Pendidikan Islam Menghadapi Perkembangan Zaman
Pendahuluan Pendidikan, baik sebagai proses pengembangan potensi- potensi individu menuju kepada kebahagiaan masyarakat, ataupun barai pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, telah diakui sebagai satu-satunya jawaban terh adap masalah kemunduran sesuatu bangsa. Dengan kata lain, sesuatu bangsa atau masyarakat yang masih berada dalam tahap terbelakang ibandingkan dengan masy arakat dan bangsa-bangsa lain, hanya dapat menghilangkan keterbelakangan itu melalui pendidikan. Pendidikan bisa jadi pewarisan nilai budaya berupa kecerdasan dan ketrampilan dari generasi tua kepada generasi muda. Akan tetapi pendidikan juga berarti pengembangan potensi-potensi individu untuk kegunaan individu itu sendiri dan selanjutnya untuk kebahagian masyarakat.
Sebab penemuan-penemuan ilmiah dan ciptaan-ciptaan baru dalam teknologi bermula dari individu. Tanpa individu yang kreatif, masy arakat tidak ubahnya seperti beras dalam karung, banyak tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Potensi Manusia
Apakah potensi-potensi manusia yang perlu dikembangkan Persoalan ini telah diberi jawaban oleh para ahli dan filosof- filosof pendidikan dari dahulu sampai sekarang, dan mereka tidak pemah bersependapat tentang apa sebenarnya potensi manusia itu yang perlu dikembangkan oleh pendidikan. Dahulu kala di negeri Yinani kerajaan Sparta beranggapan wa satu-satunya potensi manusia yang pelru dikembangkan alah jasmaninya. Jasmani perlu dipercantik dan diperluat,
Perlu mendapat rawatan melalui segala macam olahraga agar Jasmani itu segar dan enak di pandang mata. Tetapi lama kela maan mereka juga sadar bahwa kecantikan jasmani ada batasnya Pada umur tertentu jasmani itu akan layu dan berkerut walaupun diberi segala macam rawatan. Pada umur-umur tertentu orang-orang tua harus dibuang ke dalam lem- bah yang penuh dengan singa lapar untuk dimakan.
Setelah tua, tidak seorang pun peduli. Sebab falsafah pendidikan Sparta bertujuan untuk membentuk manusia yang bersedia berkelahi dengan musuh dan singa setiap saat. Ada pun kecerdasan dan akhlak tidaklah penting. Biarlah kecerdasan dan akhlak itu dimiliki oleh segelintir manusia yang biasa disebut failosof atau pendeta. Rakyat banyak tak perlu pintar, yang penting mereka bisa ber- kelahi dan berbunuh-bunuhan.
Kerajaan Athena mementingkan kecerdasan otak. Untuk mencerdaskan otak dari masa kanak-kanak orang harus belajar logika. Logika adalah aturan berfikir. Oleh sebab itu Aristotle berkata bahwa hanya filosof saja yang harus memerintah negara, karena mereka sajalah yang memiliki kepintaran dan kecerdasan. Pendidikan jasmani tidak penting seperti yang berlaku di Sparta. Asalkan kecerdasan berkembang dengan pesat, cukuplah. Itulah satu-satunya potensi yang dianggap penting, oleh sebab itu fungsi pendidikan di masyarakat Athena adalah pengembangan kecerdasan.
Kedua-dua pendekatan, Sparta dan Athena, banyak mempengaruhi pendidikan di Barat sehingga dewasa ini.
Hakikat Pendidikan Dalam Islam
Potensi-potensi manusia menurut pandangan Islam tersimpul dalam Al Asma' Al Husna, yaitu sifat-sifat Allah yang berjumlah 99 itu. Pengembangan sifat-sifat ini pada diri manusia itulah ibadat dalam arti kata yang luas, Sebab tujuan manusia diciptakan allah untuk menyembah Allah. Untuk mencapai tingkat "menyembah" ini dengan sempurna, haruslah sifat-sifat Tuhan yang un terkandung di dalam Al Asma' Al Husna itu dikembangkan sebaik-baiknya pada diri manusia. Dan itulah dia pendidikan menurut pandangan Islam.
