Hadits Tentang Sabar
Hadits tentang sabar yang terdapat dalam riadhussalihin An-Nawawi adalah sebagai berikut:
Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman bersabarlah[1] kamu dan kuatkanlah kesabaranmu[2]”. (Qs. Ali Imran: 200)قَالَ الله ُتَعَالَى: "وَ لَنَبْلُوَ نَّكُمْ [3] بِشَيْئٍ مِنَ الْخَوْفِ وِ الْجُوْعِ وَ نَقْصٍ مِنَ اْلَأمْوَالِ وَ الَأنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ". (البقرة : 155).
قَالَ الله ُتَعَالَى: "اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوا إنَِّ لله وَ إِنَّ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ". (البقرة: 156)
قَالَ الله ُتَعَالَى: "إَنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ" (الزمر: 10)
قَالَ الله ُتَعَالَى: "وَلِمَنْ صَبَرَ وَ غَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُوْرِ". (الشورى: 43)
قَالَ الله ُتَعَالَى: "وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلَاةِ. إِنَّ الله مَعَ الصَّابِرِيْنَ". (البقرة: 153)
قَالَ الله ُتَعَالَى: "وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِيْنَ مِنْكُمْ وَ الصَّابِرِيْنَ". (محمد: 31)
26 - وَعَنْ أَبِي مَلِكِ اَلْحَارِثُ بْنِ عَاصِم الأشعِرْي رَضِيَ الله عَتْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله r : »
14. Dari Abu Malik al-Haris bin Ashim al-Asy’ari RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman[5], membaca Alhamdulillah dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi semua yang ada di antara langit dan bumi, Shalat itu adalah cahaya, sedekah itu adalah bukti (keimanan), sabar itu adalah pelita dan al-Quran untuk berhujjah (beragumentasi) terhadap yang kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya[6], kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya”. (HR. Muslim).
27. Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Malik Sinan al-Khudriy RA., ia berkata: “Ada beberapa sahabat Anshar meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW, maka beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan beliaupun memberinya sehingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika beliau memberikan semua yang ada di tangannya, beliau bersabda kepada mereka: “Semua kebaikan yang ada padaku tidak akan aku sembunyikan pada kalian. Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah pun akan menjaganya dan siapa saja yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Serta siapa saja yang menyabarkan dirinya, maka Allah pun akan memberikan kesabaran. Dan seseorang tidak akan mendapatkan anugerah lebih baik dan lebih lapang melebihi kesabaran”. (HR. Bukhari dan Muslim).
28. Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan RA, ia berkata; “Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh mengagumkan keadaan orang mukmin. Keadaan mereka senantiasa mengandung kebaikan. Dan tidak terjadi yang demikian itu, kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur. Hal itu merupakan kebaikan. Dan jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar. Dan itu, juga merupakan kebaikan. (HR. Muslim).
29. Dari Anas RA. Ia berkata: “Ketika Nabi SAW menderita sakit keras, Fatimah RA mengeluh: “Wahai ayahanda, apakah engkau sakit?. Rasulullah SAW pun berkata: “Ayahandamu, tidak akan menderita lagi setelah hari ini”. [7] Ketika beliau wafat, Fatimah RA berkata: “Wahai ayahandaku, engkau telah memenuhi panggilan Tuhanmu. Wahai ayahandaku, surga Firdaus tempat kembalimu. Wahai ayahandaku, kepada Jibril, kami memberitakan wafatmu”. Ketika beliau disemayamkan, Fatimah RA berkata: “Apakah kalian menyukai untuk menaburkan tanah diatas makam Rasulullah””. (HR. Bukhari)
30. Dari Abu Zaid, Usamah bin Zaid bin Haritsah, (dia adalah pelayan, kekasih dan anak kekasih Rasulullah SAW). Ia berkata: “Salah seorang putri Nabi SAW mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada beliau bahwa anaknya sedang ‘sakaratul maut’, dan meminta beliau untuk segera datang. Namun beliau hanya mengirimkan salam, seraya berkata: “Sungguh menjadi hak Allah untuk mengambil dan memberi dan segala sesuatunya telah ditentukan di sisi Allah” [8]. Kemudian orang itu disuruhnya kembali menghadap Nabi SAW, seraya meminta disertai dengan sumpah agar beliau berkenan hadir. Maka pergilah beliau beserta Sa’ad bin Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan beberapa sahabat yang lain. Maka diberikan anak yang sakit itu kepada Rasulullah SAW dan didudukkan di pangkuan beliau, sedang nafasnya tersengal-sengal, maka meneteslah air mata beliau. Sa’ad pun bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, mengapa engaku meneteskan air mata?” [9]. Beliau menjawab: “Tetesan air mata adalah rahmat yang dikaruniakan Allah Ta’ala ke dalam hati hamba-hamba-Nya”.
