Bahaya Kedengkian Dalam Kehidupan Beragama
ام يحسدون الناس على مااتتهم الله من فضله .... ( النساء 54 )
Artikel Terkait:
Juga berdasarkan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat ke 119 dan 120:
Kamu mencintai mereka, sedang mereka tidak mencintai kamu, padahal kamu semuanya beriman akan Kitab. Apabila mereka bertemu denganmu, mereka akan berkata: Kami telah yakin kepada Allah, dan apabila mereka meninggalkan engkau, mereka menggigit ujung-ujung jari (sebagai tanda penyesalan), disebabkan hati mereka menjadi panas. Katakan olehmu: Matilah kamu dengan kepanasan hatimu; bahwasanya Allah itu Maha Mengetahui dan menceritakan segala isi dada. Apabila kamu mendapatkan sesuatu kebajikan, sakitlah rasa hati mereka, dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu keburukan, riang gembiralah mereka. Jika kamu mau bersabar dan bertakwa, tidaklah tipu-daya mereka itu memelaratkan kami sedikit pun. Bahwasanya Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ ولاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Jauhkanlah dirimu dari sangka buruk, karena sangka buruk itu, sedusta-dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mengintai-intai, janganlah kamu memata matai manusia, janganlah kamu berlomba-lomba, janganlah kamu berdengki dengkian, janganlah kamu berbenci-bencian dan janganlah kamu belakang membelakangi. Hendaklah kamu semuanya bersaudara sebagai yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Orang Islam itu saudara orang Islam, tidak dizalimi, tidak di-aib-kan dan tidak direndahkan. Takwa itu di sini ( Nabi mengisyaratkan dengan menunjuk ke dadanya ). Cukuplah kejahatan kepada seseorang Islam dengan ia menghina saudaranya. Tiap-tiap orang Islam atas sesama Islam, haram darahnya, haram kehormatannya, haram hartanya. (Riwayat Muslim)
Juga berdasarkan Hadits:
إياكم والحسد ، فإن الحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النارالحطب. ( و راه ا بردارد )
" Jauhkanlah dirimu dari dengki. Karena dengki itu menelan segala kebajikan, sebagaimana api melalap kayu."
Juga berdasarkan Hadits:
دب إليكم داء الأمم قبلكم ، البغضاء والحسد ، هي الحالقة حالقة الدين لاحالقة الشعر ، ( رواه أحمد والترمذي )
"Telah masuk ke dalam diri kalian wahai ummatku berupa penyakit yang telah menjangkiti umat terdahulu, ialah penyakit Murka (benci) dan iri hati (dengki), penyakit itulah yang mencukur (membinasakan atau menghancurkan) Agama, bukan dengan mencukur rambut."
Juga berdasarkan Hadits:
Pengertian Hasad
Hasad, kalau kita lihat berdasarkan dalam bahasa Indonesia mengandung makna dengki. Yaitu suatu penyakit yang timbul dengan selalu berusaha atau menginginkan untuk menghilangkan nikmat yang telah diperoleh seseorang. Dia menginginkan agar nikmat dari saudaranya itu jatuh kepadanya. Atau minimal dia menginginkan nikamt itu supaya terlepas atau hilang dari orang yang didengkikan itu.
Demikianlah pengertian dengki ( hasad ) yang tidak dibenarkan Syara'. Manusia sebenarnya kerapkali dipengaruhi oleh tabiat dengki. Nabi Muhammad saw. bersabda:
ثلاث لا ينجو منهن أحد , الظن والطيرة والحسد وسأحدثكم بالمخرج من ذلك ، إذا ظننت فلا تحقق ، وإذا تطيرت فأمض ، وإذا حسدت فلا تبغ
" Manusia tidak melepaskan diri dalam hidupnya dari tiga hal: pertama, pada dirinya melekat sifat buruk sangka kepada orang lain. Yang kedua adalah memperlihatkan sesuatu tanda sial (ketidak beruntungan atau malang); dan ketiga, yaitu kedengkian seorang Muslim. Maka apabila kamu dipengaruhi buruk sangka, janganlah kamu memandang benar sangkaan itu; apabila kamu melihat suatu tanda sial, janganlah kamu surut dan apabila kamu dipengaruhi dengki, janganlah dipraktekkan maksud yang dengki itu. " ( Riwayat Ibnu Abid-Dunya, Bariqah, 11. 299 )
Jelasnya, apabila kita menyangka, bahwa seseorang berniat busuk kepada kita, janganlah sangkaan itu dipandang benar, selama belum diperoleh bukti-bukti yang nyata.
Apabila kita melihat atau mendapati tanda-tanda yang biasanya dianggap sial, janganlah membatalkan maksud lantaran melihat Tanda-tanda itu. Kalau hendak bepergian atau berjalan ke sesuatu tempat maka berjalanlah dengan selalu bertawakal kepada Allah. Apabila timbul rasa dengki pada diri kita kepada saudara atau tetangga kita maka janganlah disebut-sebut apa yang di dengki itu atau jangan diperbincangkan dan jangan pula diturutkan isi hati tersebut.
