Rahmat Dan Syafaat Bagi Orang Beriman
Allah juga berfirman:
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان.
Rasulullah Shallallahu ' Alaihi wa Sallam bersabda:
اشفعوا فلتؤجروا وليقض الله على لسان رسوله ما شاء.
Baca juga:
Karena, hal itu dapat menyebabkan perceraian dan kekerasan hati yang tidak terpuji akibatnya. Cinta bukanlah segalanya. Ada faktor-faktor lain yang masih perlu untuk dipertimbangkan. Masing-masing mempunyai kondisi dan pengaruh yang penting untuk keberhasilan kehidupan perkawinan. Dorongan menikah yang hanya didasari atas cinta semata merupakan pertaruhan sosial atau individu.
Abu Bakar Ash-Shiddiq pada saat menjabat sebagai khalifah pernah melintasi sebuah jalan di Madinah. Tiba-tiba terdengar suara wanita muda sedang menggiling gandum seraya melantunkan syair cinta. Maka Abu Bakar mengetuk pintu rumah wanita tersebut, dan ia pun keluar menemui beliau. Abu Bakar bertanya,”Apakah engkau seorang yang merdeka atau seorang budak ?”la menjawab,”Aku seorang budak, wahai khalifah.”Beliau bertanya lagi,”Siapa yang engkau cintai ?”Kemudian ia menangis dan berkata,”Demi hak Allah atas dirimu, pergilah engkau dariku !”Beliau berkata,”Aku tidak akan meninggalkanmu hingga engkau memberitahukan kepadaku.”Kemudian ia berkata,”Aku adalah orang yang telah dipermainkan oleh cinta. Kemudian aku menangis, karena cinta itu tertuju kepada Muhammad bin Qasim.”Maka, Abu Bakar pergi ke masjid dan mengutus seseorang untuk menemui tuannya (pemilik budak), kemudian membeli darinya (membebaskannya). Lalu beliau mengutus seseorang kepada Muhammad bin Qasim dengan berkata,”Mereka ini (cinta dan wanita) adalah penyebab fitnah bagi banyak lelaki.Berapa banyak orang yang mulia mati karenanya dan berapa banyak orang yang sehat (jiwa raganya) menyerah kepadanya.”Pernah datang kepada Utsman seorang budak wanita meminta pertolongan karena ancaman dari seorang lelaki Anshar. Utsman bertanya kepadanya,”Apa yang sebenarnya tengah terjadi ?”Budak wanita itu menjawab,”Wahai Amirul Mukminin, aku dibebani dengan kemenakannya hingga tiada henti aku mengasuhnya.”Kemudian Utsman bertanya kepada sang lelaki,”Engkau menghibahkan hartamu sebagai upah untuk mengasuh kemenakanmu, aku membelinya darimu ? la menjawab,”Aku berikan padamu, wahai Amirul Mukminin, dan saat ini ia (budak wanita) menjadi milikmu.
Didatangkan kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu seorang lelaki dan bangsa Arab yang didapati di rumah suatu kaum pada malam hari. Maka Ali bertanya kepadanya,”Apa yang telah terjadi denganmu ?”Lelaki itu menjawab pertanyaan Ali dengan melantunkan sebuah syair cinta yang ditujukan untuk seorang gadis. Ketika Ali mendengar lantunan syaimya, maka beliau merasa kasihan kepadanya dan berkata kepada Muhallab bin Rabah,”Perkenankan ia memiliki yang sepertinya.”Muawiyah bin Abu Sufyan membeli seorang budak perempuan dari Bahrain, dan ia sangat mengaguminya. Pada suatu hari, ia mendengar budak tersebut menyenandungkan sebuah syair. Maka, Muawiyah bertanya kepadanya tentang siapa yang dimaksud dalam syair tersebut. la pun menjawab, bahwa yang dimaksud adalah anak pamannya. Lalu Muawiyah mengantarkan budak tersebut kembali kepada anak pamannya, sedangkan di hati Muawiyah sendiri masih ada bayangan dirinya.
