Hadits Larangan Mendiamkan Sesama Muslim Lebih Dari Tiga Hari
Allah SWT. Berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.” (Qs. Al Hujuraat(49) : 10)وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَليَ الإِثْمِ وَ اْلعُدْوَانِ
“Janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Qs. Al Israa(17) : 36)1599- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله قَالَ: لاَ تَقَاطَعُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ تَبَا غَضُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ, مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1599. Dari Anas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Janganlah kalian saling memutuskan tali silaturrahim, janganlah saling membelakangi, janganlah membenci dan janganlah saling menghasut. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah dihalalkan bagi seorang muslim mendiamkan (tidak mengajak bicara) saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)1600- وَعَنْ أَبِي أَيَّوْبٍ رَضِيَ الله عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهٍِْ r قَالَ : لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَث لَيَالٍ: يَلْتَقِيَانِ، فَيُعْرِضُ هَذَا، وَيُعْرِضُ هَذَا، وَخَيْرُ هُمَا الذي يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ, مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
1600. Dari Abu Ayyub RA, “Nabi SAW. bersabda, ‘Tidak dihalalkan bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, apabila keduanya bertemu, masing-masing saling membuang muka. Adapun yang paling baik diantara keduanya adalah yang lebih dahulu mengucapkan salam.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
1601- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : تُعْرَضُ الأَعْمَالُ فِي كُلِّ اثْنَيْنِ وَخَمِيْسٍ، فَيَغْفِرَ اللهُ لِكُلِّ امْرِئٍ لاَ يُشْرِكُ بِااللهِ شَيْئًا، أَلاَّ امْرَءًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيْهِ شَخْنَاءُ، فَيَقُوْلُ: أَتْرُكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا, رَوَاهُ مُسْلِمُ.
1601. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Amal-amal perbuatan itu dihadapkan setiap hari Senin dan Kamis, kemudian Allah mengampuni setiap dosa orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang berselisih dengan saudaranya, dimana Allah berfirman, “Tunggulah dua orang ii, sampai keduanya berdamai kembali.’” (HR. Muslim)
1602- وَعَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ أَْن يَعْبُدَهُ المُصَلُّوْنَ فِي جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيْسِ بَيْنَهُمْ, رَوَاهُ مُسْلِمُ.
1602. Dari Jabir RA., “Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk bisa disembah di jazirah Arab, tetapi setan akan selalu merusak hubungan baik di antara sesama bangsa Arab.” (HR. Muslim)1603- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَمَنْ هَجَرَ فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَمَاتَ دَخَلَ النَّارِ, رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ عَلىَ شَرْطِ اْلبُخَارِي.
1603. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Tidak dihalalkan bagi setiap muslim untuk mendiamkan saudaranya di atas tiga hari. Barang siapa mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, kemudian ia mati, maka ia masuk neraka.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)1604- وَعَنْ أَبيِ خِراشٍ حَدْرَدِ بْنِ أَبِي حُدْرَدٍ الإِسْلَمِّي. يُقَالُ : السُّلَمِيّ الصَّحَابِيُّ رَضِيَ الله عَنْهُ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ، يُقَوْلُ : مَنْ حَجَرَ أَخَاُه سَنَةً فَهُوَ كَسَفْكِ دَمِهِ, رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.
1604. Dari Abu Khiras, Hadrad bin Abu Hadrad al Aslamy –ada yang menyebutnya dengan As Shulami RA,- seorang sahabat Rasuullah, ‘Ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Barangsiapa mendiamkan saudaranya selama satu tahun, maka ia seperti menumpahkan darahnya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih)1605- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهٍِْ ، قاَلَ: لاَيَحِلُّ لِمُؤْمِنِ أَنْ يَهْجُرَ مُؤْمِنًا فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَإِنْ مَرَّتْ بِهِ ثَلاَثٍ، فَلْيَلْقَهُ فَلْيُسَلَّمْ عَلَيْهِ، فَإِنْ رَدَّّ عَلَيْهِ السَّلاَمِ فَقَدِاسْتَرَكَا فِي الأَجْرِ، وَإِنْ لمَ ْيَرُدَّ عَلَيْهِ فَقَدْ بَاءَ بِالإِثْمِ، وَخَرَجَ المُسَلَّمُ مِنَ الْحِجْرَةِ, رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ. قَالَ أَبُوْ دَاوُدَ: إِذَا كَانَتِ الْهِجْرَةُ ِللهِ تَعَالَى فَلَيْسَ مِنْ هَذَا فِي شَيْءٍ.
1605. Dari Abu Hurairah RA, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Tidak dihalalkan bagi seorang mukmin untuk mendiamkan sesama mukmin lebih dari tiga hari. Apabila telah lebih dari tiga hari, maka hendaklah salah seorang di antara mereka berdua menemui dan mengucapkan salam kepada yang lain. Apabila yang lain mau menjawab salamnya, maka keduanya telah sama-sama mendapatkan pahala, tetapi apabila yang lain tidak mau membalas salamnya, maka ia telah memborong dosa dan orang yang mengucapkan salam itu, tidak bisa dikatakan mendiamkannya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang hasan)[1][1] Abu Dawud berkata, “Apabila dalam mendiamkannya itu karena Allah Ta’ala, maka ia tidak termasuk dalam hal ini.”