Hukum Memakai Sedikit Sutera Untuk Sulaman Kain Dan Tambalan Pakaian
MEMAKAI SEDIKIT SUTERA UNTUK SULAMAN KAIN DAN TAMBALAN PAKAIAN
491) 'Umar ibnul Khaththab ra. menerangkan:اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ نَهَى عَنْ لُبُوْسِ الْحَرِيْرِ إِلَّا هَكَذَا وَرَفَعَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَصْبُعَيْهِ الوُسْطَى وَالسَّبَابَةَ وَظَمَّهُمَا
"Bahwasanya Rasulullah saw, melarang kita memakai sutera selain dari sekedar in Rasulullah saw, mengangkat, untuk menerangkan kepada kami kadar itu dua anak jarinya; telunjuk dan ibu jarinya yang dirapatkan." (HR. Al-Bukhary dan Muslim Al-Muntaga 1: 288)492) Umar ibnul Khaththab ra, berkata:
نَهَى النَّبِيَّ عَنْ لُبْسِ الْحَرِيْرِ اِلَّا مَوْضِعَ أُصْبُعَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةً أَوْ أَرْبَعَةً
"Nabi saw, melarang kita memakai sutera, selain sekedar dua atau tiga, atau empat anak jari." (HR. Al-Jama'ah selain Al-Bukhary; Al-Muntaqa 1:288)493) Abdullah maula Asma' ra menerangkan:
إِنَّ أَسْمَاءَ أَخْرَجَتْ جُبَّةً طَيَالِسَةً عَلَيْهَا لِيْنَةٌ شِبْرٌ مِنْ دِيْبَاجٍ كَسَرَوَانِي وَفَرْجَيْهَا مَكْفُوْفَيْنِ بِهِ , فَقَالَتْ : هَذِهِ جُبَّةُ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ كَانَ يَلْبَسُهَا كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ، فَلَمَّا قَبَضَتْ عَائِشَةُ قَبَضْتُهَا إِلَيَّ فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِمَرِيضٍ نَسْتَشْفِيْ بِهَا
"Bahwasanya Asma' membawa keluar satu jubah thayalisu bertambalan lehernya dengan sejengkal sutera yang biasa dipakai raja Persi. Aku lihat kerah belahan pinggirnya bersulam dengan sutera. Asma' berkata: Inilah jubah Rasulullah saw. yang pemah beliau pakai. Jubah itu, disimpan oleh 'Aisyah. Setelah 'Aisyah meninggal, aku menyimpannya. Kami membasuhnya untuk orang sakit, kami mengharapkan kesembuhan dengannya." (HR. Ahmad dan Muslim; Al-Muntaqa 1: 289)SYARAH HADITS
Hadits (491), menurut keterangan Al-Ismail, bahwa hadits tersebut didapati dalam surat yang dikirim 'Umar kepada Abu Utsman An-Nahdy dan Utbah ibn Uthbah ibn Farqad, yang pada masa itu tinggal di Azarbaijan. Hadits ini me- nyatakan, bahwa memakai sutera sekedar dua anak jari, baik yang sekedar itu disulam di atas kain, ditambahkan, atau dijadikan sebagai penambal adalah boleh.
Hadits (492), dalam riwayat Ahmad dan Abu Daud, terdapat tambahan, "Beliau mengisyaratkan dengan telapak tangannya". Menurut Ad-Daraquthni, "Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Muslim sendiri." Hadits ini menyatakan kebolehan memakai sutera sebesar empat jari, atau sebesar telapak tangan.
Hadits (493), Muslim tidak menyebut kata "sejengkal." Hadits ini menyatakan, kebolehan memakai pakaian yang bersulam sutera sekedar ukuran kantong atau sejengkal. Juga menyatakan bahwa disukai menghias pakaian sebagaimana disukai mengambil berkah dengan barang-barang peninggalan Rasulullah (pakaian).
Menurut riwayat Abu Daud, sebab Asma' mengeluarkan jubah Nabi saw. yang disimpannya ialah karena Asma' mendengar bahwa Ibnu Umar mengharamkan orang membuat corak kain dengan sutera dan mengharamkan orang membuat tempat duduk di atas pelana dari wool merah dan berpuasa penuh di bulan Rajab. Ketika Asma' mendengar hal tersebut, beliau menyuruh seorang utusan bernama
Abdullah pergi kepada Ibnu Umar. Ibnu Umar menerangkan kepada Abdullah, ten- tang keharaman berpuasa penuh di bulan Rajab, apalagi berpuasa terus-menerus. Adapun tentang membuat corak kain dari sutera, adalah karena aku mendengar perkataan 'Umar, ujarnya: "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Sungguh yang memakai sutera ialah orang yang tidak mempunyai keuntungan apa-apa di akhirat. Aku takut membuat corak kain termasuk ke dalamnya. Mengenai membuat kasur kecil tempat tidur dari sutera, maka ini dia kasur kecil tempat dudukku yang dibuat dari wool merah." Setelah utusan Asma' kembali mengabarkan jawaban Ibnu 'Umar, maka Asma' pun mengeluarkan jubah Rasul saw. yang hanya ber- tambal sejengkal sutera.
Jumhur ulama berpendapat, kita boleh mempergunakan sutera untuk disulam pada kain kalau hanya sebesar empat jari. Diriwayatkan dari Malik, bahwa beliau tidak memperbolehkannya. Golongan Al-Hadawiyah hanya memperbolehkan sekedar tiga jari saja. Segolongan Malikiyah memperbolehkan membuat corak dari sutera walaupun lebih dari empat jari.
Sesudah nyata, memakai sutera, menduduki hamparan sutera, menduduki kasur sutera, adalah makruh hukumnya bukan haram, tentu menambal kain (melekatkannya di atas kain) menyulamkannya juga makruh. Kami kaitkan larangan-larangan yang terdapat dalam hadits ini, kepada makruh juga. Kami berpendapat, bahwa keumuman ayat tidak dapat dikecualikan hanya dengan hadits-hadits ahad. Hadits-hadits ahad yang datang dalam soal ini kita kaitkan kepada makruh. Keumuman ayat Al-Qur'an memperbolehkan."
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Buku Koleksi
Hadits-hadits Hukum-1 Bab Pakaian Dalam Shalat Masalah