Keutamaan Menghafal Al-Qur'an
Banyak hadits Rasulullah saw, yang mendorong untuk menghafal Al Qur'an atau membacanya. Sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah. Seperti hadits riwayat Ibnu Abbas secara marfu:
إن الذي ليس في جوفه شيء من القرآن كالبيت الحرب
"Orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh." (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas, kedudukan Hadits ini Hasan Shahih)
Baca juga:
- Hukum Berkenaan Dengan Wanita Yang Menghadiri shalat Ied
- Syarah Hadits Arbain An-Nawawi Yang ke-18 Tentang Adab Mulia Dalam Islam
Dan, Rasulullah saw. memberikan penghormatan kepada orang-orang yang mempunyai keahlian dalam membaca Al-Qur'an dan menghafalnya, memberitahukan kedudukan mereka, dan mengedepankan mereka di bandingkan orang lain.
Abi Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah saw. mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al-Qur'an mereka. Setiap laki-laki ditanya kan seberapa banyak hafalan Al-Qur'an mereka. Kemudian, yang paling muda ditanya oleh Rasulullah saw., "Berapa banyak Al-Qur'an yang telah engkau hafal, hai Fulan ?" la menjawab, "Aku telah hafal surat ini dan surat ini, serta surat al-Baqarah." Rasulullah saw. kembali bertanya, " Apakah engkau hafal surat al-Baqarah ?" la menjawab, "Betul." Rasulullah saw bersabda, " Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu." Salah seorang dari kalangan mereka yang terhormat berkata, "Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surat al-Baqarah semata karena aku takut tidak dapat menjalankan isinya." Mendengar komentar itu, Rasulullah saw. bersabda:
تعلموا القرآن واقرءوه ، فإن مثل القرآن لمن تعلمه فقرأه ، كمثل جراب محشو مسكا ، يفوح ريحه في كل مكان. ومن تعلمه فيرقد -وهو في جوفه-فمثله كمثل جراب أوكي على مسك
"Pelajarilah Al-Qur an dan bacalah, sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur an dan membacanya adalah seperti tempat air penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar ke mana-mana. Dan barangsiapa orang yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al Qur an adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik." (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan)
Itu kedudukan mereka di dunia. Ketika mereka meninggal dunia, Rasulullah saw mendahulukan orang yang menghafal lebih banyak dari yang lainnya, seperti yang terjadi ketika mengurus syuhada Perang Uhud.
Di antara mereka adalah tujuh puluh orang yang syahid dalam kejadian Biru Ma'unah yang terkenal dalam sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik. Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
يجيء صاحب القرآن يوم القيامة ، فيقول القرآن: يا رب حلـه فيلبس تاج الكرامة ، ثم يقول: يا رب زده ، فيلبس حلة الكرامة , ثم يقول: يا رب ارض عنه، فيرضى عنه ، فيقال له: اقرأ وارق ، ويزداد بكل آية حسنة
"Penghafal Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Qur'an akan berkata, " Wahai Tuhanku, pakaikanlah pakaian untuknya. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah ( kehormatan ). Al-Qur an kembali meminta, "Wahai Tuhanku tambahkanlah." Lalu orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al-Qur an memohon lagi, " Wahai Tuhanku, ridhailah dia. Allah SWT pun meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu,' Bacalah dan teruslah naiki ( derajat derajat surga ). Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan." (Hadits diriwayatkan oleh Tirmiئi dan ia menilainya hadits hasan ( 2916 ), Ibnu Khuzaimah, al Hakim, ia menilainya hadits sahih, serta disetujui oleh adz-Dzahabi)
Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghafal dan ahli Al-Qur'an saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al-Qur'an. Buraidah mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
من قرأ القرآن ، وتعلمه وعمل به ، ألبس يوم القيامة تاجا مـن نور ، ضوعه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والده حلتين ، لا يقوم لهما الدنيا ، فيقولان: بم كسينا هذا ؟ فيقال: بأخذ ولدكما القرآن
"Siapa yang membaca Al-Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah ( kemuliaan ) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, " Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an." (Hadits diriwayatkan oleh al-Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim)
Kedua orang itu mendapatkan kemuliaan Tuhan karena keduanya berjasa mengarahkan anaknya untuk menghafal dan mempelajari Al-Qur'an semenjak kecil Dan, dalam hadits terdapat dorongan bagi para bapak dan ibu untuk mengarahkan anak-anak mereka untuk menghafal Al-Qur'an semenjak kecil.
Dan pengertian kata ashfaruha adalah yang paling kosong dari kebaikan dan berkah. Al-Munziri meriwayatkan dalam kitab at-Targhib wat Tarkib dengan kata ashghar al-buyut dengan ghain bukan fa. Dan maknanya adalah rumah yang paling hina kedudukannya, dan paling rendah nilainya.
Para Penghafal Al-Qur'an dari Kalangan Sahabat
Al-Bukhari meriwayatkan dari Qatadah, "Aku bertanya kepada Anas bin Malik," Siapa yang menghafal Al-Qur'an pada masa Rasulullah saw. ? " Ia menjawab, Empat orang, seluruhnya dari kalangan Anshar, yaitu Mu'adz, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid ( salah satu paman Anas )."
