Al-Khawarizmi Ilmuwan Matematika
Di antara contoh karya besar ulama Islam dalam bidang ilmu matematika adalah Kitab Al-Jabr wa Al-Muqabalah, Karya: Muhammad bin Musa Al- Khawarizmi, kepala divisi Baitul Hikmah pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun.
Kata Al-Jabar yang menununjukkan nama ilmu ini senantiasa terjaga orisinalitasnya yang berasal dari bahasa Arab dalam semua bahasa modern. Al-Jabar berarti proses memindahkan unit negatif dari posisinya di salah satu ujung persamaan linear menuju sisi lainnya. Sementara Al-Muqabalah adalah menghapuskan batasan-batasan yang sama di kedua sisinya.
Contohnya: persamaan linear, X² = 40x2-4x2 disederhanakan menjadi 5X2 = 40x Sedangkan notasi kuadra t, x2+14= x + 5 disederhanakan ke X2 + 9 = x. Al-Khawarizmi mendefinisikan semua unsur persamaan Al- Jabar sebagaimana yang kita kenal atau kita pahami seperti sekarang ini.Dalam hal ini, ia menjelaskan pengertian tentang definisi yang diketahui dan yang tidak diketahui, mutlak, bilangan bulat, ide tentang pangkat atau eksponen, logaritma, eksponen negatif, eksponen positif, imajinatif, persamaan tingkat pertama dan kedua serta jalan penyelesaiannya. Setelah itu, ia memfokuskan perhatiannya pada sisi praktisnya secara khusus dengan penerapan-penerapan Al-Jabar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, Al-Khawarizmi menjadikan buku ini sebagai buku tersendiri dan mencakup contoh-contoh penyelesaian kalkulatif dengan menggunakan metode Al-Jabar, yang memungkinkan masyarakat memanfaatkannya dan menganalogikannya padanya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan mereka yang berkaitan dengan muamalah, wasiat dan harta pusaka.Mengenai bagian penerapan praktis dari Al-Jabar ini, Al-Khawarizmi berkata, "Imam Al-Makmun Amirul Mukminin memotivasiku untuk menjelaskan perkara yang rumit dan mempermudah perkara yang sulit.
Karena itu, aku pun menulis sebuah buku rangkuman tentang kalkulasi Al-Jahr wa Al-Muqabalah, demi mempermudah dalam berhitung dan menjelaskannya. Sebab masyarakat sangat membutuhkannya dalam menyelesaikan pembagian harta pusaka dan wasiat-wasiat mereka, dalam pembagian, hukum-hukum, dan perniagaan mereka, dan dalam semua aktifitas yang mereka lakukan di penjuru bumi ini, membersihkan sungai-sungai, geometri dengan berbagai seni dan cabangnya.
Semua itu dilandasi dengan niat yang baik dan berharap mendapatkan ridha-Nya sehingga memberikan kebaikan pada penduduk negeri ini dengan semua keutamaan dan kenikmatan Allah atasnya. Hanya kepada Allah aku memohon pertolongan dalam hal ini dan lainnya. Kepada-Nya lah aku bertawakal dan Dia lah Penguasa Arsy yang agung."
Dalam pendahuluan buku ini, Al-Khawarizmi menjelaskan filosofi tentang penulisan ilmiah pada masanya dengan sangat jelas dan transparan.Al-Khawarumi berkata "Para ilmuwan dan bangsa-bangsa pada masa lalu banyak menulis buku-buku tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan dan hikmah yang mereka kuasai demi generasi sesudah mereka dan mengharap ridha Allah dengan mengerahkan segenap kemampuannya.
Mereka semua berharap jika persembahan mereka itu mendapatkan pahala dan menjadi bekal kelak di Hari Kiamat. Semoga mereka senantiasa menjaga kejujuran dan tanggungjawab ilmiah meskipun dengan nafkah yang tidak seberapa, mereka pun sanggup menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan dalam upaya mengungkapkan berbagai rahasia ilmu pengetahuan dan misteri-misterinya.
Mereka adalah orang-orang yang bisa jadi menemukan sesuatu yang belum pernah ditemukan para ilmuwan sebelumnya lalu mewariskannya kepada generasi sesudahnya, mereka adalah orang atau tokoh yang berupaya mengungkap rahasia yang ditinggalkan para pendahulu mereka lalu menjelaskan sistemnya dan mempermudah jalannya serta mendekatkan pengertiannya, dan bisa juga menjadi orang yang mendapati kesalahan di salah satu buku, lalu mendalami dan mengamatinya secara seksama, berbaik sangka kepada pemiliknya dan tidak menolaknya, serta tidak merasa bangga dengan tindakannya itu."
Pembaca yang budiman tentu tidak mengalami kesulitan dalam mengambil kesimpulan dari penjelasan ini mengenai tanda-tanda orang yang berkepribadian ilmiah pada masa kejayaan peradaban Islam, yang tercermin dalam etika yang terpuji dan terhormat dan memperlihatkan keteladanan terbaik dalam mencintai ilmu pengetahuan dan bersabar dalam melakukan penelitian ilmiah, menjauhkan diri dari perkara-perkara kecil, bersungguh-sungguh dalam upaya mengungkap berbagai rahasia dan misterinya.