Dalam riwayat lain disebutkan: “Ke dalam hati hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamban-Nya yang mempunyai rasa sayang”. (HR. Bukhari dan Muslim).31 - وَعَنْ صُهَيْرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ الله r قَالَ: » كانَ مَلِكٌ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ: إِنَّىقَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلاَمًا أعَلِّمْهُ السِّحْرَ, فَبَعَثَ إِلَيْهِ غَلاَمً يُعَلِّمُهُ, وَكَانَ فِى طَرِيقِهِ إِذاَ سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَ سَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ, وَ كَانَ إِذَا أَتىَ السَّاحِرَ مَرَّ بِالراَّهِبَ وَقَعَدَ إِلَيْه, فَإِذَ أتى السَّاحِرَ ضَرَبِهُ, فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فقَالَ:إذاخَشِيْتَ السَّاحِرَ فَقُلْ :حَبَسَني أهْلى, وإذاخَشِيْتَ أهْلَكَ فَقُلْ: حَبَسَنِي السَّاحرُ. «
31. Dari Suhaib RA. Rasulullah SAW. Berabda: “Pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah lanjut usia, ia berkata kepada rajanya: “Sesungguhnya aku sekarang sudah lanjut usia. Oleh karena itu, perkenankanlah aku meminta tuan untuk mengirimkan seorang pemuda dan aku akan mengajarinya ilmu sihir”. Raja itupun mengirimkan seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir. Akan tetapi di tengah perjalanan ke tempat tukang sihir, ia bertemu dengan seorang pendeta, kemudian pemuda itu berhenti untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta itu. Karena itu, ia pun datang terlambat ke tempat tukang sihir. Ketika pemuda itu sampai ke tempat tukang sihir, maka pemuda itu dipukul. Kemudian ia pun mengadukan hal tersebut kepada pendeta. Si pendeta berkata kepadanya: “Apabila kamu takut terhadap tukang sihir itu, maka katakanlah bahwa keluargamu menahanmu, dan apabila kamu takut terhadap keluargamu maka katakanlah bahwa tukang sihir itu menahanmu.
Suatu hari, ketika dalam perjalanan, dijumpainya di tengah jalan seekor binatang yang sangat besar, yang menghalangi perjalanan orang-orang kampung. Si pemuda pun berkata: “Sekarang!, aku akan mengetahui, siapa yang lebih utama, tukang sihir atau pendeta?”.Maka pemuda itu pun mengambil batu seraya berkata: “Ya Allah, apabila ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai, maka matikanlah binatang yang sangat besar itu agar orang-orangpun dapat meneruskan perjalanan mereka”. Kemudian ia lemparkan batu itu, dan matilah binatang besar tersebut, sehingga orang-orangpun dapat melanjutkan perjalanan mereka. Setelah itu, si pemuda pun mendatangi pendeta dan menceritakan apa yang telah dialami dirinya. Pendeta itu berkata kepadanya: “Wahai anakku, kamu sekarang lebih utama dari aku, karena kamu telah menguasai segala yang aku ketahui, dan ketahuilah! Kamu nanti akan menghadapi suatu ujian. Tetapi ingatlah! Apabila kamu diuji, janganlah kamu menyebut-nyebut namaku”. Setelah itu, pemuda tadi dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan berbagai jenis penyakit yang lain.