Dalam riwayat yang lain Anas berkata, "Ketika Rasulullah saw, wafat, hanya ada empat orang yang hafal Al-Qur'an, yaitu Abu Darda, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsatbit, dan Abu Zaid." Para ulama berselisih pendapat tentang siapa namanya. Ibnu Hajar mengatakan bahwa aku kemudian mendapatkan pada Ibnu Abi daud yang menghilangkan kesulitan ini karena ia meriwayatkannya dengan sanad sesuai syarat Bukhari kepada Tsumamah dari Anas bahwa Abu Zaid yang mengumpulkan Al-Qur'an itu, namanya adalah Qias bin as Sakan. la mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki dari kami, dan Bani Adi bin an-Najar, salah seorang anak pamanku, dan ia meninggalkan tanpa mempunyai keturunan, kemudian kami mewariskannya. Ia adalah salah seorang anggota Baiat Aqabah dan pahlawan perang Badar.
Riwayat ini bertentangan dengan riwayat lainya dari dua segi. Pertama, menggunakan redaksional hashr pembatasan pada empat orang. Kedua, menyebut Abud Darda sebagai ganti Ubay bin Ka'ab. Beberapa imam menolak pembatasan sahabat yang hafal hanya empat orang. Dan, mereka menakwilkan bahwa perkataan seperti itu adalah dalam batas sepengetahuannya. Sebab, para penghafal lebih banyak dari itu bilangannya seperti telah diketahui dengan yakin. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Amru ia mengatakan Rasulullah saw. bersabda:
خذوا القرآن من أربعة: من عبد الله ابن مسعود ، و سالم ( مولى أبى حذيفة) و معاذ ، وأبي ابن كعب ؟
"Pelajarilah Al-Qur an dari empat orang, yaitu dari Abdullah bin Mas'ud, Salim ( maula Abi Huzaifah ), Mu'adz, dan Ubay bin Ka'ab."
Dua yang pertama adalah dari kalangan Muhajirin. Hadits yang mengakui keutamaan empat orang dari kalangan Anshar itu tidak menafikan keberadaan yang lainnya yang hafal Al-Qur'an pada saat itu. Banyak sahabat yang menghafal Al-Qur'an seperti hafalan empat orang itu, atau lebih bagus.
Dalam riwayat yang sahih dalam Perang Bi'ru Ma'unah yang terbunuh dalam kejadian yang dikenal dengan al-Qurra ( para penghafal Al-Qur'an ). Bilangan mereka adalah tujuh puluh orang Al-Qurthubi memberikan komentar atas perkataan Anas tadi."
Pada saat Perang Yamamah ( perang melawan gerakan murtad ) ada tujuh puluh qurra yang syahid, dan pada masa Nabi saw. di Bi'ru Ma'unah sejumlah yang sama juga mendapatkan mati syahid. Anas menyebutkan hanya empat orang itu adalah karena ia amat dekat dengan keempatnya, atau pada saat itu yang ia ingat adalah empat orang itu." Sementara al-Hafiz Ibnu Hajar menjelaskan bahwa yang dimaksud oleh Anas itu adalah dari kalangan Khazraj, tidak termasuk suku Aus.
Seperti diriwayatkan oleh Ibnu Jarir darinya ia berkata, "Dua suku Aus dan Khazraj berbangga-bangga. Aus berkata, Di antara kami ada yang membuat 'Arsy bergetar, yaitu Sa'ad bin Mu'adz, ada yang persaksiannya dihitung dua persaksian laki-laki, yaitu Khuzaimah bin Tsabit, dan yang dimandikan oleh malaikat, yaitu Hanthalah bin Abi Amir, dan orang yang dijaga oleh sekawanan lebah, yaitu Ashim bin Abi Tsabit. Suku Khajraz berkata, Dari kami ada empat orang yang menghafal Al-Qur'an dengan baik, tidak seperti orang lain... " dan ia menyebutkan namanya.
Al-Hafizh as-Suyuthi menyebutkan wanita yang menghafal Al-Qur'an, yang menurutnya tidak ada orang lain yang menyebutnya, yaitu Ummu Waraqah binti Abdillah bin al-Harits. Dan, Rasulullah saw. pernah menziarahinya dan menamakannya dengan syahidah. Rasulullah saw. memerintahkannya untuk mengimami keluarganya dalam shalat.
Pada masa kekhalifahan Umar, wanita itu terbunuh oleh hambanya. Umar berkata, "Benarlah Rasulullah saw., beliau pernah bersabda:
انطلقوا بنا نزور الشهيدة
"Mari kita berangkat menziarahi wanita syahidah."