Ambillah sebagai misal, sifat suci (Al Quddus). Untuk me ngembangkan kesucian ini pada diri manusia, kita diperintahkan mengerjakan ibadat formal yang terdiri dari rukun Islam yang lima: Syahadat, sembahyang, zakat, puasa dan haji. Syahadat bertujuan mensucikan niat dan fikiran manusia dari segala syirik. Shalat hendaklah didahului oleh kesucian badan.
Hati juga harus suci dari riya' atau sifat pura-pura, supaya jangan termasuk di dalam go- longan munafiq. Zakat adalah usaha mensucikan harta dari segala harta yang tidak halal. Puasa dapat mensucikan diri dari makan yang Israf. Begitu juga haji.
Pendeknya untuk mengembangkan sifat suci itu pada diri manusia, dia harus mengerakan ibadat formal tadi. Bukan hanya kekuatan jasmani saja seperti pada pendidikan Sparta atau kecerdasan saja seperti di Athena. Sifat-sifat Tuhan yang tersimpul dalam Al Asma Al Husna menggambarkan Tuhan sebagai Yang Maha Pengasih (Ar Rahman), Tang Maha Penyay ang (Ar Rahim), Yang Maha Suci (Al Quddus), Yang Maha Hidup (Al Hayi), Yang Memberi Hidup (Al Muhyi), ang Maha Tahu (AI Alim), Yang Maha Kuasa (Al Qawiy), Yang Maha Mencipta (AI Khaliq), Yang Memiliki Segala Kekuasaan (Malikul-Mulk), Yang Teragung (AI Malik), dan seterusnya.
Menyembah dalam pengertianny a yang luas berarti mengembangkan sifat-sifat ini pada diri manusia menurut perintah Tuhan. Misalnya Tuhan memerintah menjalankan upacara sembahyang kepadaNya Dengan berbuat demikian, manusia menjadi lebihsuci, jadi ia telah meniru sifat Tuhan dalam kesucian.
Juga Tuhan adalah Maha Pengasih, tetapi la memerintahkan manusia supaya bersifat pengsih kepada tetangganya jika ia mengharapkan Tuhan bersifat pengasih kepadanya Tuhan Maha Mengetahui, tetapi la memerintah manusia selalu mencari dan menambah pengetahuan dan berdoa agar Tuhan menolongnya. Juga Tuhan Memiliki Segala Kekuasaan (Malikul Mulk), tetapi diberinya kekuasaan politik kepada manusia di atas bumi. Dan begitulah seterusnya.
Jadi pendidikan Islam berusaha mengembangkan manusia seutuhnya, bukan hanya serpihan-serpihan dari potensi-potensi yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, seperti berlaku pada pendidikan Sparta dan Athena yang didewa-dewakan orang sampai sekarang.
Kita kaum Muslimin yang tersebar dari kawasan Marokko di pesisir Lautan Atlantik sampai ke Irian Jaya di pesisir Latuan Pasifik, dan yang merupakan suatu kawasan yang diduduki oleh lebih kurang 900 juta manusia dan potensi alam yang menentukan hidup matinya dunia dewasa ini, terutama minyak dan mineral yang diperlukan oleh dunia kini, merasa sangat beruntung telah diberi oleh Allah umur hidup dan menyaksikan dua abad, yaitu abad 14 dan abad 15 Hijriah.
Abad ke 14 hijriah telah menyaksikan pertukaran dan perputaran kuasa dan pembunuhan massal terhadap manusia ole manusia sendiri, yaitu dua perang dunia dalam masa kurang dan 30 tahun. Menurut teori Freud, manusia hanyalah terdiri dan sifat-sifat asal agressi dan seks, dan ini telah menyebabkan peperangan dihalalkan sebab agressi adalah sifat asal manusia dan memberi hak kepada yang kuat memeras yang lemah. Sifat asal seks menyebabkan orang membenarkan perlakuan seks asal ada persetujuan kedua belah pihak.
Menerima konsep yang menyeleweng tentang sifat asal manusia ini telah membawa perang dunia yang telah mengancam wujud manusia di atas planct ini. Oleh sebab itu ahli pendidikan telah berusaha mencari jalan lain untuk menghindarkan manusia dari kehancuran total. Salah satu pendekatan itu adalah aliran kemanusiaan (humanistic), yang walaupun ada usaha mencari dan menemukan sifat-sifat asal manusia menuju terciptanya manusia yang "self actualized", tetapi say ang sekali gagal, sebab tidak ada iman kepada wahyu yang diutus Tuhan melalui Nabi-Nabi untuk menyelamatkan umat manusia setelah sesat dalam gejolak pertarungan nafsu dan prasangka sepanjang sejarah manusia.
