Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Psikologi dan Emosi
Begitu juga dengan menumbuhkan psikologikal dan emosional yang berhubungan dengan akhlak yang mulia. Ini Dapat muncul suatu sikap seperti cinta kepada orang lain, mengasihani orang lemah dan teraniya, menyayangi dan mengasihani orang fakir-miskin. Di samping itu juga Kondisi psikologikal dan emosional yang rukun dengan orang-orang lain. Terutama psikologikal dan emosional yang trampil dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan yang menyangkul dengan pengendalian emosional dan psikologikal secara positif dan dinamis.
Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan psikologikal dan emosional ini disebabkan keterlibatan anak-anak dalam tahap awal hidupnya. Tahap awal ini anak-anak di mana hubungan-hubungan lingkungan sosial. Ini juga menyangkut dengan pengalaman-pengalaman sosialnya belum cukup luas. Anak-anak juga belum sanggup ia berdikari untuk menanggapi suasana dan milliu sekelilingnya.
Oleh karena sejauh yang dapat dicapai oleh kanak-kanak dalam penyesuaian psikologi dan kematangan emosi pada tingkat awal hidupnya, maka masa depan psikologinya sebanyak itulah pada kehidupannya dikemudian hari.
Peranan keluarga pada pendidikan psikologikal dan emosional tidak terbatas pada tingkat kanak-kanak saja. Akan pendidikan psikologikal dan emosional ini meliputi keseluruhan hidupnya. Langkah pertama yang harus diambil oleh keluarga untuk mendidik dan memelihara anak-an aknya dari segi psikologi adalah mengetahui segala keperluan psikologi dan sosialnya, serta mengetahui kepentingan cara-cara memuaskannya untuk mencapai penyesuai an psikologi bagi kanak-kanak tersebut.
Begitu juga dengan pendidikan psikologikal dan emosional dapat mengetahui cara-cara memuaskan anak-anak terhadap kebutuhan hidupnya dan untuk dapat mencapai penyesuaian psikologi bagi kanak-kanak tersebut.
Begitu juga mengetahui indikasi yang tampak dan sifat pemuasannya atau ketidakpuasannya dalam tingkah laku. Anak-anak juga harus diusahakan untuk memberi kesempatan bergerak dan cara-cara bergaul. Aktifitas tersebut bagi anakg akan menolong ia memuaskan kebutuhan tersebut. Pendidikan psikologikal dan emosional juga dimaksudkan supaya jangan sampai mereka merasa tidak tenteram dan juga merasa tidak mendapat perhatian dan penghargaan.
Pendidikan psikologikal dan emosional jangan digunakan cara-cara ancaman dalam kehidupan keluarga. Karena ketika ancaman, kekejaman dan siksaan badan dialami oleh anak-anak maka akan dapat merusak psikologikal dan emosional anak. Juga dalam keluarga diharapkan jangan ditimbulkan rasa diabaikan, kekurangan dan kelemahan.
Begitu juga jangan dilukai perasaan mereka dengan kritikan tajam, ejekan, cemoohan, menganggap enteng pendapat, membandingkan antara ia dengan anak-anak tetangga dan kaum kerabat.
Di antara metode yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan psikologikal dan emosional untuk mendidik anak-anaknya adalah dengan cara memberi mereka segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat. Dari sini orang tua bisa memantau perkembangan mereka apakah memiliki perilaku yang sopan dan hormat. Di samping itu pendidikan psikologikal dan emosional dapat menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan kepadanya.
Semua metode yang dijelaskan di atas di atas telah dibuktikan oleh penemuan- penemuan penelitian-penelitian dalam psikologikal dan emosional dan pendidikan. Metode penelitian tersebut juga diterima oleh logika yang waras. Juga dikuatkan oleh ajaran agama yang bertujuan untuk menanamkan rasa tenteram, harapan, dan kepercayaan diri dan menguatkan unsur kebenaran, kebaikan, keadilan dan persamaan.
Ajaran ini mengejar manusia untuk beriman kepada Allah, hari akhirat, qadha dan qadar, berharap kepada ampunan dan pertolongannya dan memperlakukan anak- anak dengan baik dan berbuat adil kepada mereka.
Diriway atkan dari Aishah: "Telah datang orang kampung kepada Nabi s.a.w. dan berkata: "Adakah kamu mencium anak-anakmu? Kami tidak menciumnya. Maka Nabi s.a.w. bersabda: "Tidakkah Allah telah mencabut dari hatimu rasa kasih say ang?" (H.R. Al Bukhari & Muslim).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, beliau berkata: "Rasulullah saw mencium Hasan bin Ali sedang Al Aqra' bin Habis Al Tamimi duduk di sampingnya. Maka Al Aqra' berkata: "Aku mempuny ai sepuluh orang anak, belum pemah aku cium seorangpun di antara mereka." Rasulullah saw memandang kepadanya lalu bersabda: "Barangsiapa tidak mengasihani dia tidak akan dikasihani". (HR AI Bukhari & Muslim).
Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim dan lain-lainnya ulama-ulama Sunnah dari Al Nu'man bin Basyir bin Saad al Ansari AL Khazraji bahwa beliau berkata: "Bapakku telah memberiku suatu hadiah. Maka Amrah binti Rawahah mengatakan: "Aku tidak rela sehingga engkau meminta persaksian Rasulullah. Beliau pun mendatangi Rasulullah s.a.w dan berkata: "Wahai Rasulullah aku telah memberikan anakku ini dari 'Amrah binti Rawahah sebuah hadiah. Dia minta saya meminta persaksian wahai Rasulullah. "Maka Rasulullah s.a.w. berkata: "Adakah engkau mempunyai anak-anak selainnya. (Dalam riwayat lain: adakah ia mempunyai saudara-saudara?) Maka Basyir menjawab: "Ya". Rasulullah bersabda: "Adakah engkau telah memberi anak-anakmu seperti ini?" Beliau menjawab, "Tidak", Lalu Rasulullah saw bersabda, "Bertaqwalah kepada Allah dan berbuat adillah di antara anak-an akmu, kembalikanlah hadiah itu. Nurman pun mengembalikan hadiah itu. (Dalam riwayat Muslim sabda Rasulullah saw: "Aku persaksikan ini kepada orang lain, sebab aku tidak bersaksi dalam kejahatan". Dalam riwayat Jabir : "Ini tidak sah, sebab aku tidak memberi saksi kecuali atas kebenaran",). Dalam riwayat Muslim dari Al Sya'abi bersabda Rasulullah saw: "Berbuat adillah di antara an ak-an akmu sebagaimana kamu suka mereka berbuat adil antara kamu".