Cara Menimbulkan Akad
Cara Menimbulkan Akad dan Nadhariyah Muqtadlal Aqad
Iltizam yang ditimbulkan oleh akad antara dua pihak, ada dua macam.
Pertama, kewajiban yang dengan sendirinya harus dilaksanakan oleh yang berakad tanpa perlu kepada persyaratan yang tegas, yaitu seperti menyerahkan barang, mengganti kerugian pada barang-barang yang ada cacatnya, seperti keharusan menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa dan keharusan penyewa membayar sewa.
Semua kewajiban-kewajiban ini dalam akad dinamakan muqtadlal 'agdi. Keharusan-keharusan ini dipahamkan dari nash-nash syara' sendiri dan dari pendapat-pendapat para fuqaha.
Kedua, kewajiban-kewajiban yang lain yang ditimbulkan oleh akad, tidak wajib atas salah seorang aqid, kecuali jika disyaratkan oleh aqid yang lain di dalam akad.
Seperti umpamanya jika disyaratkan oleh si penjual kuda, supaya kudanya tetap boleh dipakai atau digunakan dalam jangka waktu tertentu sesudah dijual, atau si pembeli mensyaratkan supaya barang-barang yang dibelinya itu diantar kerumahnya, atau si wahib (pemberi hibah) mensyaratkan kepada mauhub lahu (orang yang menerima hibah) memberi ta'widl (sesuatu ganti kerugian), atau disyaratkan supaya cacat yang ditemukan pada barang yang dijual tidak menjadi tanggung jawab si penjual lagi.
Ini semuanya tidak berlaku dengan akad sendiri tetapi berlaku kalau ada disyaratkan di dalam akad itu.
Dan masuk pula ke dalam hal ini, syarat yang ditetapkan supaya seluruh sewa dibayar lebih dahulu. Semua yang tersebut ini tidak diwajibkan oleh nash syar'iyah, tidak pula ijtihad fuqaha tidak masuk ke dalam muqtadlal aqdi, tidak harus dilakukan terkecuali ada disyaratkan di dalam akad terlebih dahulu.
Referensi Dari Tulisan Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Buku Pengantar Fiqh Muamalah