Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 16
أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرُوُاْ الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُواْ مُهْتَدِينَ
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 16
Isyarat jauh "itulah" yang digunakan pada awal ayat ini, mengesankan bahwa kesesatan mereka, yang disebut sifat-sifatnya dalam ayat-ayat yang lalu sangat jauh merasuk ke dalam jiwa mereka. Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, yakni menanggalkan fitrah keberagamaan dan menggantikannya dengan kekufuran.
Maka berarti, tidaklah beruntung perniagaan mereka, dan sejak dahulu sebelum kerugian itu tidaklah mereka termasuk kelompok orang-orang yang mendapat petunjuk dalam perdagangan mereka, atau petunjuk keagamaan. Ini karena mereka tidak menyiapkan diri untuk menerima dan memanfaatkan petunjuk itu, atau sejak semula mereka mengingatkan orang-orang yang mengetahui seluk beluk perniagaan, sehingga akhirnya mereka tidak memperoleh keuntungan.
Yang dimaksud dengan kata (اشتروا) "membeli" adalah menukar. Akar katanya adalah (شرى) yara yang berarti menjual. Ayat ini bermaksud menggambarkan keadaan kaum munafikin yang bergaul dengan kaum muslimin dengan menampakkan keimanan dan mengenakan pakaian hidayah, tetapi ketika ia menyendiri dengan rekan-rekannya yang durhaka, ia menukar pakaian itu dengan pakaian yang lain yaitu pakaian kesesatan.Penukaran itu diibaratkan dengan jual beli untuk mengisyaratkan bahwa apa yang dilakukannya itu terlaksana dengan kerelaan sebagaimana layaknya semua jual beli. Selanjutnya karena setiap jual beli pasti dimotivasi oleh perolehan keuntungan, maka di sini ditegaskan bahwa perniagaan mereka tidak menghasilkan keuntungan.
Firman-Nya: (مَا كَانُواْ مُهْتَدِينَ), ada yang memahaminya dalam arti tidak mendapat petunjuk dalam bisnis mereka, bukan dalam arti tidak memiliki pengetahuan tentang seluk beluk perdagangan. Seakan-akan yang ditekankan di sini kesalahan memilih barang dagangan, bukan ketidakmampuan berdagangan.Dapat juga ayat ini diartikan bahwa mereka tidak memperoleh keuntungan dalam perniagaan mereka, bahkan mereka rugi dan kehilangan modal. Modal yang dimiliki oleh setiap orang adalah fitrah kesucian.
Ini mereka abaikan, padahal seharusnya modal tersebut mereka manfaatkan guna memperoleh keuntungan berupa amal-amal saleh. Tetapi nyatanya, jangankan sekadar tidak memperoleh keuntungan, modal pun lenyap karena keimanan tidak menghiasi jiwa mereka.Kelompok ayat ini diakhiri dengan dua perumpamaan, yang menjelaskan keadaan mereka secara menyeluruh. Perumpamaannya adalah: Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api, dan ketika api itu menyalakan apa yang ada di sekitarnya.
Tulisan ini berdasarkan Tafsir Al-Mishbah Yang di tulis oleh M. Quraish Shihab