Al Mahdi pergi untuk menunaikan ibadah haji. Di tengah perjalanan, ia menuju ke suatu tempat untuk sarapan pagi. Maka datanglah seorang Badui dan memanggilnya sambil berteriak,”Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya saat ini aku sedang jatuh cinta !”Maka Al Mahdi berkata kepada pengawalnya,”Celaka, ada apa ini !”Ia menjawab,”Ada orang berteriak, aku jatuh cinta !”Al Mahdi berkata,”Bawalah ia masuk.”Kemudian mereka membawanya masuk menemui Al Mahdi. Maka Al Mahdi bertanya,”Siapa yang engkau cintai ?”Lelaki itu menjawab,”Anak pamanku.”" Beliau bertanya lagi,”Apakah ia tidak mempunyai bapak ?”Ia menjawab,”Punya.”Beliau bertanya,”Apa alasannya hingga ia tidak mau menikahkanmu dengan putrinya ?”la menjawab,”Ada sesuatu, wahai Amirul Mukminin.”Beliau bertanya,”Apa itu ? la menjawab,”Sesungguhnya aku hajin (anak seorang budak perempuan).”Al Mahdi bertanya kepadanya,”Ada apa dengan hajin ?”la menjawab,”Hal itu merupakan aib bagi kami.”Al Mahdi mengutus seseorang untuk mencari bapaknya. Kemudian ia mendatangkannya. Maka Al Mahdi bertanya,”Apakah ini anak saudaramu ?”la menjawab,”Ya.”Beliau bertanya kembali,”Mengapa engkau tidak mau menikahkannya dengan anakmu ?”la menjawab seperti perkataan kemenakannya,”la adalah salah seorang keturunan Abbas dan mempunyai jamaah.”Al Mahdi berkata,”Mereka keturunan Abbas dan hajin. Lalu, apa yang menjadi mudharat bagi mereka.”Maka ia menjawab,”Hal tersebut merupakan aib bagi kami.”Maka Al Mahdi berkata,”Kawinkanlah anakmu ini dengan kemenakanmu, dengan bayaran 20.000 Dirham. 10.000 Dirham untuk menghilangkan aib dan 10.000 Dirham lagi sebagai maharya.”Maka ia berkata,”Baiklah.”Kemudian ia memuji Allah dan menikahkan putrinya dengan kemenakannya. Kemudian Al Mahdi mendatangkan 20.000 Dirham dan membayarkan kepadanya. Pemuda itu berkata,”Engkau membeli ' kijang betina ' (wanita) dengan harga mahal hanya untuk memberi teladan terhadap orang-orang sepertiku.”Al Imam Ibnu Hazm meriwayatkan kisah mengenai masalah di atas. Yaitu, seorang lelaki Andalusia menjual budak, padahal ia sangat mencintainya. Karena mengalami kesulitan, ia menjual kepada penduduk negeri itu juga. la tidak menyangka kalau dirinya merasa sangat kehilangan setelah menjual sang budak. Ketika sang budak itu sampai kepada pembelinya, hampir saja ia menumpahkan perasaan (emosinya). Maka, ia mendatangi orang yang membelinya dan minta dikembalikan. Akan tetapi, si pembeli itu menolaknya. Kemudian ia mencari penengah dari penduduk negeri, akan tetapi tidak berhasil juga. Akhimya, ia mengadukan ini kepada Raja. Ketika sampai di hadapan Raja, ia menceritakan kisahnya dan meminta belas kasihan sambil menunduk-nunduk. Maka sang Raja pun kasihan padanya dan memerintahkan untuk menghadirkan pembelinya seraya berkata padanya,”Hai lelaki ' asing ', seperti yang kau lihat aku perantara-meminta pertolongan darimu.”Akan tetapi pembeli itu enggan dan berkata,”Aku lebih mencintai daripada ia.”Raja tak mampu berbuat apa-apa. Akibatnya, lelaki (penjual) itu melemparkan diri dari ketinggian (bunuh diri). Raja menjadi takut dan berteriak. Datanglah pengawal berhamburan untuk menolongnya dan mengembalikan pada Raja. Lalu ia ingin melemparkan diri lagi, namun dapat dicegah. Maka sang Raja menoleh pada pembeli dan berkata,”Temanmu ini menampakkan tanda ' cintanya ' dengan berkeinginan untuk mati, sedangkan kamu hanya berdiri. Tunjukkan cintamu dan lemparkan dirimu dari ketinggian ini seperti temanmu. Jika engkau mati, memang sudah ajalmu. Akan tetapi, jika engkau hidup, maka engkau lebih berhak padanya.”Ragu-ragulah pembeli itu dan ia bersedia mengembalikannya. Kemudian sang Raja membeli budak tersebut dan menyerahkan kepada lelaki yang tertambat hatinya itu.