HADITS MEMPERBANYAK AMAL DIUSIA LANJUT
قَالَ الله تَعَالىَ : {أَوَ لَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ الَّنذِيْرُ}
100- الأول : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَِبيِّ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : "أَعْذَرَ الله ُإِلَى امْرِىٍء أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً" رَوَاهُ البُخَارِي
114. Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ”Allah telah memberi kesempatan kepada seseorang yang dipanjangkan usianya sampai enam puluh tahun.” (HR. Bukhari)101- الثَانِي : عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُما، قَالَ : كَانَ عُمَرُ رَضِيَ الله عَنْهُ يُدْخِلُنيِ مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ فَكَأَنَّ بَعْضَدهُمْ وَجَدَ فيِ نَفْسِهِ فَقَالَ : لمَ ْيَدْخُلْ هَذَا مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مثِلْهُ ُ؟! فَقَالَ عُمَرُ : إِنَّهُ مِنْ حَيْث ُعَلِمْتُمْ ! َفدَعَانَي ذَاتَ يَوْمٍ فَأَدْخَلَنيِ مَعَهُمْ فَمَا رَأَيْتُ أَنَّهُ دَعَانيِ يَوْمَئِذٍ إِلاَّ ِلُيِرَيهُمْ قَالَ : مَا تَقُوْلُوْنَ فِي قَوْلِ اللهِ {إِذَا جاَءَ نَصرْ ُاللهِ وَالْفَتْحَ} فَقَالَ بَعضُهُمْ : أُمِرْنَا نَحْمَدُ الله َ وَنَسْتَغْفِرُهُ إِذَا نَصَرْنَا وَفَتَحَ عَلَيْنَا، وَسَكَتَ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا. فقَالَ لِي : أَكَذَلَِكَ تَقُوْلُ يَاابْنَ عَبَّاسٍ؟ فَقُلْتُ : لاَ, قَالَ : فَمَا تَقُوْلُ؟ قُلْتُ : هُوَ أَجَلُ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وسَلَّم أَعْلَمَهُ لَهُ قَالَ: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَاْلفَتْحُ} وَذَلِكَ عَلاَمَةُ أَجَلِكَ {فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا} فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ الله ُ عَنْهُ : مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلاَّ مَا تَقُوْلُ، رَوَاهُ البُخَارِِيُّ
115. Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata, “Umar mengajakku menghadiri sebuah diskusi yang diikuti oleh orang-orang yang pernah ikut dalam perang Badar yang terdiri dari orang tua, seakan-akan saya disejajarkan dengan mereka, kemudian ada seorang yang bertanya, ‘Kenapa pemuda ini dimasukan dalam kelompok kita, padahal kita juga punya anak yang sebaya umurnya dengannya?’. Umar menjawab, ‘Itu pendapat kalian?’. Pada suatu hari Umar memanggil saya, dan saya datang bersama-sama dengan para sahabat, dan saya tahu bahwa Umar memanggil saya pada hari itu adalah untuk menunjukan kelebihan saya pada mereka. Kemudian Umar berkata, ‘Apakah pendapat kalian atas firman Allah yang berbunyi, Idzaa Jaa-a Nashrullaahi wal Fath ?. Salah seorang di antara mereka menjawab, ‘Kami diperintahkan untuk memuji dan memohon ampunan kepada Allah apabila kita menerima pertolongan dan kemenangan.’ Para sahabat yang lain terdiam, kemudian Umar bertanya kepadaku, ‘Apakah pendapatmu juga seperti itu wahai Ibnu Abbas?’. Saya menjawab, ‘Tidak.’ Umar bertanya lagi, ‘Lalu bagaimana pendapatmu?’. Saya menjawab, ‘Allah menginformasikan kepada Rasulullah SAW, bahwa ayat itu merupakan isyarat dekatnya kewafatan beliau. Yaitu Allah berfirman. Idzaa Jaa-a Nashrullaahi wal Fath (Apabila telah datang pertolongan dan kemenangan dari Allah), itu adalah tanda dekatnya Ajalmu wahai Muhammad, maka sucikanlah dengan memuji kepada Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya karena Dialah Zat yang Maha Penerima Tobat.” Kemudian Umar RA berkata, ‘Saya tidak mengetahui kandungan ayat secara lebih mendalam kecuali setelah saya mendengar darimu.’” (HR. Bukhari)102- الثَالِثُ : عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : مَا صَلىَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةً بَعْدَ أَنْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ} إِلاَّ يَقُوْلُ فِيْهَا : "سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللََّهُمَّ اغْفِرْليِ" مُتَفَقٌ عَلَيْهِ.
116. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Sesudah turunnya ayat, ‘Idzaa Jaa-a Nashrullaahi wal Fath’ Dalam shalatnya beliau membaca, ‘Subhaana Rabbanaa Wabihamdika Allaahummaghfirlii.’ (Maha suci engkau wahai tuhan kami, dengan memuji-Mu ya Allah, ampunilah saya).’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain, “Aisyah berkata, ‘Rasulullah SAW sebelum meninggal dunia memperbanyak bacaan, ‘Subhaana Rabbanaa Wabihamdika Allaahummaghfirlii.’ dalam rukuk dan sujudnya, untuk memenuhi perintah Al-Qur’an.Dikatakan dalam riwayat Muslim, ‘Rasulullah sebelum wafatnya memperbanyak bacaan, ‘Subhaanaka wabihamdika Astaghfiruka Wa Atuubu Ilaika’ (Maha suci Engkau ya Allah, saya mohon ampunan dan bertobat kepada-Mu), kemudian Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah pengertian dari bacaanmu?’ Beliau menjawab, ‘Aku diberi tanda tentang umatku, bila saya melihat tanda itu, maka saya membaca kalimat, ‘Idzaa Jaa-a Nashrullaahi wal Fath’, sampai akhir surat. Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW senantiasa memperbanyak bacaan, ‘Subhaanallaahu Wabihamdihi Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaih,’. Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah mengapa engkau sekarang memperbanyak bacaan, ‘Subhaanallaahu Wabihamdihi Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaih,’. Beliau menjawab: “Tuhan telah memberitakan bahwa apabila saya melihat tanda tentang ummatku, maka saya memperbanyak bacaan, ‘Subhaanallaahu Wabihamdihi Astaghfirullaaha Wa Atuubu Ilaih,’. dan aku benar-benar telah melihat tanda tersebut, yaitu dengan turunnya surat yang artinya, ‘Apabila telah dibukakan kota Mekkah, dan kamu melihat manusia memeluk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.”
103- الرَّابِعُ : عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ تاَبَعَ الْوَحْيَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ وَفَاتِهِ حَتَّى تُوُفِّيَ أَكْثَرَ مَا كَانَ الْوَحْيَ عَلَيْهِ، مُتَفَقٌ عَلَيْهِ.
118. Dari Anas RA, ia berkata, “Sesungguhnya Allah selalu menyambung wahyu kepada Rasulullah SAW, terutama menjelang kewafatan beliau, sampai detik-detik kewafatannya, beliau masih sering menerima wahyu.” (HR. Bukhari dan Muslim)104- الخَامِسُ : عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَِبيُّ صَلىَّ الله ُعَلَيْهِ وسَلَّم َ: "يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا ماَتَ عَلَيْهِ", رَوَاهُ مُسْلِم.
118. Dari Jabir RA, ia berkata, “Nabi SAW bersabda, ‘Setiap hamba akan dibangkitkan dari kuburnya sesuai dengan keadaannya ketika ia wafat.’” (HR. Muslim)[1] Abdullah bin Abbas dan para ahli Tahqiq menafsirkan ayat ini, ‘Bahwa yang dimaksud dengan ‘memanjangkan umur’ di sini adalah ‘enam puluh tahun.’. Pendapat ini dikuatkan oleh hadis-hadis pendukung dalam bab ini.
Adapula yang mengartikannya dengan delapan belas dan empat puluh tahun. Pendapat ini diperpegangi oleh Al Hasan dan al Kalbiy yang juga dinukil dari pendapat Abdullah bin Abbas