HADITS KEUTAMAAN SEORANG MUSLIM YANG LEMAH DAN FAKIR
قَالَ الله تَعَالَى :{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنهُمْ}[الكهف : 28].
janji allah
kepada orang miskin
257-وَعَنْ حَارِثَةِ بْنِ وَهْبٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْل الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : ((ألاَ أُخْبِرُكُمْ بِأهْلِ الْجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعَّف، لَوْ أقْسَمُ عَلَى اللهِ لأبَرَّهُ ألاَ أخْبِرُكُمْ بِأهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَاظٍ مُسْتَكْبِرٍ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
207. Dari Haritsah bin Wahab RA, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Maukah kalian, jika aku beritahukan tentang ahli surga? (Mereka adalah) orang yang lemah dan selalu diremehkan, jika mereka bersumpah atas nama Allah, maka dia akan memenuhinya[1]. Dan maukah kalaiah aku beritahukan tentang ahli Neraka? (mereka adalah) orang yang kasar, keras lagi sombong.” (HR. Bukhari dan Muslim)hadits tentang lemah keyakinan kepada allah
258-وَعَنْ أََبِي عَبَّاسٍ سَهَلِ بْنِ سَعْدِ السَّاعِدِيّ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : مَرَّ رَجُلٌ عَلَى النَّبِيّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِرَجُلٍ عِنْدَهُ جَالِسٌ : ((مَا رَأيُكَ فِي هَذَا؟)) فَقَالَ : رَجُلٌ مِنْ أشْرَافِ النَّاسِ، هَذَا وَاللهِ حَرِيٌّ إنْ خَطَبَ أنْ يُنْكَحَ وَإنْ شَفَعَ أنْ يُشَفَّعَ. فَسَكَتَ رَسُوْل الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرُ، فقَالَ لَهُ رَسُوْل الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَا رَأيُكَ فِي هَذَا؟)) فقَالَ : يَا رَسُوْل الله هَذَا رَجُلٌ مِنْ فُقَرَاء الْمُسْلِمُينَ هَذَا حَرِيٌّ إنْ خَطَبَ أنْ لاَ يُنْكَحَ وَإنْ شَفَعَ أنْ لاَ يُشَفَّعَ وَإنْ قَالَ أنْ لاَ يُسْمَعَ لِقَوْلِهِ. فَقَالَ رَسُوْل الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((هَذَا خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ اْلأرْضِ مِثْلَ هَذَا)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
208. Dari Abu Abbas Sahl bin sa’ad Al Sa’idi RA, ia berkata: “Ada seorang laki-laki lewat di depan Nabi SAW., kemudian beliau bertanya kepada sahabat yang duduk di sampingnya, “Bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang baru lewat itu?” Sahabat menjawab: “Orang itu termasuk golongan orang-orang terpandang, demi Allah orang itu sangat pantas diterima jika ia meminang, dan apabila ia meminta sesuatu untuk orang lain pasti berhasil.” Rasulullah SAW. pun diam. Kemudian ada lagi yang lewat, lantas Rasulullah SAW. bertanya pada sahabatnya: “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang baru lewat itu?” Sahabat menjawab: “Wahai Rasulullah, orang itu termasuk golongan kaum muslimin yang fakir, apabila meminang pantasnya ia ditolak, apabila meminta sesuatu untuk orang lain pasti tidak akan berhasil, dan apabila berbicara tidak akan didengar. Kemudian Rasulullah SAW. bersabda: “Orang ini lebih baik sepenuh bumi dari orang yang pertama lewat itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)keutamaan
orang kaya dalam islam
