Lulusan TK dan Pakaian Toga
Sebagian mahasiswa yang sempat saya tanya ketika itu tidak semuanya memberikan jawaban yang benar. Begitu juga yang berhubungan dengan nilai filosofi dari pakaian dan topi toga yang dipakai saat wisuda itu. Banyak di antara mereka yang tidak menjelaskan secara benar. Mereka hanya bisa mengatakan bahwa secara umum wisuda itu tanda lulus semua mata kuliah.
Nah, perlukan anak-anak TK, SD/ SMP dan siswa SLTA meninggalkan sekolahnya itu harus dengan upacara wisuda? Berpedoman kepada Kurikulum yang merupakan "kitab suci" Sekolah di Republik ini tidak ada syarat wisuda untuk lulus sekolah.
Pun begitu mari kita pelajari asal muasal wisuda. Berdasarkan sejumlah sumber, wisuda di mulai dari abad 2 SM. Sedangkan pakaian dan topi toga berasal dari pakaian masa Romawi. Pakaian dan topi toga itu mengandung sejumlah pesan. Hitam atau gelap pada toga adalah simbolisasi dari misteri atau kegelapan yang telah berhasil dikalahkan seorang sarjana melalui pendidikan di bangku kuliahan.Tidak hanya warna pakaian atau jubah toga yang memuat filosofi mendalam, tetapi ada filosofis dari bentuk persegi topi toga. sudut-sudut persegi pada topi toga menyimbolkan seorang sarjana dituntut untuk berpikir rasional serta memandang segala sesuatu hal dari beraneka sudut pandang.
Begitu pula dengan seremoni kuncir tali di topi toga dipindah dari kiri ke kanan. Seremoni ini memiliki makna masa kuliah yang lebih banyak menggunakan otak kiri, dan setelah lulus diharapkan dapat menggunakan otak kanan yang berhubungan dengan aspek kreativitas, imajinasi, serta inovasi, dan aspek soft skill lainnya.Di Kabupaten Bireuen kegiatan wisuda anak TK,SD/SMP dan SLTA mulai marak dalam satu dekade ini. Pertama, wisuda yang dilakukan untuk mahasiswa menular kepada anak TK. Di hari akhir sekolah anak-anak TK itu didandani jubah dan topi toga. Hal ini diikuti oleh Sekolah Dasar (SD/ SMP) dan berlanjut pada anak SLTA.
Mengapa harus wisuda? Hal itu pernah saya tanyakan kepada sejumlah kepala Sekolah. Kata mereka wisuda itu keinginan dari pihak orangtua siswa yang disampaikan melalui Rapat Komite Sekolah.Tetapi ada pula yang berterus terang memberikan jawaban wisuda itu untuk menarik minat orangtua sehingga rela menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Naif memang.Sekarang kegiatan wisuda yang mulanya dipraktikkan pada mahasiswa dan menular kepada anak-anak TK dan merambat lagi kepada SD/SMP, SLTA banyak yang mengkritik.
Menurut sebagian orangtua siswa, kegiatan itu merupakan bentuk pemborosan. Diharapkan oleh sejumlah orangtua anak, kegiatan wisuda sudah semestinya tidak dilakukan lagi, sebab memberatkan bagi mereka yang berpenghasilan rendah."Kalaupun harus juga diwisudakan, maka pakaian yang digunakan bukan jubah dan topi toga. Ini mengeluarkan biaya besar. Kasihan kami yang miskin ini,"ujar seorang kawan ngopi pagi.
Begitu pula kepada pihak dinas terkait, sekolah negeri supaya dilarang membuat program yang menyusahkan masyarakat kecil."Pemerintan harus menyukseskan program pemerintah tentang pendidikan, bukan menyukseskan pihak tertentu untuk mendapatkan syafaat dari bisnis wisuda",sebut kawan ngopi itu.
Selain itu, pakaian dan topi toga yang dipajaikan pada wisuda anak TK,SD/SMP dan SLTA juga tidak membawa pesan yang pas untuk kegiatan itu. Bukankan warna (hitam) pada pakaian toga memberikan makna kalau anak itu telah berakhir masa gelap melalui proses belajar di bangku kuliah? Sementara anak TK,SD/SMP dan SLTA masih terus bergelut untuk menembus kegelapan.(Kutipan dari FB Adi Djuli tentang Lulusan TK dan Pakaian Toga)