Kita abad ke 15 Hijriah ini dengan penuh harapan, tetapi juga penuh dengan rasa cemas. Harapan karena ada kemajuan telah dicapai. Tetapi cemas sebab kemajuan ini telah membawa pula masalah-masalah baru yang penyelesaiannya belum diketahui.
Ronald Higgins (1978), seorang ahli ekonomi di dalam bukunya "The Seventh Enemy" menyimpulkan tujuh ancaman y ang mencemaskan manusia seluruh dunia di masa datang.
Pertama, ledakan penduduk yang telah mengancam dunia ini. Dalam waktu kurang dari empat puluh tahun ke depan nanti, bumi kita harus mampu menampung kenaikan jumlah penduduk dari 4 billion menjadi 8 billion jiwa dalam kawasan yang tidak banyak berubah.
Kedua, kelaparan dan kekurangan zat makanan mengancam an penduduk di negara-negara berkembang dan belum terdapat tanda-tanda bahwa krisis ini boleh diatas di masa datang.
Ketiga, semakin berkurangnya sumber-sumber alam berhadapan dengan kebutuhan yang semakin meningkat, seperti minyak, meneral, kayu dan lain-lain.
Keempat, menurunnya kualitas lingkungan sehingga semakin sukar menopang kehidupan mansuia.
Kelima, ancaman nuklear yang berkembang di tangan lebih banyak negara tanpa kendali.
Keenam, pertumbuhan ilmu dan teknologi yang pesat di luar kendali manusia. Bahkan sebaliknya manusia cenderung dikendalikan oleh ilmu dan teknologi.
Ketujuh, hancurnya moral manusia.
Untuk memecahkan masalah ini Higgins mencari jawabannya di bidang pengembangan rohaniah. Ia berkesimpulan bahwa suatu etika kesadaran baru harus ditumbuhkan dengan dimensi kehidupan rohaniah yang (1) mampu mematahkan pemujaan manusia terhadap "tuhan-tuhan sekular" (secular gods), (2) mampu membangkitkan kesedaran bahwa manusia tidak tergantung pada bumi ini (artinya beriman kepada hari akhirat), (3) perlu menjalin persaudaraan rohaniah yang kukuh antara sesama manusia untuk memecahkan tantangan permaslahan ini.
Ketujuh musuh yang disebutkan oleh Higgins di atas itu dikira akan memenuhi pentas dunia pada bagian pertama abad ke 15 Hijiriah yang kita alami sekarang. Jadi ia merupakan tantangan yang paling berat yang dihadapi oleh umat manusia, dan umat Islam memikul amanah yang besar untuk memecahkan masalah tersebut. Al Qur-an dan hadits Nabi s.a.w. yang kita pegangi, menuntut setiap kita kembali menggali mutiara-mutiara terpendam yang pada ajaran Islam ini untuk menyelamatkan umat manusia.
Empat Faktor Menjamin Keberhasilan
Khusus untuk ahli-ahli pendidikan Muslim, inilah masa yang ditunggu-tunggu di mana kita harus tampil kedepan menyingsingkan lengan baju, menjadi saksi bagi seluruh umat manusia bahwa pemecahan masalah manusia ada di tangan Islam.
Dan itu bukanlah tugas yang mudah, tetapi tetap dapat dilaksanakan. Hanya ia memerlukan kepada telaah yang mendalam terhadap ini dan arti Al Qur-an dan hadits di samping pengetahuan dalam bidang spesialisasi dan disiplin masing-masing.
Keseluruhan pendekatan ini digambarkan dengan indahnya dalam Surah Al 'Asr. Ada 4 faktor yang bisa menjamin keberhasilan manusia menghdapai kemelut dunia yang bleum nampak tanda-tanda penyelesaiannya itu, yaitu:
- Iman.
- Amal Saleh
- Pesan memesan dengan haq (diterjemahkan dalam konteks dunia sekarang adalah sains atau fakta yang benar).
- Pesan memesan agar bersabar (diterjemahkan dengan bahasa psikologi adalah penangguhan ganjaran). Itu jugalah arti balasan di akhirat sebagai ganjaran terhadap amal di dunia.