Tafsir Al-Baqarah Ayat ke-11 dan 12
وإذا قيل لهم لا تفسدوا في الأرض قالوا إنما نحن مصلحون. ألا إنهم هم المفسدون ولكن لا يشعرون
Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 11 dan 12
Keburukan mereka tidak terbatas pada kebohongan dan penipuan, tetapi ada yang lain, yaitu kepicikan pandangan dan pengakuan yang bukan pada tempatnya sehingga bila dikatakan yakni ditegur kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya hanya kami-bukan selain kami- orang-orang mushlih, yakni yang selalu melakukan perbaikan.
Ucapan mereka dibantah, Tidak ! Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang benar-benar perusak, tetapi mereka tidak menyadari.
Pengrusakan di bumi adalah aktivitas yang mengakibatkan sesuatu yang memenuhi nilai-nilainya dan atau berfungsi dengan baik serta bermanfaat menjadi kehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga tidak atau berkurang fungsi dan manfaatnya.
Seorang dituntut, paling tidak, menjadi saleh, yakni memelihara nilai nilai sesuatu sehingga kondisinya tetap tidak berubah sebagaimana adanya, dan dengan demikian sesuatu itu tetap berfungsi dengan baik dan bermanfaat.
Seorang mushlih adalah siapa yang menemukan sesuatu yang hilang atau berkurang nilainya, tidak atau kurang berfungsi dan bermanfaat, lalu melakukan aktivitas ( memperbaiki ) sehingga yang kurang atau hilang itu dapat menyatu kembali dengan sesuatu itu.
Yang lebih baik dari itu adalah siapa yang menemukan sesuatu yang telah bermanfaat dan berfungsi dengan baik, lalu ia melakukan aktivitas yang melahirkan nilai tambah bagi sesuatu itu, sehingga kualitas dan manfaatnya lebih tinggi dari semula. Orang-orang munafik menduga diri mereka mencapai peringkat ini.
Allah mengingatkan semua pihak yang bisa jadi teperdaya oleh kepandaian mereka, Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang benar-benar perusak, tetapi mereka tidak menyadari keburukan mereka, atau tidak menyadari bahwa rahasia mereka telah diketahui oleh Nabi dan umat Islam. Mereka tidak menyadari keburukan mereka sendiri karena setan telah memperdaya mereka dengan memperindah sesuatu yang buruk di mata mereka.
Ayat di atas menggambarkan bahwa mereka adalah orang-orang benar benar perusak. Pengrusakan tersebut tentu saja banyak dan berulang-ulang karena kalau tidak mereka tentu tidak dinamai perusak, satu bentuk kata yang menunjukkan kemantapan makna yang dikandungnya pada si pelaku, berbeda jika bentuk kata yang digunakan adalah bentuk kata kerja. Bukankah berbeda antara Si A penyanyi dan Si A menyanyi.
Pengrusakan yang mereka lakukan itu tercermin antara lain adalah terhadap diri mereka yang enggan berobat sehingga semakin parah penyakit yang mereka derita. Selanjutnya pengrusakan kepada keluarga dan anak-anak mereka, karena keburukan tersebut mereka tularkan melalui peneladanan sifat-sifatg buruk itu.
Lebih lanjut pengrusakan kepada masyarakat dengan ulah mereka menghalangi orang lain melakukan kebajikan antara lain dengan menyebakran isu-isu negatif, menanamkan kebencian dan perpecahan dalam masyarakat.
Agaknya itu sebabnya nasihat yang ditujukan kepada mereka menyatakan Jangan membuat kerusakan dibumi yakni secara jelas menyebut kata di bumi, bukan sekadar melarang melakukan pengrusakan. Yakni dengan penyebutan kata tersebut tercermin betapa luas dampak keburukan itu, sehingga kalau dibiarkan akan menyebar ke seluruh persada bumi. Ia tidak hanya akan menyentuh manusia, tetapi juga semua lingkungan hidup. Apa yang diisyaratkan oleh al-Qur'ân semakin terbukti kebenaranna dewasa ini, di saat alat-alat komunikasi sedemikian canggih dan dapat dijangkau dengan mudah oleh siapa pun.
Ayat di atas membantah mereka dengan menggunakan susunan kata yang mengandung makna pengkhususan yakni yang perusak tidak lain kecuali mereka.Redaksi ini dipilih sebagai jawaban atas ucapan mereka yang juga menyatakan bahwa hanya kami-bukan selain kami- yang mushlihin yakni pelaku-pelaku perbaikan.
Memang bisa saja jawaban terhadap mereka tanpa pengkhususan itu, tetapi ia ditegaskan karena sebelum ini telah dinyatakan bahwa mereka tidak lagi memiliki dorongan untuk memperbaiki diri dan bahwa sifat mereka dari hari ke hari bertambah buruk sehingga siapa yang sifat dan keadaannya demikian, tidak lagi dapat diharapkan lahir darinya suatu kebaikan.
Setelah menyampaikan nahi mungkar, yakni melarang sesuatu yang buruk, ayat di atas melanjutkan uaraiannya dengan amr makruf, atau memerintahkan yang baik yaitu, perintah untuk beriman.Adalah hal yang sangat wajar mendahulukan nahi mungkar, karena menyingkirkan keburukan lebih utama daripada menghiasi diri dengan keindahan. Tetapi sikap mereka tidak berubah sebagaimana terbaca pada ayat berikut.
Firman-Nya: ( لا يشعرون ) serupa maknanya dengan kata yang sama pada ayat yang ke-9 dari Surat Al-Baqarah.
Tulisan ini berdasarkan Tafsir Al-Mishbah Yang di tulis oleh M. Quraish Shihab