Tersebarlah berita bahwa kawan raja sakit mata hingga buta dan sudah diusahakan ke mana-mana tetapi belum juga sembuh. Kemudian datanglah ia kepada pemuda itu dengan membawa beraneka macam hadiah dan berkata: “Seandainya engkau dapat menyembuhkanku, akan aku penuhi semua permintaanmu”. Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seseorang, tetapi yang menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Apabila engkau beriman kepada Allah Ta’ala niscaya aku akan berdo’a kepada-Nya agar menyembuhkan penyakitmu”. Maka berimanlah orang itu kepada Allah Ta’ala dan sembuhlah penyakitnya.Orang itu datang ke tempat sang raja dan duduk bersama sebagaimana biasanya, kemudian sang raja bertanya kepadanya: “Siapakah yang menyembuhkan matamu itu?”. Ia menjawab: “Tuhanku”. Sang raja berkata: “Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?”. Aku menjawab: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”. Maka raja itu langsung menyiksanya sehingga orang itu memberitahukan perihal pemuda tadi. Maka dipanggilah pemuda itu dan berkatalah sang raja kepadanya: “Hai anakku, sihirmu sangat ampuh, sehingga dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang dan kamu bisa berbuat ini dan itu”. Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya yang bisa menyembuhkan hanya Allah Ta’ala. Maka disiksalah pemuda itu sehingga ia memberitahukan perihal sang pendeta. Maka dipanggillah pendeta itu. Raja itupun berkata kepadanya: “Kembalilah kamu kepada agamamu semula!”. Tetapi pendeta itu tidak mau. Kemudian raja itu menyuruh untuk menggergajinya dari atas kepala, sehingga badannya terbelah dua. Kemudian dipanggillah kawan raja itu dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah pada agamamu semula.” Tetapi orang itu tidak mau. Maka ia pun digergaji dari atas kepala sampai badannya terbelah dua. Kemudian dipanggilah pemuda itu. Raja itu kemudian berkata: “Kembalilah kepada agamamu semula.” Tetapi pemuda itu pun menolak. Kemudian raja menyerahkan pemuda itu kepada pengawalnya untuk dibawa ke suatu gunung. Sesampainya di puncak, raja menyuruh para pengawalnya untuk memaksa pemuda itu kembali ke agamanya semula. Dan kalau ia menolak, mereka diperintahkan untuk melemparkan pemuda itu dari atas gunung. Sesampainya di puncak, pemuda itu berdoa: “Ya Allah, hindarkanlah aku dari kejahatan mereka sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki.” Kemudian bergoncanglah gunung itu sehingga pengawal tadi bergulingan dari atas gunung. Sedangkan pemuda tersebut selamat dan kembali mendatangi raja. Raja pun heran dan bertanya: “Apa yang telah dilakukan oleh para pengawalku?” Pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah menghindarkanku dari kejahatan mereka.” Pemuda itu, lalu ditangkap kembali dan raja menyerahkannya kepada sepasukan pengawalnya yang lain untuk membawanya ke atas kapal dan melemparkannya di tengah-tengah lautan. Pasukan itu pun membawanya naik kapal. Sesampainya di kapal, pemuda itu pun berdo’a: “Ya Allah, hindarkanlah aku dari kejahatan mereka sesuai dengan yang Engkau kehendaki.” Kemudian kapal itu terbalik dan tenggelamlah mereka, sedangkan pemuda itu selamat. Maka ia pun kembali menemui sang raja. Demi melihatnya, raja pun heran dan kembali bertanya: “Apa yang telah dilakukan oleh para pengawalku?” Pemuda itu menjawab: “Allah Ta’ala telah menghindarkanku dari kejahatan mereka.” Kemudian pemuda itu berkata kepada raja: “Sesungguhnya engkau tidak akan bisa mematikan diriku, sebelum engkau memenuhi permintaanku.” Raja bertanya: “Apakah yang engkau inginkan?” Pemuda itu menjawab: “Engkau harus mengumpulkan orang banyak dalam satu lapangan dan saliblah aku di atas sebuah tiang, kemudian ambillah anak panahku dari tempatnya serta letakkanlah pada busurnya, kemudian bacalah: “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini,” kemudian lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Apabila engkau berbuat seperti itu, maka engkau akan berhasil membunuhku. Demi mendengar perkataan pemuda itu, raja pun mengumpulkan orang banyak di salah satu lapangan dan menyalib pemuda itu di atas tiang. Kemudian ia mengambil anak panah