Dengan petunjuk Rasul itu, teranglah sudah mana dengki yang memberatkan pundak dan yang dihukum suatu dosa besar. Terlintas kedengki an di dalam hati, selama tidak diwujudkan tujuannya ke dalam praktek belumlah dipandang dengki yang dilarang dan dipandang pekerti busuk.
Bahasa hasad dan sebab-sebab timbulnya
Apabila di dalam suatu masyarakat timbul pendengki-pendengki yang kuat atau mempunyai kekuatan yang cukup, maka berkembanglah kekacauan, rusaklah undang-undang dan hilanglah keamanan dan ketenteraman dalam masyarakat itu. Jika yang berjangkit adalah pendengki-pendengki yang lemah, yang tidak mampu membinasakan orang yang dibencinya, maka berkembanglah kedustaan-kedustaan dan upat fitnah dalam masyarakat.
Hasut dan fitnah tumbuhnya dari dengki. Sesuatu masyarakat yang perangai dengki lebih banyak dipakai oleh anggota-anggotanya, maka masya rakat ini akan jauh dari memperoleh kesempurnaan, sebab mereka jauh dari keridaan Allah. Oleh karena itu, tugas yang paling penting dilaksanakan oleh para ulama ialah, membasmi penyakit dengki, supaya mereka dan masyarakatnya memperoleh keridaan Ilahi.
Adapun yang menjadi penyebab timbulnya kedengkian pada diri seseorang ialah penyakit takabur, penyakit 'ujub, dan penyakit hati yang merasa diri mulia dan karena keinginan mereka itu senantiasa berlomba-lomba memperoleh kebutuhan hidup. Itu disebabkan lantaran dia merasa khawatir akan hilang kenikmatan yang diperolehnya tersebut.
Tetapi mungkin juga dengki itu bukan disebabkan oleh sebab-sebab luar, tetapi sebab-sebab dari dalam. Seseorang manusia yang bertabiat buruk, baik karena warisan turunan ataupun dengan jalan pendidikan, ia senantiasa mendengki terhadap orang lain, walaupun tidak ada sebab yang nyata,
Tingkatan-tingkatan Dengki
Apabila kita perhatikan bekas-bekas dengki, maka dengki dapat dibagi kepada tiga martabat atau tingkatan:
Pertama, mengharap kehilangan nikraat orang, supaya nikmat itu berpindah kepadanya. Pendengki ini, berusaha dengan berbagai jalan, walaupun curang untuk mencelakakan orang yang didengki nya itu. Inilah golongan yang banyak terdapat, istimewa dalam golongan orang-orang yang setaraf dan sekeadaan. Khususnya di kalangan pemburu kursi dan kemegahan.
Kedua, mengharapkan kehilangan nikmat orang, baik untuk ber pindah kepadanya ataupun tidak. Tetapi ia tidak melakukan sesuatu yang menyakiti orang yang didengkikan, lantaran takut kepada Allah dan lantaran tidak suka menganiaya hamba-hamba Allah. Golongan pendengki yang begini telah membela dirinya dari siksa siksa akhirat, tetapi perlu juga mengobati dirinya dari penyakit itu.
Ketiga, mengharapkan kehilangan nikmat orang, karena benci kepadanya lantaran sesuatu sebab yang dilakukan oleh yang di dengkikan itu, yang dibenarkan oleh Agama kita mendengki karena nya. Umpamanya seseorang yang zalim, ia mempergunakan nikmat yang ada padanya untuk berbuat zalim, maka kita mengharapkan kehilangan nikmat itu dari padanya, supaya putus jalan baginya untuk membuat kezaliman.
Cara Menghilangkan Kedengkian
Jalan-jalan menyembuhkan kedengkian atau dapat juga kita sebutkan obat-obat yang menyembuhkan dengki ialahberhubungan dengan obat-obat yang menyembuhkan sebab-sebab dari kedengkian itu.
Kalau dengki lantaran takabur, hendaklah diobati takabur itu.
Kalau dengki lantaran 'ujub, hendaklah diobati ujub itu.
Kalau dengki lantaran hubbur riasah ( merebut kursi, ingin menjadi kepala ), hendaklah tabiat itu dirubah.
Dengki yang tumbuh dari tabiat buruk dan dari pendidikan yang salah, hendaklah diobati dengan menyempurnakan akal dan membaguskan pendidikan.
Ringkasnya, hendaklah diingat selalu, bahwa kekuasaan Allah mengwasi segala kekuasaan. Dan kita juga harus menyadari kedudukan seseorang yang disandang itu dengan jabatan yang tinggi itu tidaklah kekal. Kalaupun lama ia berjabat, maka yang paling lama itu adalah selama ia masih hidup atau sampai pensiun saja. Bahkan jabatan yang disandang itu akan berakhir mungkin sebelum itu. Nabi Muhammad saw, bersabda:
لاتباغضوا ولاتحاسدواولاتدابروا وكونوا عباد الله اخوانا.
"Janganlah kamu saling bermarah-marahan, janganlah pula kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membelakangi (berjauh-jauhan hati), maka hendaklah kalian semua menjadi hamba Allah yang saling bersaudara sesama Muslim
( Riwayat Ahmad, Bukhari, dan Muslim )