Dalam hadits sahih diriwayatkan ia membangun masjid di depan rumahnya, membaca Al-Qur'an di sana, dan ia ditandu saat sakit menimpanya. Ia mengatakan bahwa ini tidak diragukan lagi karena kesungguhan Abu Bakar untuk menerima Al Qur'an langsung dari Nabi saw., ditambah keseriusan hatinya untuk menerima Al-Qur'an. Keduanya sama-sama berada di Mekah, dan pergaulan keduanya amat akrab, sehingga Aisyah r.a. berkata, "Rasulullah saw. mendatangi mereka setiap pagi dan petang. Dalam hadits sahih Rasulullah saw, bersabda:
يوم القوم أقرؤهم لكتاب الله
"Yang menjadi imam suatu kaum adalah orang yang paling pandai membaca kitab Allah." (Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim serta para pemilik Sunan dari Abi Mas'ud).
Rasulullah saw. mengedepankan Abu Bakar ra. untuk menjadi imam shalat di kalangan Muhajirin dan Anshar. Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling menguasai dan menghafal Al-Qur'an dibandingkan dengan yang lain. As-Suyuthi mengatakan bahwa pendapat ini telah dikemu kakan oleh Ibnu Katsir sebelumnya.
la mengatakan bahwa Ibnu Abi Daud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi ia berkata, "Pada masa Rasulullah saw. ada lima orang Anshar yang menghafal Al-Qur'an, yaitu Mu'adz bin Jabal, Ubadah bin Shamit, Ubay bin Ka'ab, Abud Darda, dan Abu Ayyub al-Anshari." Di sini ia menambahkan bilangan yang telah disebut oleh Anas, yaitu Ubadah dan Abu Ayyub.
Abu Ubaid menyebutkan dalam kitab al-Qira'at para al-Qurra dari kalang an sahabat Rasulullah saw.. Dari kalangan Muhajirin adalah khalifah yang empat, Thalhah, Sa'ad, Ibnu Mas'ud, Hudzaifah, Salim, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib, Abadilah, Aisyah, Hafshah, dan Ummu Salamah. Sedangkan dari kalangan Anshar adalah Ubadah bin Shamit, Mu'adz yang mempunyai nama panggilan Abu Halimah, Majma' bin Jariah, Fadhalah bin Ubaid, dan Muslammah bin Mukhallad. Ia mengatakan bahwa sebagian dari mereka telah menyempurnakan hafalannya setelah Rasulullah saw, wafat.
As-Suyuthi mengatakan bahwa Ibnu Abu Daud memasukkan juga Tamim ad-Dari dan Uqbah bin Amir. Ia mengatakan di antara penghafal juga ada Abu Musa al-Asy'ari, seperti yang disebut oleh Abu Amru ad-Dani.
Tentunya pada masa sahabat, jumlah penghafal Al-Qur'an tidak sebanyak pada masa sekarang ini karena mereka mempelajari Al-Qur'an sekaligus ilmu dan amalnya.
Oleh karena itu, Umar mengatakan bahwa jika seseorang telah mem pelajari surat al-Baqarah dan Ali Imran, maka ia telah tampak terhormat di mata kami. Artinya, ia menjadi orang yang mempunyai kehormatan dan kedudukan di mata mereka.
Saat Umar mengkhatamkan surat al-Baqarah, ia menyembelih unta sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT atas nikmat itu. Ketika saya masih kecil, jika telah mengkhatamkan surat al-Baqarah kami membuat acara, dan kami namakan itu sebagai al-Khatmah ash-Shughra khataman kecil. Sedangkan al-Khatmah al-Kubra khataman besar adalah dengan menyempurnakan menghafal Al-Qur'an seluruhnya.
Ini tidak aneh karena Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah saw:
ولا تجعلوا بيوتكم مقابر ، وإن البيت الذي تقرأ فيه البقرة لا يدخله الشيطان
"Jangan jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan karena rumah yang dibacakan surat al-Baqarah di dalamnya tidak dimasuki oleh setan." (Hadits diriwayatkan dengan lafal ini oleh at Tirmizi dalam Tsawab al-Baqarah ( 2780 )
Dari Abi Umamah al-Bahili dia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
اقرء وا سورة البقرة ، فإن أخذها بركة ، وتركها حسرة ، ولا يستطيعها البطلة
"Bacalah surat al-Baqarah karena membacanya membawa berkah, dan meninggalkannya adalah penyesalan, dan orang yang membacanya tidak dapat disihir ( teluh atau santet ). (Hadits diriwayatkan oleh Muslim dalam Shalatul Musafirin)
Artinya, para penyihir tidak dapat mencapai sasarannya. Ibnu Mas'ud berkata, "Al-Qur'an ini adalah hidangan Allah SWT, maka barangsiapa yang dapat mempelajari sesuatu dari Al-Qur'an hendaknya ia mempelajarinya. Sebab, rumah yang paling kosong dari kebaikan adalah rumah yang di dalamnya tidak ada sedikit pun kitab Allah SWT. Rumah yang tidak ada sesuatu pun di dalamnya dari kitab Allah adalah seperti rumah yang bobrok yang tidak berpenghuni. Dan setan akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al-Baqarah. Bahkan Ibnu mas'ud menyebutkan bahwa segala sesuatu mempunyai puncak dan puncak Al-Qur'an adlah surat Al-Baqarah.
Referensi dari Buku Berinteraksi Dengan Al-Qur'an Tulisan Yusuf Al-Qaradhawi