dari tempatnya dan diletakkan pada busurnya, kemudian ia membaca: “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini”, dan dilepaslah anak panah itu ke arah pelipisnya. Pemuda itu pun meletakkan tangannya pada pelipisnya yang terluka, lalu ia pun mati. Pada saat itu, juga orang-orang yang menyaksikan, serentak berkata: “Kami beriman dengan Tuhan pemuda ini.” Seorang pengawal menyampaikan berita itu kepada sang raja dan berkata; “Tahukah paduka, apa yang paduka khawatirkan tidak ada gunanya sama sekali, karena orang-orang sudah beriman.” Kemudian raja itu memerintahkan untuk membuat parit yang besar pada setiap persimpangan jalan, di dalamnya dinyalakan api. Kemudian ia memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan siapa saja yang tidak mau kembali kepada agama semula ke dalam parit tersebut. Tersebutlah seorang wanita bersama anaknya yang kecil akan dimasukkan ke dalam parit tersebut, namun ia merasa kasihan terhadap anaknya. Anaknya pun berkata: “Wahai ibu, sabarlah, karena engkau sesungguhnya ada dalam jalan kebenaran.”. (HR. Muslim)
32. Dari Anas RA. Ia berkata: Sewaktu Nabi SAW menjumpai seorang wanita sedang menangis di atas kubur, maka beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dan sabarlah!” Wanita itu berkata: “Pergilah dari sini karena sesungguhnya engkau tidak tertimpa musibah sebagaimana yang aku alami.” Wanita itu tidak tahu bahwa yang berkata adalah Nabi. Kemudian ada seseorang yang memberitahukan kalau itu adalah Nabi SAW. Maka wanita itu segera datang ke rumah Beliau dan ia tidak menjumpai para penjaga pintu, hingga ia dengan mudah dapat masuk ke rumah Nabi. Setibanya di sana, ia berkata: “Aku tidak tahu kalau yang berkata tadi adalah baginda.” Maka beliau bersabda; “Sesungguhnya sabar hanyalah pada saat pertama kali engkau ditimpa musibah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim, disebutkan: “Wanita itu menangisi ankanya yang baru meninggal.”33- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ الله r قَالَ: »يَقُوْلُ الله تَعَالَى: مَالِعَبْدِى الْمُؤِمِنِ عِندىِ جَزاَءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احَتَسَبَهُ إِلا الْجَنَّةَ « رَوَاهُ الْبُخَارِي.
34 - وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا أنّهَا سَأَلَتْ رَسُوْلَ الله r عَنِ الطّاَعُونِ, فَأَخْبَرَهَا أَنَّهُ » كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ الله تَعَالَى عَلَى مَنْ يَشَاءُ, فَجَعَلُهُ الله رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنينَ, فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ فِي الطَّاعُونِ فَيَمَكُثُ في بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيْبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ الله لَهُ إلاَّكَانَ لَهُ مِثَل ُأجْرِ الشَّهِيْدِ « رَوَاهُ الْبُخَارِي.
35 - وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله r يَقُوْلُ: » إنَّ الله عَزَّ وَجَلًّ قَالَ: إِذَا أبْتَلَيْتُ عَبْدِى بِحَبِـيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّة« يُرِيْدُ عَيْنَيْهِ, رَوَاهُ الْبُخَارِي.
[1] Maksudnya:Bersabarlah dalam keta’atan dan dalam menghadapi musibah serta bersabar dari keinginan untuk melakukan maksiat.
[2][2] Maksudnya: Bersabarlah atas orang-orang kafir. Kalahkanlah mereka, karena tidak ada musuh yang paling bersabar yang mereka hadapi, kecuali kalian.[3] Artinya: Akan kami uji
[4] Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat ‘istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.[5] Artinya: Setengah dari keimanan. Karena pahala ‘bersuci’ dilipatgandakan menjadi setengah dari pahala keimanan
[6] Maksudnya: Masing-masing disibukkan dengan urusannya, sebagian menyelamatkan diri dari adzab Allah, sebagian menjauhkan diri mereka dari rahmat-Nya[7] Hal itu, dikarenakan Rasulullah Saw, dengan kematiannya telah berpindah dari dunia yang fana dan penuh kesusahan ke dunia abadi yang penuh kesenangan
[8] Maksudnya: Rasulullah Saw berpesan kepada putrinya untuk bersabar dengan harapan pahala dari Allah[9] Maksudnya: air mata yang bercucuran. Maksud dari pertanyaan Sa’ad: Apakah engkau menangis, wahai Rasulullah, sedangkan engkau melarang kami untuk menangis?
[10] Artinya: gang yang diapit oleh dua rumah