tiga abad sebelum lahirnya Ibnu Khaldun, penulis Muqaddimah) yang terkenal dalam ilmu matematika dan astronomi."
Memperhatikan silsilah keluarga Khaldun di atas, menunjukkan, bahwa keluarga ini mempunyai peranan penting dalam' dunia politik dan ilmu pengetahuan. Nama-nama besar yang lahir dari keluarga ini mempunyai andil yang besar dalam intelektualisme dan kemasyarakatan.
Rumah Ibnu Khaldun di Isybillia hingga sekarang tetap menjadi perhatian. Rumah tempat kelahirannya masih utuh, hingga beberapa tahun terakhir rumah tersebut menjadi pusat Idarah "ulya". Pada pintu masuknya terpampang sebuah batu marmar berukirkan nama dan tanggal lahir Ibnu Khaldun.
Kutipan dari Buku Konstelasi Pemikiran Pedagogig Ibnu Khaldun yang ditulis oleh Bapak Warul Walidin Ak