209. Dari Abu Sa’id Al Khudri RA, dari Nabi SAW. beliau bersabda, “Kali tertentu surga dan neraka berdebat (tentang siapa yang menjadi penghuni masing-masing tempat). Neraka berkata: “Yang memenuhiku, orang-orang yang sombong dan takabbur. “Surga berkata: “Yang memenuhiku orang-orang yang lemah dan miskin.” Allah SWT. pun memberi keputusan kepada keduanya: “Wahai surga sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku, dengan keberadaanmu Aku memberi rahmat kepada siapa saja yang yang Aku kehendaki. Dan engkau wahai neraka, sesungguhnya kamu adalah siksaan-Ku, dengan keberadaanmu, Aku menyiksa kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan bagi engkau berdua (surga dan neraka), Akulah yang berhak menentukan isinya[2].” (HR. Muslim)
260-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ((إنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ السَّمِينُ الْعَظِيمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
261- وَعَنْهُ أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ (أوْ شَابًّا) فَفَقَدَهَا (أوْ فَقَدَهُ) رَسُوْل الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَألَ عَنْهَا (أوَ عَنْهُ)، فقَالُوا : مَاتَ. قَالَ : ((أفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي [بِهِ])) قَالَ : فَكَأنَّهُمْ صَغَّرُوا أمْرَهَا [أوْ أمْرَهُ). فقَالَ : ((دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهِ)) فَدَلُّوهُ. فَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ قَالَ : ((إنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أهْلِهَا، وَإنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِي عَلَيْهِمْ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
211. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Ada seorang perempuan berkulit hitam atau seorang pemuda yang biasa menyapu masjid. Selama beberapa hari Rasulullah SAW. tidak pernah melihatnya lagi. Kemudian beliau pun bertanya-tanya tentangnya. Para sahabat menjawab, bahwa orang itu telah meninggal dunia. Beliau bertanya: “Mengapa kalian tidak memberitahuku?” -seakan-akan para sahabat menganggap remeh orang yang menyapu masjid itu. Lalu beliau bersabda, “Tunjukkan padaku kuburannya!” Para sahabat pun menunjukkan kuburannya. (Setibanya di kuburan) kemudian beliau berdo’a untuknya dan bersabda: “Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi penghuninya, Dan Allah akan meneranginya lantaran do’aku untuk mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)hadits
tentang menyantuni kaum dhuafa
212. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW. bersabda, “Banyak orang yang terlihat kumal dan berdebu, dan ditolak dari semua pintu (rumah), tetapi apabila ia bersumpah atas nama Allah, niscaya dia akan sanggup memenuhinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
213. Dari Usamah RA, Nabi SAW., beliau bersabda, “Aku berdiri di pintu surga, yang aku dapatkan, kebanyakan yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya, mereka tertahan oleh perhitungan kekayaannya, namun para ahli neraka menyeru mereka untuk masuk ke dalam neraka. Dan Aku berdiri di pintu neraka, yang aku dapatkan, kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah perempuan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka kalangan bani Israil pun saling membicarakan tentang Juraij dan ketekunannya dalam beribadah (dan mereka berkehendak untuk mengujinya). Saat itu, diantara mereka ada seorang perempuan pelacur yang sangat cantik, ia berkata: “Jika kalian menghendaki hai Bani Israil, aku akan menguji Juraij.” Kemudian perempuan itu datang dan mengganggu Juraij, tetapi ia tidak tergoda sedikitpun. Pada akhirnya, perempuan itu mendatangi seorang penggembala dan diajaknya ke biara Juraij untuk berbuat zina, pengembala itu pun mau berzina sehingga perempuan itu hamil.
