Hadits Keutamaan Bergaul Dengan Orang Shaleh
قَالَ الله تَعَالَى: )وَإِذْ قَالَ مُوْسَى لِفَتَاهُ لاَ أَبْرَحُ حَتَّى أبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أوْ أمْضِِي حُقُبًا( ] الكهف: 60[ إلى قوله تعالى: )قَالَ لَهُ مُو سَى: هَلْ أتَّبِعُكَ عَلَى أنْ تُعَلِّمَنْ مِمَّا عُلِمَتْ رُشْدًا؟ (
Allah swt. berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Musa AS. berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (Qs. Al Kahfi (18): 60) Sampai pada firmanNya: ”Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang diajarkan kepadamu?” (Qs. Al Kahfi (18): 66)ayat
al-quran tentang berteman dengan orang baik
Allah swt. berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan kala senja dengan mengharap keridhaanNya.” (Qs. Al Kahfi (18): 28)
manfaat
berkumpul dengan orang sholeh
364. Dari Anas RA., ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW. wafat, Abu Bakar mengajak Umar RA. dan berkata: “Mari kita mengunjungi tempat Ummu Aiman RA[1]. sebagaimana Rasulullah SAW. sering mengunjunginya.” Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, didapatinya wanita itu sedang menangis. Maka keduanya bertanya: “Apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Ummu Aiman. Bukankah engkau sudah mengetahui bahwa apa yang telah disiapkan oleh Allah untuk Rasul-nya itu sangat baik.” Ummu Aiman menjawab: ”Aku menangis bukan karena itu, aku tahu apa yang disediakan oleh Allah untuk Rasul-Nya baik. Aku menangis karena wahyu sudah terputus (tidak turun lagi).” Akhirnya kedua sahabat tersebut pun ikut menangis karena terharu.” (HR. Muslim)
orang baik
akan berkumpul dengan orang baik
365. Dari Abu Hurairah RA., dari Nabi SAW. beliau bersabda, “Seseorang menziarahi saudaranya yang berdiam di desa yang lain. Kemudian Allah SAW. mengutus Malaikat untuk mengujinya. Ketika bertemu dengannya, Malaikat pun bertanya kepadanya: “Hendak kemanakah engkau?,” Ia menjawab: “Aku akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu.” Malaikat itu bertanya lagi: “Apakah engkau mengunjunginya karena merasa berhutang budi padanya?.” Ia menjawab: “Sesungguhnya aku tidak menziarahinya kecuali karena cintaiku kepadanya semata-maat karena Allah SWT.” Malaikat itu berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus untuk menjumpaimu. Dan Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Allah.” (HR. Muslim)
hadits
berkumpul dengan orang sholeh
366. Dari Abu Hurairah RA. ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau menziarahi saudaranya dengan niat karena Allah semata. Maka ada dua malaikat yang memuji dan mendoakan: “Beruntunglah engkau, sukses pula perjalananmu, dan engkau akan mendapatkan surga sebagi tempat tinggalmu.” (HR. Tirmidzi. Dia berkata: “hadis ini hasan dan disebagian salinannya terdapat keanehan.”)[2]
hadits
berkumpul dengan orang baik
367. Dari Abu Musa Al Asy’ari RA., ia berkata: “Nabi SAW. bersabda, “Perumpamaan orang yang bergaul dengan orang yang shaleh dan orang yang bergaul dengan orang jahat, seperti pergaulan dengan penjual misk (minyak kasturi) dan tukang peniup api. Adapun dengan penjual minyak kasturi, mungkin saja dia akan memberi minyak kepadamu, atau kamu membeli minyak darinya. Atau (paling tidak) kamu akan mendapatkan bau harumnya. Sedangkan orang yang meniup api, boleh jadi ia akan membakar pakaianmu, atau (paling tidak) kamu akan mendapatkan bau yang tidak enak darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
368. Dari Abu Hurairah RA., dari Nabi SAW. beliau bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara: Hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena (kebagusan) agamanya, niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
369. Dari Abdullah bin Abbas RA., ia berkata: “Nabi SAW. bertanya kepada Jibril AS. : “Apa yang menghalangimu untuk sering datang menunjungi kami?”. Maka turunlah ayat : “WA MAA NATANAZZALU ILLA BIAMRI RABBIKA LAHUU MA BAINA AIDINA WA MAA KHALFANAA WAMAA BAINA DZAALIK.” (Dan tiadalah kami (Jibril) turun kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan Allah-lah semua yang ada di hadapan kita, di belakang kita, dan diantara keduanya).” (HR. Bukhari)
370. Dari Abu Said Al Khudriy RA.’ dari nabi SAW. beliau bersabda, “janganlah kalian berteman kecuali dengan orang-orang yang beriman dan janganlah ada yang memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
371. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata: Bahwasanya Nabi SAW. bersabda, “Seseorang itu amat terpengaruh oleh agama sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah dengan siapa saja kalian bergaul.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
372. Dari Abu Musa Al Asy’ariy RA., ia berkata: “Sesungguhnya Nabi SAW. bersabda, “Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW.: “Bagaimana dengan orang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka. Nabi SAW. menjawab: “Ia akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya.”373- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرًسُوْلِ الله : مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ رًسُوْل الله : ((مَا أعْدَدْتَ لَهَا))؟ قَالَ: حُبُّ الله ورًسُوْلهِ. قَالَ: ((أَنْتَ مَعَ مَنْ أحْبَبْتَ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ.