Kesemuanya itu tentulah memberikan kontribusi positif dan baik kepada masyarakat, jauh dari keangkuhan dan merendahkan pendapat orang lain, berpegang teguh pada tanggungjawab ilmiah ketika mengutip atau pun melontarkan kritik, menghindarkan diri dari kecintaan terhadap harta dan tahta, dan berupaya mendapat pahala dari Allah.
Jika persembahan terbaik Al-Khawarizmi dalam bukunya Al-Jabr Al-Muqabalah terletak pada penemuannya terhadap ilmu Al-Jabar, teori tentang dua kesalahan, yang sering dikatakan sebagai piranti otama dalam analisa ilmiah dan matematika, maka ia juga berkontribusi dalam merumuskan prinsip-prinsip ilmu eksperimen modern dengan menggunakan contoh-contoh matematika dan memanfaatkan berbagai bukti ilmiah.Dari keenam bentuk standar Al-Jabar yang dinisbatkan kepadanya semua kalkukasi Al-Jahr won Al-Muqabalah oleh Al-Khawarizmi, maka dalam kesempatan ini kami hanya mengemukakan salah satu dari keenam bukti yang dikemukakan Al-Khawarizmi itu. Bukti yang dimaksud adalah apa yang dikenal dengan persamaan Al-Khawarizmi.
Para pakar matematika berupaya mempelajari persamaan-persamaan Al-Khawarizmi ini, kemudian mengembangkan dan mengeneralisasikannya. Umar Al-Khayyam banyak memberikan kontribusi dalam menyelesai kan berbagai permasalahan Aritmatika dan Al-Jabar. Dalam hal ini, ia menulis sebuah artikel penting, yang membahas tentang persamaan tingkat dua dan empat.Adapun sistem dua kesalahan yang diciptakan Al-Khawarizmi untuk mendapatkan akar yang sesungguhnya dan mendekati persamaan linear adalah A Sin + B = Nol
Sistem ini telah mengilhami seorang ilmuwan Jepang bernama Seiki Kawa dalam menemukan batasan-batasan dan membantu Bahauddin Al-Amili dalam menemukan Sistem Timbangan. Dan kami akan mengemukakan secara lebih mendetail tentang semua itu dalam pembahasan berikutnya.Dengan demikian, buku Al-Jabr ua Al-Muqabalah merupakan buku yang luar biasa dan sangat berpengaruh bagi generasi berikutnya hingga beberapa abad lamanya. Bahkan bangsa Eropa menjadikannya sebagai referensi utama dan materi penting di universitas-universitas mereka hingga abad keenam belas Masehi setelah diterjemahkan dalam bahasa Latin pada abad kedua belas Masehi oleh Adelar Gerard Cremona dan Robert Cestre.
Pada tahun 1937 M, dua orang dokter Ali Musthafa Musyarrafah dan Muhammad Mursi Ahmad melakukan penelitian dan berupaya menjelaskan sebuah naskah dari manuskrip yang ditemukan di Oxford tahun 1831 M. Buku Al-Jabr wa Al-Muqabalah ini mendapat banyak komentar dan penjelasan yang dilakukan para ilmuwan dalam peradaban Islam, yang memfokuskan perhatian mereka pada pengembangan ilmu ini, menulis dan menambahkan sesuatu yang baru padanya.Di antara mereka itu adalah Abu Al-Wafa Al-Bujazani, Abu Bakar Al-Kurkhi, Nashiruddin Ath- Thusi, Bahauddin Al-Amili, Umar Al-Khayyam, As-Samual Al-Maghribi, Abdullah bin Al-Hasan Al-Hasib, Misan bin Al-Fath Al-Harani, dan Ibnul Yasmin, serta yang lain.
Ketika bangsa Barat mempelajari informasi-informasi matematik ini, maka mereka menjadikannya sebagai materi utama perkuliahan mereka. Bahkan tokoh-tokoh dan Ilmuwan terkemuka seperti Leonardo Al-Pizawi, Tartajalia, Kardan, Ferari, dan lainnya menjadikannya sebagai prinsip dasar bagi pengembangan tema-tema Al-Jabar yang tinggi dan demi kemajuan Al-Jabar modern.Karya Al-Khawarizmi tidak terbatas pada Al-Jabar dan Aritmatika, melainkan juga melakukan riset dalam bidang geometri dan trigonometri (perhitungan segitiga), mendefinisikan satuan luas, merumuskan luas bidang yang rata, benda-benda, luas lingkaran dan potongan dan menjelaskan juga tentang hukum volume, meneliti tentang segitiga dan menentukan nilai kalkulasi dengan sangat cermat.
Referensi Berdasarkan Buku Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia karangan Ahmad Fuad Basya