Hadits Tentang Shalat Istisqa'
Berkenaan dengan Shalat IStisqa ada keterangan dari Abdullah ibn Zaif ra yang menerangkan berdasarkan hadits dari Rasulullah yang bunyinya:
Pada suatu han dalam khutbahnya Nabi saw. memohon kepada Allah supaya diturunkan hujan, Nabi membalikkan kain selendangnya yang sebelah kanan, ke sebelah kiri dan yang sebelah kiri ke sebelah kanan, di ketika beliau membelakangi para jamaah, menghadap kiblat untuk berdoa memohonkan hujan.
Hikmah Nabi berbuat demikian, adalah sebagai satu isyarat supaya keadaan berubah dari keadaan kemarau, ke musim penghujan dan dari keadaan yang sempit kepada yang lapang Istisqa, bermakna: " thalabas suqya dia memohon hujan.
Kata Al Qashthalany: "Hadits ini tidak menerangkan sebab Nabi pergi ke tanah lapang, cara dan waktu pergi."
Akan tetapi hal ini diterangkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Hibban dari Aisyah. " Pada suatu hari para sahabat melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang keadaan kemarau. Maka Rasul menyuruh mimbar dibawa ke tanah lapang, lalu mimbar diletakkan dan beliau menentukan hari, untuk bersama-sama mereka pergi ke tanah lapang Maka Nabi pun pergi pada pagi hari yang ditentukan Beliau duduk di atas mimbar membaca takbir dan memuji Allah, kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya kamu mengeluh karena kemarau yang sudah menghebat ini maka sesungguhnya Allah telah menyuruh kamu berdoa, firman-Nya Ud'uni astajib lakum=mohonkanlah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan dan Allah berjanji akan memperkenankannya sebagaimana firman-Nya "Waiza sa alaka ibadi 'anni faiini qaribun ujibu da' watad da'i iza da'ani" dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepada engkau tentang diri-Ku, maka Aku ini dekat Aku memperkmankan doa orang yang berdoa apabila ia memohon kepada Ku. Kemudian Nabi pun membaca "Alhamdulillahi rabbil alamin, arrahmanirrahim, maalikiyaumiddin, la ilaha illallah, yaf'alu ma yurid, allahumma anta lahu la ilaha illa anta, antal ghaniyyu wanahnu fuqara', anzil alainal ghaitsa waj'al ma anzalta alaina quwatan wa balaghan ila hinin"
Segala pugi bagi Allah Tuhan semesta alam, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang memiliki hari kiamat. Tidak ada Tuhan selain Allah la akukan apa yang la kehendaki. Wahai Tuhanku, Engkau adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau Engkau yang kaya, semua kami ini fakir berhajat kepada Engkau. Turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan itu, kekuatan bagi kami sehingga sampai kepada suatu ketika.
Kemudian Nabi pun mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau membalikkan badannya dari para jamaah ( menghadap kiblat ) dan membalikkan selendangnya. Kemudian menghadapi jamaah dan turun dari mimbar lalu bershalat dua rakaat.
Dalam keadaan itu, Allah mendatangkan awan lalu menggelegarlah suara guruh disertai sambaran kilat, kemudian hujan pun turun, dengan izin Allah Maka sebelum kembali ke masjid, seluruh alor telah banjir.
Di ketika Nabi melihat para sahabat masing-masing borgogas-pegas kembali ke rumahnya, Nabi pun tertawa seraya berkata: "Saya mengaku bahwasanya Allah Mahakuasa dan bahwasanya aku ini, adalah hamba Allah dan pesuruh-Nya."
Hadits ini gharib, sanadnya baik. Hadits ini menunjukkan bahwa disukai penguasa menghimbau manyarakat pergi ke tanah lapang untuk bersama-sama memohonkan hujan, serta memintakan mereka bertobat dan menjauhkan perbuatan yang zalim.
Kata An Nawawy "Para ulama sepakat, menetapkan bahwa istisqa maanta hujan, adalah suatu sunnah. Dalam hal itu mereka berselisih tentang apakah shalat disunnahkan untuk memohon hujan, ataukah tidak."
Kata Aba Hanifah tidak disunnahkan. Seluruh ulama yang lain menyunnatkan shalat Abu Hanifah berpegang kepada hadits-hadits istisqa ' yang di dalamnya tidak terdapat shalat Jumbur ulama berhajjah dengan hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhary, Muslim dan lain-lain bahwa Nabi bershalat istisqa doa rakaat
Hadits-hadits yang di dalamnya tidak terdapat soal shalat sebagiannya Las para peraws lapa menerangkannya dan sebagiannya karma Nabi mukupkan dengan berdoa itu dalam khutbah Jum'at Paling tinggi hadits sito menunjukkan bahwa kita boleh berdoa saja tanpa bershalat.Kata ulama Syafi'iyah " Istisqa ' itu ada tiga cara:
- Beristisqa dengan doa tanpa shalat
- Beristisqa di dalam khutbah Jum'at, atau sesudah sesuatu shalat fardhu Dan ini lebih utama dari yang pertama
- Shalat dua rakaat dan berkhutbah di suatu tempat yang luas. Sebelum pergs bershalat, lebih dahulu bersedekah, berpuasa dan bertobat Inilah yang paling sempurna.
Hadits ini dipegang oleh Asy Syafi'iy, Malik, Ahmad dan jumbur ulama untuk menyunnatkan khatib membalikkan kain selendangnya Abu Hanifah tidak menyunnatkannya. Golongan Syafi'iyah menyunnatkan, dan dilakukan makmum . Hal ini disetujui oleh Malik.
Para ulama berselisih tentang saat shalat, apakah sebelum khutbah, ataukah sesudahnya. Asy Syafi'y dan jumhur ulama berpendapat bahwa shalat istisqa dilakukan sebelum khutbah Al Laits menetapkan sesudah khutbah.
Apabila kita perhatikan hadits-hadits yang mengenai masalah ini, maka kita mendapat pengertian bahwa khutbah itu, boleh didahulukan dan boleh dikemudiankan. Asy Syafi'y dan Ibnu Jarir menyukai kita membaca takbir-takbir tambahan di permulaan shalat istisqa'.
Jumhur ulama tidak menyukainya Daud membolehkan kita membaca takbir dan membolehkan pula kita tidak membacanya Untuk shalat istisqa ' ini, tidak ada azan dan tidak ada iqamah Kita hanya disukai membaca ash shalatu jamiah, untuk memanggil manusia berkumpul.
Dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang di atas ini golongan Hanafiyah, Malikiyah dan Hanbaliyah menetapkan bahwa waktu shalat istisqa ', ialah sama dengan waktu shalat led. Golongan Syafi'iyah berpendapat, tidak ada waktu yang tertentu, boleh malam, boleh siang. Akan tetapi waktu ikhtiamya, salah waktu shalat led
KesimpulanHadits ini menunjukkan kepada disukai khatib membalikkan kain selendangnya di pertengahan khutbah istisqa'.
Dalam Buku Mutiara Hadits Jilid 3 Oleh Hasbi Ash-shiddieqy