373. Dari Anas RA. sesungguhnya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW.: “Kapankah hari kiamat?” Rasulullah SAW. balik bertanya: “Apa yang engkau persiapkan untuk menghadapinya?.” Orang tersebut menjawab: “Bekalku adalah mencintai Allah dan RasulNya.” Beliau bersabda, “Kamu akan bersama-sama dengan orang yang kamu cintai (di akhirat kelak). (HR. Bukhari dan Muslim)
374. Dari Abdullah bin Mas’ud RA., ia berkata: “Seseorang mendatangi Rasulullah SAW. dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, namun dia tidak pernah bergaul (melihat) mereka?.”[3] Rasulullah SAW. menjawab: “Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (kelak di akhirat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
375. Dari Abu Hurairah RA. dari Nabi SAW. beliau bersabda, “Manusia itu laksana barang tambang (yang berbeda-beda watak dan perangainya). Sebagaimana tambang emas dan perak. Orang yang paling baik pada masa Jahiliyah adalah yang terbaik pula pada masa Islam, ketika dia memahami syariat. Roh itu berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah. Roh yang saling mengenal akan berkumpul. Dan yang tidak saling mengenal akan berpisah[4].” (HR. Muslim)
Disebutkan dalam riwayat Bukhari dari Aisyah ra., ‘Roh itu ….. dst dari riwayat siti Aisyah RA.”
Hadits
tentang memilih teman yang baik
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ أَيْضًا عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ أَهْلَ الْكُوْفَةَ وَفَدُوا عَلَى عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُ، وَفِيْهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ، فقَالَ عُمَرُ: هَلْ ههُنَا أحَدٌ مِنَ القَرَنِيٍّينَ؟ فَجَاءَ ذلِكَ الََََّرَجُلُ، فقَالَ عُمَرُ: إنَّ رًسُوْل الله r قد قَالَ: ((إنَّ رَجلاً يَأتِيْكُمْ مِنَ الْيَمَنِ يُقَالَ لَهُ: أُوَيْسٍ، لاَيَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ، قَدْ كَانَ بِهِِِِ بَيَاضٌ فَدَعَا الله تَعَالَى، فَأذْهَبَهُ إِلاَ مَوْضِعَ الدِّينَارِ أو الدِّرْهَم، فَمَنْ لَقِيَه مِنْكُمْ فَالْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ)).
377. Dari Usair bin Amr. (Ada pula yang mengatakan Ibnu Jabir) ia berkata: “Tatkala Umar RA. kedatangan serombongan penduduk Yaman. Umar bertanya kepada mereka: “apakah diantara kalian ada yang bernama Uwais bin ‘Amir?.” Akhirnya majulah orang yang bernama Uwais bin Amir RA. tersebut. Kembali Umar bertanya: “Kamukah Uwais bin ‘Amir?.” Ia menjawab: “Benar, sayalah Uwais!,”. Umar bertanya lagi: “Apakah kamu dari Bani Murad kemudian dari Bani Qarn[5]?.” Ia menjawab: “Ya, benar.” Umar kembali bertanya: “Apakah kamu dulu pernah menderita sakit kudis kemudian sembuh kecuali tinggal sebesar satu dirham?.” Ia menjawab: “Ya.” Umar kembali bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: “Ya.” Umar kemudian menjelaskan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Suatu saat kamu (wahai Umar) akan kedatangan seorang yang bernama Uwais bin ‘Amir bersama dengan serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia adalah (dari) Bani Murad dan Qarn, pernah menderita penyakit kudis lalu sembuh, kecuali tinggal sebesar dirham. Dia masih memiliki ibu dan dia amat berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah atas sesuatu kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya[6]. Mintalah agar dia memohonkan ampun dari Allah untukmu. “Oleh karena itu, mohonkanlah ampun buat diriku!.” Kemudian dia memohonkan ampun buat Umar. Setelah itu Umar bertanya lagi: “Kamu hendak kemana lagi?.” Ia menjawab: “Ke Kufah.” Umar berkata: “Bolehkah aku menulis surat kepada Amil (bendaharawan) di Kufah untuk membantu kamu?.” Ia menjawab: “Saya lebih senang menjadi orang biasa (seperti ini).” Pada tahun berikutnya, seorang pemuka penduduk Yaman datang menunaikan ibadah haji dan berjumpa dengan Umar. Kemudian Umar menanyakan kepadanya tentang Uwais. Orang itu menjawab: “Saya meninggalkan dia dalam keadaan sangat miskin, rumahnya kecil dan tidak punya apa-apa.” (Umar berkata) “Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah SAW. Bersabda, “Nanti kamu akan kedatangan seorang pemuda bernama Uwais bin Amir bersama dengan serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya: ia dari (Bani) Murad dan Qaran, pernah menderita penyakit kudis, kemudian sembuh, kecuali tinggal sebesar dirham. Dia masih mempunyai ibu dan dia sangat berbakti kepada ibunya Seandainya di aberbuat baik karena Allah, niscaya Allah akan membalas berbuat baik kepadanya. “Mintalah agar ia memohonkan ampun buatmu !”