HADITS KEUTAMAAN SHALAT DHUHA

HADITS KEUTAMAAN SHALAT DHUHA
206- KEUTAMAAN SHALAT DHUHA

1146- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أوْصَانِي خَلِيلي ، بِصِيَامِ ثَلاَثةَ ِأياَّمٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتِي الضُّحَى، وَأنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنْ أرْقُدَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1146. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Kekasihku (Muhammad SAW.) memberikan wasiatnya kepadaku, untuk mengerjakan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, untuk mengerjakan dua rakaat Dhuha, dan agar aku mengerjakan shalat witir sebelum aku tidur.”[1] (HR. Bukhari dan Muslim)

1147- وَ عَن أبي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ : ((يُصْبحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ: فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِي مِنْ ذلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى)) رَوَاهُ مُسْلِمُ.

1147. Dari Abu Dzar RA, dari Nabi SAW. Beliau bersabda, “Pada setiap pagi, masing-masing ruas anggota badan kalian, harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah dan melarang berbuat mungkar adalah sedekah. Semua sedekah itu dapat diganti dengan dua rakaat Dhuha.” (HR. Muslim)

1148- وَ عَن عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ الله ، يُصَلِّي الضُّحَى أرْبَعًا، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ الله. رَوَاهُ مُسْلِمُ.

1148. Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. terbiasa untuk melakukan shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan beliau terkadang menambahnya sesesuai kehendak Allah.” (HR. Muslim)

1149- وَ عَن أُمِّ هَانِىءٍ فَاخِشَةُ بِنْتِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: ذَهَبْتُ إِلَى رَسُوْلِ الله ، عَامَ الْفَتْحِ فَوَجَدْتُهُ يَغْتَسِلُ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ، صَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ، وَذلِكَ ضُحًى. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

1149. Dari Ummu Hanik, Faakhitah binti Abu Thalib RA, ia berkata: “Pada saat penaklukan kota Makkah, aku mendatangi Rasulullah SAW. Lalu, Aku dapatkan beliau sedang mandi. Setelah menyelesaikan mandinya, beliau shalat sunnat delapan rakaat. Itulah adalah shalat Dhuha.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

[1] Shalat witir sebelum tidur itu disunnatkan bagi orang yang tidak mempunyai keyakinan bahwa ia akan dapat bangun pada akhir malam, sedangkan bagi orang yang berkeyakinan (akan dapat bangun pada akhir malam) maka ia lebih utamaa mengerjakannya pada akhir malam
Admin
Blog ini berisi seputar pendidikan, kajian keislaman dan sosial kemasyarakatan

Related Posts

Hukum Shalat Sunnat Di Atas Kendaraan Dalam Safar
Hukum Shalat Sunnat Di Atas Kendaraan Dalam Safar
Hadits Orang Kafir Masuk Masjid
Hadits Orang Kafir Masuk Masjid
Bolehkah Shalat Tidak Menghadap Kiblat..??
Bolehkah Shalat Tidak Menghadap Kiblat..??
Hukum Tidur Terlentang Di Dalam Masjid
Hukum Tidur Terlentang Di Dalam Masjid
Hukum Tidur Di Dalam Masjid
Hukum Tidur Di Dalam Masjid
Kegiatan Yang Diperbolehkan Di Masjid
Kegiatan Yang Diperbolehkan Di Masjid
Hukum Meminta Sedekah Di Dalam Masjid
Hukum Meminta Sedekah Di Dalam Masjid
Hukum melaksanakan Qishas Di Masjid
Hukum melaksanakan Qishas Di Masjid

0 Comments