Tanda-tanda Kenabian
Pertama, berdasarkan akal yang hanya diketahui oleh orang-orang istimewa, ulul bashair.
Kedua, berdasarkan pancaindera yang dapat diketahui oleh orang-orang yang mempunyai sedikit kecerdasan.
Tanda-tanda ini, ialah: Asal-usul nabi yang bersih suci.
Rupa dan bentuk badannya yang menarik dan harmonis, yang menyedap menyenangkan mata memandangnya. Ilmu pengetahuannya yang menyilaukan mata dan dalil-dalil yang lebih dahulu lahir sebelum menjadi nabi.
Tegasnya, seseorang nabi itu dilahirkan di tanah yang paling mulia dalam alam, dari keluarga yang berakal sempurna. Itulah gerangan sebabnya nabi-nabi itu tidak dibangkitkan dari antara keluarga yang dungu-dungu dan dari keluarga yang rendah budi.
Nabi-nabi itu mempunyai akhlak yang mengikat hati manusia, mempunyai cahaya yang mempautkan jiwa, mempunyai tutur kata yang logis, sistematis, berdasarkan argumentasi yang jitu.
Tanda-tanda ini, sebenarnya telah cukup untuk di terima oleh orang yang mempunyai penglihatan mata-hati. Inilah dasarnya Abu Bakar ash-Shiddiq langsung membenarkan Muhammad di kala dikemukakan kepadanya tentang iman, tauhid dan tanzih.
Mukjizat yang dapat dirasa oleh pancaindera, dapat dilihat mata biasa. Mukjizat mukjizat itu dibunuhkan oleh mereka yang tidak dapat membedakan antara Kalam Ilahi dengan kalam baryani ( tutur-kata manusia ) dan oleh ereka yang bebal, tidak mau menurut sebelum melihat tanda-tanda yang har biasa.Terjadinya mukjizat-mukjizat itu tidak ditolak oleh akal. Karena sesudah kita mengakui ada Tuhan yang Fa-il Mukhtar ( yang menciptakan sesuatu menurut kemauan-Nya sendiri ), menjadikan soal mukjizat itu, soal yang harus dalam pertimbangan akal.
Juga tidak diingkari oleh para hukama, karena para hukama itu menetapkan bahwa jiwa yang suci bersih mempunyai kekuatan yang dapat memberi bekas pada tubuh-tubuh yang terdapat di alam dunia ini.
Pengetahuan yang Diberitakan Nabi Banyak Sekali yang Tidak Dapat Dicapai oleh Kekuatan Akal Filosof dan Hukama
Para penuntut yang mempelajari buku-buku falsafah lama dan falsafah baru, akan menghadapi berbagai macam penetapan yang berlain-lainan, yang satu sama lainnya bertentangan. Pembicaraan mereka tentang soal ketuhanan dan alam-alam tinggi, pendek sekali dan kebanyakannya bercampur-baur antara kebenaran dengan kebatilan, walaupun mereka diakui dalam dan luas dalam memperkatakan soal-soal alam. Seterusnya kebanyakan ahli falsafah itu mengakui, bahwa mereka masih dalam periode kanak-kanak, masih dalam memeriksa dan menyelidiki.
Di samping itu, ahli falsafah itu tidak mendapat wahyu ketuhanan. Lantaran ini, warta-berita gaib yang diberitakan para nabi, yang sumbernya hanya wahyu, tidak dapat para filosof mengetahuinya. Lantaran demikian, ahli falsafat tidak boleh menolak kebenaran berita yang dikabarkan nabi.
Apalagi harus dimaklumi, bahwa tidak mengetahui, tidak berarti tidak adanya yang tidak diketahui ini. Selanjutnya, nabi-nabi itu walaupun jauh berselang masa yang seorang dengan yang lain, berlain-lainan bahasa dan syariatnya yang dibawa, namun semuanya sehaluan dan setujuan dalam menyeru umat. Mereka menyeru umat kepada pokok-pokok agama yang satu.
Para filosof bermacam-macam syariat nya, bermacam-macam anutannya, bahkan saling bertentangan, yang mem bawa kepada kebingungan bagi pengikut-pengikutnya. Karena itu, betapakah kita rela mengikuti falsafat seseorang filosof dengan membelakangi kitab nabi-nabi yang bersatu tujuan dan haluan itu ?
Sebenarnya, tidak kelihatan kepada ahli falsafah hakikat-hakikat yang diperlukan, adalah lantaran mereka tidak mau memutar roda pembahasan mengenai kitab-kitab nabi; dan karena tidak sampai paham mereka kepada menyelami isi kitab-kitab itu. Wajibkah Tuhan mengutus rasul-Nya ?
Kata ahli falsafah: “Mengutus rasul itu, wajib ". Kata ahli kalam " Mengutus rasul itu suatu ke-jaiz-an pada hak-hak Allah; bukan wajib dan bukan mustahil, walaupun mengutus rasul itu mengandung hikmat dan maslahat "
Hikmat Tuhan Membangkitkan Muhammad SAW.
Mereka yang sadar, yang melepaskan diri dari menuruti hawa nafsu yang rugi-menyesatkan dapat meyakini, bahwa manusia seluruhnya membutuhkan kedatangan Rasul Muhammad saw.
Di kala Muhammad dibangkitkan Allah untuk menjadi obor dunia penyuluh alam, penghuni dunia pada waktu itu dalam kekacauan yang mengerikan. Ada masyarakat di kala itu yang menyerupakan Allah dengan makhluk. Ada yang mengingkari nama-nama Allah. Ada yang menyembah berhala, menyembah patung dan sebagainya.
Maka dengan limpah kurnia Allah jua, untuk melepaskan insan dari kebingungan dan kesesatan, Tuhan membangkitkan Muhammad buat petun juk. Menyatu-padukan manusia yang telah bercerai-berai dan porak-poranda. Menegakkan kedaulatan yang adil yang menjamin kesejahteraan politik, ekonomi dan sosial, menjamin terpelihara hak perseorangan, hak masyarakat dan hak negara / pemerintahan.
Bila diselidiki perjalanan sejarah dewasa itu, maka yakinlah bahwa kedatangan Muhammad tepat benar dengan masa, sesuai benar dengan kebutuhan pergaulan hidup bani insan di alam bumi ini.
Kedatangan Muhammad itu adalah suatu nikmat Allah kepada hamba-Nya yang sangat besar, yang melebihi segala nikmat-nikmat yang lain. Kebangkit an Muhammad itu adalah untuk melepaskan umat manusia dari kebinasaan dan kehancuran.