. Setelah pemuka Yaman tersebut pulang, ia segera menemui Uwais dan berkata: “Mohonkanlah ampun buat diriku.!”. Uwais menjawab: “Sebenarnya engkaulah yang lebih pantas mendoakanku, karena kamu baru saja dari perjalanan yang suci. Maka mohonkanlah ampun buat diriku.” Orang itu bertanya: “Kamu pernah bertemu Umar?.” Uwais menjawab: “Ya.” Kemudian Uwais menyadari dan memohonkan ampun buat orang itu. Sesudah itu, orang-orang pun mengenalnya dan berbondong-bondong meminta untuk dimohonkan ampunan oleh Uwais. Melihat yang demikian, Uwais pergi menyendiri.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain yang juga dari Muslim. Dari Usair bin Jabir RA. Ia berkata: “Penduduk Kufah mengutus suatu rombongan untuk menghadap Umar RA. Ada seseorang di antara mereka yang mengejek Uwais. Kemudian Umar bertanya: “Apakah di sini ada seseorang dari Bani Qaran?”. Maka Uwais mendekatinya, kemudian Umar berkata: “Rasulullah SAW. Bersabda, “Nanti kamu akan kedatangan seorang bernama Uwais bin Amir, dia tidak meninggalkan apa-apa selain seorang ibu di Yaman yang ditaatinya. Dia berpenyakit kudis, setelah berdoa Allah menyembuhkannya kecuali sebesar dinar atau dirham. Siapa saja diantara kalian yang bertemu dengannya: “Hendaklah minta dimohonkan ampunan dari Allah SWT. olehnya !.”Dalam riwayat lain, dari Umar RA. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya tabiin yang paling mulia adalah seorang yang bernama Uwais. Dia mempunyai seorang ibu dan pernah berpenyakit kudis. Maka mintalah kalian kepadanya agar ia memohonkan ampun buat kalian.” (HR. Muslim)
379. Dari Abdullah bin Umar RA., ia berkata: “Nabi SAW, sering berziarah ke Kuba[7], baik naik kendaraan maupun berjalan. Di sana beliau shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Setipa hari Sabtu Nabi SAW. datang ke mesjid Kuba’, baik beliau berkendaraan maupun jalan kaki. Kemudian Abdullah bin Umar mengikuti kebiasaan ini.”[1] Ummu Aiman adalah seorang budah perempuan yang telah memelihara dan mengasuh beliau tatkala beliau masih kecil. Setelah beliau dewasa, Ummu Aiman telah beliau merdekakan dan menikahkannya dengan Zaid bin Haaritsah.
[2] Silahkan merujuk pada kitab Dha’ifu Riyaadhi As-Shaalihiin terbitan pustaka Azzam.”[3] Dalam riwayat Ibnu Hibban disebutkan: “namun dia tidak mampu melaksanakan amalan sebagaimana amalan mereka.”
[4] Ibnu Abdus Salam berkata: “Yang dimaksud dengan ‘saling mengenal’ adalah kedekatan antara jiwa-jiwa itu ditinjau dari sifat-sifatnya. Karena seseorang yang memiliki sifat yang berlawanan dengan orang lain, maka ia akan memiliki kecenderungan untuk menjauhi orang itu. Sebagaimana orang yang belum mengenali sifat seseorang, ia akan cenderung untuk tidak bergaul dengannya, karena ketidaktahuannya.Pelajaran dari hadis ini, diataranya; seseorang yang mendapatkan cela pada dirinya dihadapan orang-orang yang shaleh dan memiliki keutamaan, maka ia harus berusaha untuk menemukan celanya itu untuk dihilangkan sehingga ia terbebas dari celanya dan dapat bergaul dengan mereka.
Pendapat kami: Hadis ini dalam Shahih Bukhari termasuk bagian hadis yang mu’allaq. Lihat catatan khusus kami nomor 3 pada bagian pengantar dimuka.[5] Nama kabilah, yaitu keturuan Qarn bin Rudmaan bin Naajiyah bin Muraad.
[6] Bersumpah bahwa sesuatu akan terjadi pada seseorang, maka sumpahnya itu akan menjadi kenyataan dengan pertolongan Allah, sebagai balasan baktinya kepada kedua orang tuanya.[7] Nama suatu desa dekat dengan madinah, dimana masjid Kuba terletak disana.