Asmaul Husna Dan Dilalahnya
Tiga Dilaalah Asmaul Husna
Seluruh nama Allah adalah husna, yaitu indah, dan semuanya menunjukkan kesempurnaan dan pujian yang absolut. Nama-nama Allah yang indah tersebut diambil dari sifat-sifat-Nya. Artinya, sifat yang ada padanya tidak menafikan 'alamiyyah (nama) dan 'alamiyyah tidak menafikan sifat.
Asamaul husna sendiri mengisyaratkan kepada tiga dilalah (penunjukan):
- Dilaalah muthaabaqah (adekusi), yaitu ketika nama Allah ditafsirkan dengan seluruh makna yang ia tunjukkan.
- Dilaalah tadhammun (inklusi), yaitu ketika nama tersebut ditafsirkan dengan sebagian makna yang ia tunjukkan.
- Dilaalah iltizaam (konsekuensi), yaitu ketika tafsiran nama tersebut menunjukkan keterkaitannya dengan nama-nama Allah yang lainnya.
Penunjukan lafazh ar-Rahmaan terhadap keduanya disebut dilaalah muthaabaqah (adekusi). Penunjukkannya terhadap salah satunya saja disebut dilaalah tadhammun (inklusi), karena ia merupakan bagian dari keseluruhan kandungan tersebut.
Adapun penunjukan lafazh tersebut terhadap nama-nama Allah yang lain yang menjadi syarat bagi adanya sifat rahmat ini, seperti sifat hayat (hidup), ilmu (pengetahuan), iradah (kehendak), qudrat (kekuasaan), dan yang lainnya, ia disebut dilaalah iltizaam (konsekuensi).
Bagian yang terakhir ini memerlukan pemikiran yang kuat dan perenungan yang dalam. Kemampuan para ulama pun berbeda-beda dalam masalah ini.
Maka jalan untuk mengetahuinya adalah dengan memahami lafazh dan makna yang terkandung di dalam salah satu nama Allah dan memahaminya dengan baik, lalu pikirkan nama lain yang menjadi syarat adanya nama tersebut.
Kaidah ini sangat bermanfaat dalam memahami seluruh nash syar'i. Ketiga dilaalah di atas adalah hujjah karena dilaalah tersebut terpelihara dan kuat.
Berdasarkan Buku Syarah Asmaul Husna Karangan Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani