Psikologi Dalam Perspektif Islam
Keruntuhan peradaban Yunani Romawi memberi peluang pemikir-pemikir Islam mengisi panggung sejarah dengan penuh kegemilangan. Ini termasuklah segala bidang pengetahuan, termasuk ilmu jiwa, terutama yang bersangkut paut dengan tingkah-laku manusia yang dibagikannya kepada berbagai tingkat dengan nama-nama tersendiri.
Al Imam Abu Mansur al Tha'alibi telah mengumpulkan lebih lima puluh kata yang digunakan orang Islam umtuk menyatakan tingkat perkembangan manusia seperti janin, walid, radi'i, baligh, murahiq dan lain-lain. Pemikiran Islam juga sangat menentang sihir dan khurafat, oleh sebab itu al Qur-an menentukan di berbagai ayatnya tentang penciptaan manusia, misalnya:
Baca juga: Sejarah Ilmu Psikologi
"Wahai manusia jika kamu ragu tentang hari kebangkitan, maka (ingatlah) bahwa Kami ciptakari kamu dari tanah, kemudian dari segumpal darah, kemudian segumpall daging yang berbentuk dan tak berbentuk untuk kami terangkan kepadamu dan kami letakkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai suatu ketika Kemudian Kami mengeluar- kan mu sebagai bayi kemudian kamu menjadi dewasa. Seba- gian kamu meninggal, sebagian lagi dilanjutkan ke umuryang fua, agar ia tidak tahu sesuatu sesudah itu". (Q. 22: 5).
"Dialah yang mengeluarkan kamu dari penut imbumu, sedang kamu tidak tahu apa-apa. Dan ia juga menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati, Sedikit sekali yang kamu syukuri" (Q. 39 : 6).
"Bagi Allahlah kekuasaan langit danbumi, la menciptakan pa yang ia kehendaki. Ia memberisiapa la kehendaki perempuan, dan la memberi sipa la kehendaki lelaki." (Q. 3: 189).
Dalam Islam istilah jiwa" digunakan istilah nafs Giwa), qalb (hati), roh dan 'aal (akal). Kata-kata ini. kecuali 'aal, ter dapat dalam al Qur'an. Kata nafs dalam al Qur-an (2 : 48) menunjukkan zat dalam keseluruhan, lebih menyatakan unsur pengaruh dan aktivitas biologis daripada makna yang sadar atau yang berfikir pada manusia. la merupakan kata-kata umum meliputi kemanusiaan seluruhnya, tidak khusus untuk pemikiran saja. Kata nafs terdapat dalam al Qur-an sebanyak 367 kali.Baca juga: Perkembangan Pendidikan Islam
Kata qalbo selalu digunakan berkaitan dengan emosi dan akal pada manusia. Jadi lebih khusus dari nafs. Ia tidak menunjukkan penggerak-penggerak naluri atau biologis, tetapi terbatas bagi bagian yang disadari (Q. 26: 89; Q 49 : 7, Q. 5: 41). Kata qalb muncul dalam al Qur-an sebanyak 144 kali. Kata roh digunakan dalam al Qur-an dengan bermacam- macam arti.
Pertama digunakan sebagai pemberian hidup (Q. 22: 29; Q. 32 : 9; Q. 21: 91). Juga digunakan dengan arti al Qur-an (Q. 42: 52). Juga digunakan untuk menunjukk an wahyu dan malaikat yang membawany a (Q. 40: 15; Q. 16:102; Q. 26: 199). Kata roh terdapat dalam al Qur-an sebanyak 25 kali. Kata 'aql sebagai kata benda mujarrad tidak disebut sama sekali dalam al Qur-an.
Tetapi sebagai kata kerja 'aqala dengan segala akar katanya terdapat dalam al Qur-an sebanyak 49 kali. Semuanya menunjukkan unsur pemikiran pada manusia (Q. 2:75; Q. 2:24; Q. 8:22; Q. 67:10). Ahli-ahli sejarah dan Hadits berbeda pendapat tentang arti nafs dan roh. Sebagian besar berkata artinya serupa. la di namai roh sebab dengan itulah badan hidup, sedang ia disebut nafs dari kata nafa'is, yang berarti berharga, sebab tinggi harganya atau berasal dari jiwa benda itu (Ibn al Qayyim, 1978 : 325).
Baca juga: Konsep Ilmu Perspektif Al-Ghazali
Tentang 'aql ada beberapa hadits, yang terpenting adalah hadits tentang makhluk yang dicipta Allah adalah akal. Hadits ini sering digunakan oleh golongan tasawwuf dan orang-orang yang meminjam teori reinkarnasi dari orang-orang Yunani.. Golongan tasawuf membedakan arti antara kata-kata ini. Nafs, kata mereka, adalah jahat dan merupakan tempat akhlak yang tercela.
Sedang roh adalah pangkal hidup dan tempat akhlak vang terpuji. Dia berasal dari Allah dan wujudnya tidak dapat di- raba, itulah tempat kasih sayang. Sedang qalb dianggap sebagai tempat pengetahuan dan salah satu jalan pengainatan. Qalb tidak dapat mengamati kecuali jika ia suci dari pengaruh pancaindera. Dengan banyak berzikir memancarl ah ilmu laddunni di dalamnya.
Oleh sebab itu dialah tempat pengetauan. 'Aql, kata mereka, digunakan untuk ilmu yang dapat melalui pancaindera dengan cara berfikir, dia lebih rendah derajatnya dari qalb. Sebab keistimewaan ini, kata mereka, adalah karena nafs, itu mempunyai sifat-sifat kemanusiaan sedang roh memiliki sifat-sifat ke Tuhanan. Kedua- duanya berjuang untuk menarik qalb. Kadang-kadang ia dikuasai oleh roh dan kadang-kadang oleh qalb.
Ada ahli-ahli falsafah pula menggunakan kata ini dengan satu arti, ada pula yang lain menggunakannya dalam berbagai arti. Plato menggunakannya dengan satu arti. Sedang yang lain menggu- nakannya dengan arti yang berbeda. 'Aqal adalah yang paling mulia, kata mereka, sebab substansi akal yang mutlak adalah Allah, diikuti oleh roh yang dekat kepada unsur cahaya, kemu- di an nafs yang dekat kepada unsur udara dan tanah Filosof-filosof Islam mengikuti jejak filosof-filosof Yunani yang menggunakan al Nafs al Natiqah (Giwa yang berfikir) serupa dengan roh.
Juga nafs sebelum berhubung dengan badan serupa dengan roh sesudah berhubung dengan badan serupa dengan nafs, dan mereka tidak banyak menggunakan qalb. Menurut mereka 'aql adalah salah satu kekuatan atau fungsi nafs yang berfikir yang terbagi kepada 'aql praktis dan aql teoritis. Itulah uraian berkenaan dengan pendapat pemikir-pemikir Islam tentang jiwa yang dalam Islam digunakan empat istilah, yaitu 'aql nafs, roh dan qalb. Uraian lebih mendalam tentang sumbangan ahli-ahli falsafah dan pendidikan Islam dalam bidang psikologi.
Buku Manusia dan Pendidikan yang ditulis oleh Hasan langgulung