HADITS HIDUP QANA’AH DAN SEDERHANA
Dalil Qanaah
Allah SWT berfirman:وَمَا مِنْ دَابَّةٍ في الأَرْضِ إلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا ( هود : 6)
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Qs. Huud (11): 6).Firman Allah SWT:
“Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.(Qs. Baqarah (2):273).
Firman Allah SWT:وَالَّذِينَ إذَا أَنْفَقُوْا لمَ ْيُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا ( الفرقان : 67)
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Qs. Al-Furqan (25):67).Firman Allah SWT:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.” (Qs. Adz-Dzariyaat (51): 56-57).
qanaah dalam
islam
527. Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda, “Bukanlah kekayaan itu diukur dari melimpahnya harta, tetapi yang disebut kekayaan (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
528. Dari Abdullah bin Amr, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh beruntung orang yang telah masuk Islam dan diberikan kecukupan rezeki. Allah SWT menerima keputusan terhadap apa yang telah Allah karuniakan kepadanya.” (HR. Muslim)
bagaimanakah pola hidup orang yang mempunyai sifat qana'ah
529. Dari Hakim bin Hizam RA, ia berkata, “Saya meminta kepada Rasuluullah SAW, lalu beliau memberi saya, kemudian saya meminta lagi kepada beliau dan beliaupun memberi saya lagi. Kemudian beliau bersabda, “Hai Hakim, sesungguhnya harta itu memang manis dan mempesonakan, siapa saja mendapatkannya dengan kemurahan jiwa, maka ia akan diberikan keberkahan pada harta itu, tetapi siapa saja yang mendapatkannya dengan meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan keberkahan. Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (yang meminta)”. Hakim berkata, “Wahai Rasulullah, demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, saya tidak akan merima sesuatupun dari seseorang sesudah pemberitanmu ini, sampai saya meninggal dunia.”
Abu Bakar pernah memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu kepadanya, tetapi ia tidak mau menerimanya. Demikian pula dengan Umar, ia pernah memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu, tetapi ia tidak mau menerimanya, maka Umar berkata, “Wahai umat Islam, saksikanlah, bahwa saya telah menawarkan harta rampasan yang menjadi haknya Hakim, sebagaimana yang telah ditatur Allah, tetapi ia tidak mau mengambilnya.” Demikian, Hakim tetap tidak mau menerima pemberian dari seorang pun setelah menerima pemberian dari Nabi SAW hingga ia meningal dunia.” (HR. Bukhari dan Muslim)bentuk-bentuk
qana'ah
530. Dari Abu Burdah RA, dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia berkata, “Dalam suatu peperangan, kami keluar bersama Rasulullah SAW, dan kami berjumlah enam orang, setiap kami tersedia satu ekor unta, sehingga kami bergantian menaikinya sampai kaki kami pecah-pecah, sehingga kami membalut kuku kami dengan sobekan kain. Oleh karena itu, peperangan tersebut dinamakan perang “Datur Riqa.’ Karena kami membalut kaki-kaki kami dengan sobekan kain.” Kata Abu Burdah berkata, “Semula Abu Musa sering menceritakan hal ini, kemudian ia tidak mau menceritakannya lagi dan berkata, “Buat apa saya menyebut-nyebut apa yang telah aku lakukan.” Abu Burdah berkata, “Seolah-olah ia tidak senang kalau sesuatu yang pernah diperbuatanya itu disebarluaskan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
qanaah dalam
kehidupan
531. Dari Amr bin Taghlib RA, bahwsanya Rasulullah SAW pernah diberi harta atau tawanan, kemudian beliau membagi-bagikannya. Beliau memberi kepada beberapa orang dan juga ia tidak memberi kepada yang lain. Kemudian terdengarlah kabar bahwa orang-orang yang tidak diberi mengeluh. Maka beliau berkhutbah, setelah memuji Allah dan menyanjung Allah SWT, beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya saya memberi harta rampasan kepada seseorang sedangkan yang lain tidak, sebenarnya orang yang tidak aku beri, lebih aku cintai dari pada orang yang diberi. Tetapi sesungguhnya aku memberi harta rampasan itu kepada orang yang di dalam hatinya dirundung kegelisahan dan keresahan. Dan aku berikan kepada orang yang telah Allah SWT tanamkan dalam hati mereka kekayaan dan kebaikan, di antara mereka itu adalah Amr bin Taghlib.” Mendengar yang demikian, Amr bin Taghlib berkata, “Demi Allah, saya tidak senang kalau ucapan Rasululllah SAW itu (diganti) dengan ternak-ternak bagus. (HR. Bukhari)
532. Dari Hakim bin Hizam RA, ia berkata, “Nabi SAW bersabda, “Tangan yang di atas (pemberi) itu lebih baik dari pada tangan yang di bawah (penerima). Dahulukanlah orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sesungguhnya sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang dikeluarkan dari orang yang mempunyai kelebihan harta. Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah SWT akan menjaganya dan siapa saja yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupkannya. “ (HR. Bukhari Muslim)
533. Dari Abu Sufyan Shakhr bin Harb RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian memaksa untuk meminta-minta, maka demi Allah tak seorangpun dari kalian yang meminta sesuatu kepadaku, melainkah aku kabulkan permintaannya sedangkan aku memberinya dengan terpaksa, maka ia tidak diberi keberkahan terhadap yang aku berikan padanya.” (HR. Muslim)
