Tafsir Surat Al-'Ala ayat 14 dan 15
Surat Al-'Ala Ayat yang ke-14 dan 15 menjelaskan tentang orang yang beruntung adalah orang yang senantiasa menyucikan dirinya dari perbuatan tercela, mereka selalu mengingat Allah dan jiwanya tunduk kepada Allah sebagaiman firman Allah sebagai berikut:
"Sungguh telah beruntunglah orang yang menyucikan diri dan mengingat nama Tuhannya, lalu ia shalat."
Pada ayat sebelumnya dari surat Al-'Ala menjelaskan dan menguraikan tentang keadaan orang yang mengabaikan peringatan dari allah, sedang pada ayat ke-14 dan 15 ini Allah menjelaskan kesudahan keadaan bagi orang yang menyambut peringatan Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman; Sungguh telah beruntunglah orang yang bersungguh-sungguh menyucikan diri dan mengingat dengan hati serta menyebut nama Tubannya dengan lidah, lalu ia shalat.
Kata ( أفلح ) Aflaha berasal adari akar kata ( الفلح ) al-Falh yang berarti membelah, dan sini petani dinamai al-fallah karena ia mencangkul untuk membelah tanah lalu menanam benih.
Benih yang ditanam petani menumbuhkan buah yang diharapkannya. Oleh karena itu petani sangat mengaharapkan hasil panen yang baik. Memperoleh apa yang diharapkan itulah yang dinamai falah. Hal tersebut akan dapat mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan. Ini juga merupakan salah satu dari makna falah.
Ar-Raghib al-Ashfahâni membagi kebahagiaan menjadi dunia dan akhirat. Kebahagiaan duniawi mencakup asia panjang, kekayaan dan kemuliaan. sedangkan ukhrawi (akhirat) mencakup kekekalan tanpa kepunahan, kekayaan tanpa kebutuhan kemuliaan tanpa kehinaan dan pengetahuan tanpa kebodohan.
Dalam surah al-Mu'minun dari ayat pertama sampai dengan ayat sembilan, dikemukakan sifat-sifat orang-orang mukmin yang akan meraih al-Falah yaitu;
- Khusyu ' di dalam shalat,
- Menunaikan zakat,
- Menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia,
- Tidak menggunakan alat kelaminnya kecuali secara sah,
- Memelihara amanat dan janji,
- Memelihara waktu-waktu shalat.
فأما من تاب و امن وعمل صالحا فعسى أن يكون من المفلحين
"Adapun orang-orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal saleh, maka semoga ia termasuk yang beruntung"
Adapun upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka menghiasi diri dengan sifat-sifat yang shaleh lagi baik akan menjadikan seorang menjadi beruntung. Begitu juga orang mengamalkan amalan amalan yang disebut akan dapat menjadikan dirinya memperoleh keberuntungan dan dapt mensucikan jiwanya.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan ( تزكى ) tazakka yakni bersungguh-sungguh menyucikan diri.
Imam At-Thabari mejelaskan makna dari ( تزكى ) tazakka adalah sebagai berikut;
- Bermakna Orang yang menyucikan dirinya dari kesyirikan kepada Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas ( مَنْ تَزَكَّى من الشرك ).
- Orang yang Amalnya itu suci ( من كان عمله زاكيًا ).
- Orang yang bersikaf wara' dalam hidupnya sebgaimana disebutkan oleh Qatadah ( يعمل وَرِعًا ).
- juga bermakana kalimat yang suci yaitu kalimat ( لا إله إلا الله )
- Juga bermakna orang yang menyucikan dirinya dengan mengeluarkan zakat dari hartanya
Sedangkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa "Qad Aflaha Man Tazakka" berarti
طهر نفسه من الأخلاق الرذيلة وتابع ما أنزل الله على الرسول صلى الله عليه وسلم.
Artinya, dia mensucikan diri dari akhlak yang amoral dan mengikuti apa yang diturunkan Allah kepada Rasulnya.
Sedangkan Quraish Syihab menjelaskan bahwa tazakka yakni kesungguhan seseorang dalam menyucikan dirinya secara umum, bukannya seperti yang dipahami oleh sebagian ulama yang mana mereka mengartikan sebagai mengeluarkan zakat Fitrah saja.
Shalat dan zakat memang sering kali digandengkan penyebutannya oleh al Qur'an, tetapi Imam Shalat dan zakat memang sering kali digandengkan penyebutannya oleh al Qur'an, tetapi setelah mengamati redaksi ayat di atas yang menjelaskan cara / sebab meraih keberuntungan, maka agaknya sekadar shalat-apalagi shalat Idul Fitri dan zakat Fitrah-bukanlah dua hal yang cukup berat guna memperoleh imbalan ganjaran yang demikian besar.
Memahami ayat-ayat di atas, dalam arti shalat dan zakat secara umumpun, penulis tidak cen derung menyetujuinya. banyak ayat dalam al-Qur'an yang menyebutkan antara shalat dengan zakat secara bergandengan. Akan tetapi penyebutannya selalu mendahulukan shalat baru kemudian zakat.
Perhatikan misalnya ayat-ayat yang berbunyi; Aqimush shalah waatuuz-zakáh / laksanakanlah shalat dan tunaikanlah akat, padahal dalam ayat yang ditafsirkan ini, kata akat mendahului kata shalat.
Di samping itu, apabila al-Qur'ân berbicara tentang shalat ( dalam arti sembahyang ) yang terpuji, atau orang-orang yang melaksanakannya secara baik, maka kata shalat selalu didahului oleh kata; Aqimu atau yang seakar dengannya. Sedangkan ketika Al-Qur'an menjelaskan tentang pelaksanaan shalat yang tidak sempurna maka akar kata itu tidak disebutkan. seperti yang Allah jelaskan dalam surat al Ma'ün ayat ke-5 dan ayat yang ke-6.
Demikian arti azakka dalam ayat di atas bukan mengeluarkan zakat, tetapi dalam pengertian umum yakni menyucikan diri.
Kata ( ذكر ) dzakara dapat berarti menyebut dengan lidah juga menghadirkan satu dalam benak atau memantapkan kehadirannya.
Ayat 15 di atas menggambarkan bahwa seseorang yang mengambil manfaat dan peringatan peringatan Allah selalu menyadari kehadiran Allah swt dalam jiwanya dengan segala sifat-sifat-Nya Yang Maha Agung, menyadang kebesaran dan kesempurnaan-Nya. Kesadaran itu akhirnya dapat dilihat pada sikap dan tingkah lakunya.
Secara umum dapat difahami bahwa "Qad Aflaha Man Tazakka" berarti Sungguh beruntunglah orang yang bersih dirinya. Orang yang suci jiwanya dan membersihkan diri dari semua kotoran kufur, karat syirik dan dosa adalah orang yang akan mendapatkan kemenangan ( kebahagiaan ) di akhirat nanti.
"Wa dzakarasma rabbihi fa shallaa" yaitu Dan mengingat nama Tuhannya, lalu tunduklah jiwanya kepada Allah."
Di dalam hatinya dia selalu menghadirkan sifat-sifat Tuhan yang agung dan sempurna. Selalu bersembahyang dengan menundukkan jiwanya kepada kekuasaan Allah. Orang yang mengingat Tuhannya, lalu melelehkan air matanya, tentulah mengerjakan amalan saleh yang memberikan manfaat kepada dirinya.