Ketika melahirkan seorang bayi ia berkata: “Bayi ini adalah hasil persetubuhanku dengan Juraij.” Mendengar berita itu, orang-orang Bani Israil datang kepada Juraij dan memaksanya untuk turun dan merobohkan biara itu, serta memukulinya. Juraij bertanya : “Mengapa kalian berbuat seperti ini?” Mereka menjawab: “Engkau telah berbuat zina dengan pelacur ini, sehingga melahirkan seorang bayi?” Juraij bertanya: “Dimana bayinya?” Mereka membawa bayi itu dan Juraij berkata: “Tunggu sebentar aku akan shalat dulu.” Ketika Juraij telah menyelesaikan shalatnya, ia mendatangi bayi tersebut, sambil menekan perutnya, ia bertanya: “Hai bayi, akuilah siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab : “Ayahku seorang penggembala.” Mendengar jawaban itu, orang-orang Bani Israel menciumi Juraij dan meminta maaf, dan berkata: “Kami akan membangun untukmu sebuah biara dari emas.” Juraij menjawab: “Jangan, bangunlah kembali biara dari tanah seperti semula.” Maka mereka pun membangunkan biara untuk Juraij.Bayi ketiga adalah seorang bayi yang sedang menetek, kemudian lewatlah seorang laki-laki yang berkendaraan bagus dan berwajah tampan, maka Ibunya berdo’a: “Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang itu.” Tiba-tiba bayi itu melepaskan tetekannya dan berpaling melihat orang itu. Kemudian bayi itu berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu.” Kemudian ia menetek lagi. Aku (perawi hadis) masih teringat ketika Rasulullah SAW. menceritakan cara menetek bayi itu, beliau menghisap jari telunjuknya dalam mulut. Kemudian bersabda: “Kemudian Ibu bersama bayinya berjalan lagi dan mendapatkan seorang budak perempuan sedang dipukuli orang banyak dan mereka berkata: “Kamu melakukan zina, kamu mencuri.” Tetapi budak itu hanya mengucapkan : “Hasbiyallahu wa ni’mal wakiil.” Maka ibu bayi itu berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti budak perempuan itu.” Tiba-tiba bayi itu melepaskan teteknya dan melihat budak itu seraya berdoa: “Ya Allah, jadikanlah aku seperti budak itu.” Setelah kejadian tersebut terjadilah perbincangan antara Ibu dan bayi itu.
Ibunya berkata: “Tadi ada seorang laki-laki yang punya perawakan baik dan aku berdoa: “Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang itu, tetapi kamu malah berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu.” Dan tatkala ada seorang budak perempuan dipukuli orang banyak dan dituduh: “Kamu melakukan zina, kamu mencuri,” dan aku berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku ini seperti budak perempuan itu, tetapi kamu malah berdoa: “Ya Allah, jadikanlah aku seperti orang itu.”Bayi itu menjawab: “Sesungguhnya lelaki itu orang yang sombong, oleh karena itu aku berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu.” Adapun budak yang dituduh melakukan zina dan mencuri, sebenarnya ia tidak berzina dan tidak mencuri. Oleh karena itu aku berdoa: “Ya Allah, jadikanlah aku seperti budak itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[1] Maksudnya: Mengucapkan sumpah sebagai ungkapan keinginan untuk mendapatkan karunia Allah dengan mengatasmakan Allah yang dia yakini akan membantunya, maka Allah benar-benar akan membantu orang itu dalam memenuhi sumpahnya.[2] Imam Nawawi berkata: Makna hadis ini secara tekstual menyatakan bahwa Allah telah menciptakan surga dan neraka dengan ciri-ciri yang oleh keduanya saling diketahui, sehingga keduanya berdebat……
Pendapat saya (Al Albani) : Imam Muslim tidak mencantumkan hadis ini secara komplit, hanya mencantumkan bagian awal dan akhirnya saja. Selanjutnya beliau mengalihkan isi hadis ini dari hadis Abu Hurairah sebelumnya secara maknawi dan lafadnya berbeda dengan yang terdapat di sini. Benar bahwa hadis ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (3/79) secara komplit sebagaimana dikutip juga oleh pengarang (Imam Nawawi) sebagaimana adanya. Seolah-olah ia mengutipnya dari Ahmad, namun menyandarkannya kepada Imam Muslim. Hadis ini juga terdapat dalam kitab Bukhari dalam bagian “Tafsir” dari Abu Hurairah dengan redaksi yang lebih sempurna dari redaksi yang terdapat dalam hadis diatas. Sekiranya pengarang lebih mengutamakan untuk mengutip hadis yang terdapat dalam kitab Bukhari, tentunya itu lebih baik.