534. Dari Abdurrahman bi Auf bin Malik al-Asyja’I RA, ia berkata, “Kami kira-kira berjumlah delapan atau tujuh orang sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Kemudian beliau bertanya, “Apakah kalian tidak berbaiat (berjanji setia) kepada Rasulullah SAW?” Kemudian kami berkata, “Bukankah kami telah berbaiat kepada engkau wahai Rasulullah.’ Kemudian beliau berkata, “Tidaklah kalian berbaiat kepada Rasulullah,” kemudian kami mengulurkan tangan kami dan berkata, “Kami telah berbaiat kepadamu wahai Rasulullah, maka dalam hal apakah kami harus berbaiat?.’ Beliau menjawab, “Kalian harus menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, shalat lima waktu, serta mentaati segala perintah-Nya.” Dan beliau berbisik, “Janganlah kalian meminta-minta sesuatupun kepada sesama manusia.” Setelah itu, sungguh saya telah melihat bahwa salah seorang di antara kelompk ini, ada yang cambuknya terjatuh dan ia tidak mau meminta kepada seseorang untuk mengambilkan cambuknya.” (HR. Muslim)
535. Dari Ibnu Umar RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tak henti-hentinya sifat meminta-minta melekat pada diri salah seorang dari kalian, hingga ia akan bertemu Allah SWT, sedangkan mukanya tidak berdaging.” (HR. Bukhari Muslim)
536. Dari Ibnu Umar RA, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda dari atas mimbar, beliau berbicara tentang shadaqah serta menahan diri dari meminta-minta, “Tangan yang di atas (pemberi) itu lebih baik dari pada tangan yang di bawah (penerima). Tangan yang di atas adalah yang memberi, sedangkan yang di bawah adalah tangan yang meminta-minta.” (HR. Bukhari Muslim)
537. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasululah SAW bersabda, “Siapa saja yang meminta-minta kepada sesama manusia dengan maksud untuk memperbanyak harta kekayaan,[1] maka sesungguhnya ia meminta bara api, sehingga terserah padanya apakah cukup dengan sedikit saja atau akan memperbanyaknya.” (HR. Muslim)
538. Dari Samurah bin Jundub RA, ia berkata, “Rasululah SAW bersada, “Sesungguhnya meminta-minta itu adalah cacat yang digoreskan oleh seseorang ke wajahnya, kecuali apabila ia meminta kepada penguasa atau karena dalam keadaan terpaksa.” (HR. Tirmizdi, dan ia berkata: Hadits ini Hasan Shahih)
539. Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa saja yang tertimpa kekurangan, kemudian ia mengadukannya kepada sesama manusia, maka kekurangannya tidak akan ditutupi. Tetapi siapa saja yang mengadukannya kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan kepadany rezeki (baik datangnya) segera atau lambat.” (HR.Abu Daud dan Tirmidzi)
540. Dari Tsauban RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah yang berani menjaminkan dirinya untuk tidak meminta sesuatupun kepada sesama manusia, maka aku akan jamin ia masuk surga?.’ Saya menjawab, “Saya.” Sehingga ia tidak pernah meminta sesuatupun kepada orang.” (HR. Abu Daud dengan sanan yang Shahih)
541. Dari Abu Bisyr Qabishah bin Mukhariq RA, ia berkata, “Saya sedang menanggung beban yang amat berat, maka saya mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta bantuannya untuk meringankan beban itu. Kemudian beliau bersabda, “Tunggulah sampai ada zakat yang datang ke sini, nanti akan aku suruh si amil (pengelola zakat) untuk memberi bagian kepadamu.” Kemudian beliau besabda, “Wahai Qabishah, meminta-minta itu tidak diperbolekan kecuali pada salah satu dari tiga sebab ; pertama, seseorang yang menangggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat meringankan bebannya, kemudian ia menahan dirinya untuk tidak meminta-minta lagi. Kedua, seseorang yang tertimpa musibah terhadap hartanya, maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak, dan yang ketiga seseorang yang amat miskin, sehingga ada tiga orang yang bijaksana di antara kaumnya mengatakan, “Si pulan benar-benar miskin,” maka ia dipebolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup yang layak. Adapun selain dari tiga sebab ini Wahai Qabishah, maka meminta-minta adalah usaha yang haram, dan orang yang memakannya berarti ia makan barang haram.” (HR. Muslim)
542. Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SW bersabda, “Bukan dinamakan orang miskin, orang yang berkeliling meminta-minta kemudian ia tidak memperoleh sesuap atau dua suap makanan atau satu dan dua butir kurma, tetapi yang dinamakan orang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah berfikir untuk diberi sedekah dan ia juga tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[1] . Maksudnya untuk memperkaya diri. Qadhi Ayyadh berkata mengomentari hadits “maka sesungguhnya ia meminta bara api”, “Maksudnya adalah ia akan di siksa dengan api neraka, dan kemungkinan ditafsirkan secara dhahirnya. Oleh karena itu orang yang mengambil harta dengan cara meminta-minta maka harta itu menjadi barah yang menyetrika badannya, sebagaimana yang ditegaskan terhadap orang yang enggan membayar zakat.